Sanubari Teduh – Empat Ikatan – Bagian 3 (108)

 

Video Youtube : https://youtu.be/KE5tZ1jF9S0

 

Saudara se-Dharma sekalian,  pepatah mengatakan, “Suara guntur dapat menggetarkan langit”. Saat ada suara guntur, mungkin orang sedang tidur tak mendengarnya, namun mungkin ada orang yang terbangun karena suara guntur tersebut. Dalam kondisi seperti ini, sebagai orang yang masih mempelajari   Dharma, kita semua masih manusia awam. Manusia awam yang hidup dalam ketidaktahuan. Bagaikan orang yang bermimpi dalam tidurnya. Saat masuk ke vihara dengan  tekad melatih diri. Mungkin juga masih ada orang yang seperti bermimpi dalam tidur. Meski ada suara guntur, dia tetap tak terbangun. Mungkin saja, meski sudah tebangun, dia merasa hari masih gelap, sehingga kembali melanjutkan tidurnya. Mungkin saat ada yang mendengar suara guntur, ada yang terbangun dengan rasa syukur, karena dapat melakukan lebih banyak hal. Dengan hati penuh  rasa syukur, kita terbangun untuk mulai menjalankan tugas dan kewajiban pada hari itu. Demikianpula dengan praktisi Buddhis, baik kaum monastik ataupun bukan, akan timbul sukacita saat mendengar Dharma. Kita merasa senang karena telah memahami Dharma. Dapatkah kita mempraktekkannya setelah paham ?  Atau setelah membangkitkan ikrar dan sanggup mempraktikkannya, dapatkah kita mempertahankannya selamanya ?

 

Ada sebuah ungkapan “ Mudah untuk membangun tekad, Namun sulit untuk mempertahankannya.” Tekad dapat dibangun dengan cepat, namun sangat sulit untuk dipertahankan. Ajaran Buddha bagaikan suara guntur yang dapat membangunkan orang yang tertidur. Akan tetapi, akankah orang yang terbangun ini merasa hari masih terlalu  pagi dan ingin melanjutkan tidurnya ?. Seperti yang sering dikatakan orang. “ Saya masih memiliki tanggung jawab” “ Saya masih muda” “ Saya masih harus menunggu” Banyak alasan bagi mereka untuk menunda. Mereka tidak sadar bahwa hidup ini tidak kekal. Apakah kita masih punya banyak waktu untuk menunggu ? Waktu yang di miliki tetap akan terbuang sia-sia. Meski ada suara guntur, mereka seakan tak mendengarnya.

 

Kita harus berssyukur atas segala hal yang terjadi hari ini dan segera menjalankan tekad kita. Ini disebut memanfaatkan waktu dalam hidup. Jadi kita harus memanfaatkan waktu dalam hidup kita sebaik mungkin. Ajaran Buddha yang begitu baik bukanlah sekedar teori diatas kertas. Bukan. Harus kita terapkan dalam keseharian. Kita harus belajar lewat praktek nyata, namun lebih jauh lagi kita harus merasakan dan sadar. Ditengah proses belajar dan praktik kita harus berusaha  memahami  dan sadar. Kita harus sadar sepenuhnya. Setelah sadar jangan sampai tersesat lagi, bagaikan setelah mendengar suara guntur lalu kembali tertidur. Janganlah demikian. Sungguh sulit terlahir sebagai manusia, sulit pula bertemu ajaran Buddha, lebih sulit lagi melatih diri. Jadi, baik perumah tangga maupun kaum monastik, harus mempraktikkan ajaran Buddha dalam keseharian. Jika tidak, kita akan mudah terikat

 

Adakalanya menciptakan karma buruk akibat Empat Ikatan.

Empat Ikatan :

  1. Ikatan Ketamakan
  2. Ikatan Kebencian
  3. Ikatan Sila
  4. Ikatan Pandangan

 

Pelatihan diri dijalankan di tengah masyarakat. Saat bertemu sesuatu yang positif segeralah mempelajarinya. Saat bertemu sesuatu yang negatif, selalu mawas diri dan berintrospeksi agar tidak terjerumus ke dalamnya. Dengan demikian, kita akan dapat mengembangkan kebijaksanaan dan pikiran yang tak goyah oleh kondisi.  Karena itu kita harus banyak mengembangkan kebijaksanaan dan menciptakan berkah di tengah masyarakat secara bersamaan.

 

Kebijaksanaan dan berkah adalah tujuan dalam mempelajari ajaran Buddha dan mencapai kebuddhaan. Ditengah masyarakat kita harus mengembangkan kebijaksanaan, sekaligus menciptakan berkah. Inilah yang di sebut mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.

 

Berkah datang dari sikap melepas, melepas harta, nafsu sesksual, reputasi, keuntungan, permasalahan antara manusia, serta kerisauan. Dapat melepas adalah kebijaksanaan. Inilah pengembangan berkah dan kebijaksanaan sekaligus.

 

Jika kita membandingkan kebencian dan sukacita, orang yang memiliki kebencian tidak bisa melihat orang lain sukses dan memiliki berkah. Mereka tak bisa menerima saat melihat kondisi orang lain sangat baik, tak bisa terima saat orang lain sukses. Saat orang lain mencapai harapan dan mendapatkan sesuatu yang baik, di tidak bisa menerimanya dan menjadi marah. Adapula orang yang berlapang dada. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus bersyukur. Inilah Bodhisattva. Inilah hati Buddha yang tidak tega melihat penderitaan semua makhluk mereka bersumbangsih dengan sukarela dan sukacita. Jika dapat melakukan ini, kita tdak akan terbelenggu oleh kebencian.

 

Saudara sekalian,  janganlah kita tertidur lagi. Saat suara guntur sudah menggelegar, kita harus menggenggam setiap waktu untuk menjalankan kewajiban dan tanggung jawab kita. Janganlah kita menunda-nunda karena kehidupan ini tidaklah kekal. Jadi, semua harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari  Sanubari Teduh – Empat Ikatan – Bagian 3 (108)

https://youtu.be/KE5tZ1jF9S0

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva