Sanubari Teduh – Jalan Mulia Beruas Delapan Bagian 4
Saudara se-Dharma sekalian, waktu berlalu dengan cepat. Apakah kita sudah giat berlatih diri seiring dengan berjalannya waktu ? Janganlah lengah dalam kehidupan ini. Dalam membimbing kita, Buddha menggunakan metode pengelompokan agar kita dapat memahami dan lebih mudah mengingat ajaran Buddha, serta menggunakannya dalam kehidupan kita. Karena itu, dalam 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan, Empat Landasan Perenungan, Empat Usaha Benar, Empat Landasan Keberhasilan, Lima Akar Lima Kekuatan, Tujuh Faktor Pencerahan, dan Jalan Mulia Beruas Delapan, semuanya di kelompokkan secara jelas. Kita seharusnya dapat mengingat setiap istilaqh yang berisi ajaran tersebut. Karena sudah dikelompokkan, seharusnya lebih mudah untuk diingat.
Jalan Mulia Beruas Delapan meliputi :
- Pandangan Benar
- Pikiran Benar
- Ucapan Benar
- Perbuatan Benar
- Penghidupan Benar
- Usaha Benar
- Perhatian Benar
- Konsentrasi Benar
Kini kita membahas Jalan Mulia Beruas Delapan, sebelumnya kita telah membahas faktor ke 5, yakni “ penghidupan benar”. Kini kita akan membahas faktor ke 6, yaitu “ Usaha Benar” . Dalam hidup ini kitaaa sungguh harus berusaha karena detik demi detik terus berlalu, demikian juga dengan tubuh kita, tak hentinya mengalami proses metabolisme, proses di mana sel-sel tubuh kita selalu terbentuk dan mati. Sel-sel tubuh kita selalu beregenerasi, sama seperti waktu yang terus berlalu. Oleh karena itu, jalanilah hidup dengan tekun dan bersemangat seiring dengan berlalunya waktu. Tekun berarti fokus, semangat berarti terus maju dan tidak mundur. Namun, usaha yang tekun dan penuh semangat ini haruslah berada di jalan yang benar. Kita mungkin melangkah maju dengan cepat, namun jika arahnya melenceng sedikit saja, maka kita akan jauh tersesat. Jika arah tidak benar, dan langkah kita semakin cepat, maka kita akan semakin jauh menyimpang. Usaha ini pun menjadi tidak benar dan mala menjadi sesat. Jadi, hal terpenting dalam mempelajari ajaran Buddha adalah menghindari pandangan salah karea ia bisa menghalangi pikiran benar dan arah yang tepat. Oleh karena itu kita harus menjaga agar arah kita tidak menyimpang. Arah hidup kita haruslah benar. Untuk itu, kita harus tekun dan bersemangat. Kita harus fokus dalam usaha kita dan tidak ternoda oleh pikiran kacau. Pikiran Kacau adalah kekeruhan atau noda batin, suatu kondisi yang tidak murni. Melatih diri adalah hal yang sederhana, yakni selalu menjaga pikiran setiap saat agar tidak melenceng ataupun salah.
Di dunia, kita harus bersikap baik terhadap orang, bekerja dengan penuh perhatian, dan menghargai apa yang kita miliki. Inilah pelatihan diri. Suatu kehidupan yang amat sederhana. Seandainya dalam pikiran kita muncul kemelekatan terhadap sesuatu, maka itulah pikiran yang keliru, pikiran yang menyimpang. Sebagai seorang Praktisi hendaknya tidak memiliki pikiran demikian. Terhadap yang bukan milik kita, hendaknya tidak timbul ketamakan atasnya. Itulah sikap kita terhadap benda materi, demikian juga seharusnya terhadap sesama.
Usaha benar berarti senantiasa berusaha dengan tekun dan bersemangat. Selain itu, dalam melatih diri juga dibutuhkan adanya pemahaman yang benar, barulah tidak akan berjalan menyimpang. Jadi, dalam berlatih di jalan Buddha, usaha benar mutlak di perlukan untuk mencapai penerangan sempurna.
Selanjutnya adalah “ perhatian benar” . Berperhatian benar berarti menjaga kondisi pikiran yang benar. Dalam segala hal dan kondisi, hanya membangkitkan niat baik tanpa membangkitkan niat buruk. Dalam pemahaman prinsip kebenaran, senantiasa mengembangkan segala kebajikan, namun tak melekat pada segala kebajikan; membawa pikiran yang melekat pada keakuan kembali kepada ketidakmelekatan, inilah yang di sebut “ perhatian benar”.
Selanjutnya adalah “konsentrasi benar” . Konsentrasi berarti pikiran kita harus teguh. Setelah memilih jalan hidup yang benar, jangan sampai pikiran ini goyah. Jika pikiran kita goyah, maka sayang sekali mengingat jalan ini sulit ditemukan. Jika pikiran kita goyah di jalan ini, maka kita akan dengan mudah meninggalkannya. Jadi, mengenai Konsentrasi Benar umumnya orang mengganggap konsentrasi benar hanyalah semata-mata duduk bermeditasi. Sesungguhnya konsentrasi benar berarti menjaga keteguhan pikiran dalam kehidupan sehari-hari, tidak membiarkan hal-hal duniawi yang mungkin tidak sesuai harapan mengoyahkan kemurnian pikiran kita; juga tidak membiarkan nafsu keinginan duniawi mengiring kita ke arah menyimpang.
Sungguh-sungguh menjaga pikiran agar tidak terjerumus dalam nafsu keinginan dan tidak ternoda oleh kekotoran batin, inilah yang disebut “ Konsentrasi benar”.
Ke dalam mengembangkan Empat Pikiran Tanpa Batas, ke luar mempraktekkan Enam Paramita. Dengan praktik 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan meneguhkan pengembangan Empat Pikiran Tanpa Batas dan Enam Paramita inilah praktik para Bodhisattva dalam mencapai kebuddhaan.
Sesungguhnya, pelatihan diri sangat sederhana, tidak sulit sama sekali asalkan dalam kehidupan sehari-hari kita sungguh-sungguh membawa manfaat melalui tindakan dan ucapan kita, senantiasa sadar dalam segala ucapan, hanya mengatakan hal-hal yang bermanfaat, dalam melakukan segala sesuatu, juga senantiasa teguh pada arah yang benar. Jika kita bersungguh-sungguh dalam segala hal, maka segala perbuatan kita tak akan menyimpang. Jadi, marilah bersungguh-sungguh setiap saat.
Demikianlah diintisarikan dari 060 Sanubari Teduh – Jalan Mulia Beruas Delapan Bagian 4 https://youtu.be/w9GFawWmYws
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva