Sanubari Teduh – Kebijaksanaan dari Kesadaran Murni (458)
Video Youtube : https://youtu.be/5ersOcOdQ_I
Saudara se-Dharma sekalian, kita sering berkata bahwa pikiran bagi kuda liar dan sulit dikendalikan. Pikiran makhluk hidup tidak teguh. Jika pikiran tidak bisa tenang dan teguh, berarti masih makhluk awam. Makhluk awam mudah tercemar kemelekatan sehingga diliputi noda batin dan tubuh akan melakukan berbagai hal yang tidak patut. Jadi, begitu pikiran kacau, tindakan oleh tubuh akan menyimpang. Menyimpang sedikit saja, akan jauh tersesat. Jadi kita harus senantiasa menjaga pikiran dan niat kita. Jadi, jika pikiran murni dan tulus, kita akan dapat melampaui tataran awam dan mendekati tataran kesucian. Kita terbebas dari belengu dan kekotoran, hati kita pun menyatu dengan Buddha.
Jadi, pikiran kita hendaknya senantiasa dijaga kemurniannya. Dengan demikian, barulah kita bisa, bersikap tulus terhadap semua orang. Sebagai insan Tzu Chi, bukankah kita sering mendengar filosofi ajaran Jing Si yang berisi ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan ? Sebagai manusia, kita harus punya ketulusan. Terhadap siapapun, kita harus berlaku tulus. Jika dapat menjaga pikiran yang benar dan tulus, kita akan melampaui tataran awam.
Tataran awam tadi kita sudah bahas, yakni kondisi pikiran yang liar. Pikiran kita tidak tenang dan teguh. Pikiran terus mengembara ke mana-mana sehingga mengundang banyak kegelapan batin. Karena tidak memahami kebenaran. Tindakan oleh tubuh pun menyimpang. Demikianlah makhluk awam. Makhluk awam baru akan menyesal setelah berbuat kesalahan. Mereka baru mengakui kesalahan di kemudian hari. Bahkan, ada orang yang terus mengulangi kesalahannya. Begitulah makhluk awam.
Kini kita sedang melatih diri dan berharap melampaui tataran awam. Kita ingin melampau tataran makhluk awam, karena Buddha secara pasti memberitahu kita bahwa kita harus menghormati diri sendiri karena kita memiliki hakekat sejati yang murni dan sama dengan Buddha. Kita pada dasarnya memiliki ini. Hanya saja, kegelapan batin dan kemelekatan membuat kita tak dapat mengendalikan pikiran. Selama kita dapat mengendalikan pikiran. Untuk selalu murni dan tulus, maka kita akan berangsur-angsur melampaui tataran awam.
Kegelapan batin dan kemelekatan atau ketidakteguhan pikiran makhluk awam akan perlahan-lahan akan kita atasi. Noda batih perlahan-lahan menjauh. Setelah menjauh dari noda batin, perlahan-lahan kita akan mendekat pada tataran kesucian. Sering dikatakan bahwa setelah mengikis sebagian noda batin, kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Jika kita tidak mengikis noda batin, kebijaksanaan kita tidak akan bertumbuh. Jika dapat menjauhi pemikiran awam, kita akan mendekati pada tataran kesucian. Inilah adalah sesuatu yang pasti.
Semakin jauh kita dari pemikiran awam, semakin dekat kita pada tataran kesucian. Jadi untuk melampaui tataran awam dan mendekati tataran kesucian, kita harus lepas dari belenggu noda batin. Mengenai belengu, kita sudah terbelenggu dari kegelapan batin. Jika tidak semua orang dapat membabarkan kebenaran. Banyak orang yang dapat menulis artikel bagus, tapi batinnya penuh kegelapan dan noda. Ucapannya hanya sebatas ucapan. Artikelnya hanya sebatas artikel. Namun, budi pekertinya sama sekali berbeda. Jadi, perbuatan dan pikiran kita harus sejalan. Dengan demikian, barulah kita bisa terbebas dari belenggu noda batin.
Jika pikiran tidak terkendali dan perbuatan tidak di bina, kita akan tetap menjalin jodoh buruk dengan orang lain. Kepercayaan diri kita tetap tidak cukup. Keyakinan kita tidak teguh. Kita juga sering melihat orang yang biasa melakukan berbagai hal yang baik. Saat berbicara di depan umum ucapannya juga sangat baik. Entah mengapa dia kembali diliputi kegelapan batin. Ini karena belenggu noda batin di hatinya belum terurai. Meski hakekat kebuddhaan tetap ada tetapi terbelenggu oleh noda batin. Ini yang disebut “ Tathagatta yang terbelenggu ”.
Hakekat kebuddhaan kita masih terbelenggu. Jadi, kita kini harus berlatih untuk mengikis noda batin. Kita harus segera terbebas dari noda batin ini. Jangan lagi berkutat dengan noda batin. Jika terus berkutat dengan noda batin, kita berarti menjerat diri sendiri dan semakin lama belenggu ini akan semakin erat. Jadi, bagaimana kita bisa terbebas dari belenggu noda batin? Saat dibahas kedengarannya sangat mudah. Saat di jalankan sesungguhnya agak sulit. Karena itu, proses ini disebut pelatihan diri. Dengan begitu, barulah kita bisa terbebas dari belenggu noda. Hati kita hanya menyatu dengan Buddha. Jika sudah benar-benar terbebas dari seluruh belenggu noda batin, kita akan jauh dari kekotoran. Berhubung segala noda sudah dimurnikan, pikiran kita berarti sama dengan Buddha. Kita menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Hati kita sama dengan hati Buddha.
Kita harus bisa dengan pikiran yang murni dan hati yang tulus, melampaui tataran awam, mendekat pada kesucian, dan terbebas dari belenggu noda batin. Hati kita menyatu dengan hati Buddha.
Sepuluh Kekuatan Kebijaksanaan Buddha :
- Mengetahui yang benar dan salah dalam segala kondisi
- Mengetahui buah karma tiga masa
- Mengetahui segala bentuk Samadhi Pembebasan
- Mengetahui semua kapasitas semua makhluk
- Mengetahui berbagai pemahaman semua makhluk
- Mengetahui berbagai alam
- Mengetahui berbagai arah atau jalan
- Pengetahuan mata Dewa tanpa rintangan
- Mengetahui kehidupan lampau tanpa cela
- Mengetahui metode pemutusan tabiat buruk.
Jadi, kita harus ingat bahwa pikiran harus murni, hati harus tulus, barulah kita dapat melampaui tataran awam, mendekat pada kesucian, dan terbebas dari belenggu noda batin. Hati kita akan menyatu dengan Buddha. Harap semua selalu bersungguh hati.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Kebijaksanaan dari Kesadaran Murni (458) https://youtu.be/5ersOcOdQ_I
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva