Sanubari Teduh – Melakukan Perbuatan Benar Tanpa Kemelekatan di Hati

 

Saudara se-Dharma sekalian, waktu berlalu seperti musim silih berganti. Dalam kehidupan ini tidak ada yang tidak kekal. Kemarin malam, pagi hari, besok dan lusa, bukankah pergantiannya terjadi sangat cepat ? Dalam sekejap, hari sudah malam, dan segera setelah itu, hari sudah kembali terang. Sungguh berlalu sangat cepat. Terutama masa kehidupan kita, dari musim semi hingga musim dingin, waktu satu tahun berlalu cepat sekali. Begitupun tubuh kita,          kelahiran, penuaan, penyakit dan kematian sesungguhnya berlangsung berapa lama?  Kita tidak dapat mempertahankan masa muda ataupun keadaan yang tetap prima selamanya, dan belum tentu kita dapat mencapai masa tua yang penuh ketentraman. Kita tak berdaya menghadapi semua hal  ini.

 

Maka, Buddha menyampaikan bahwa kehidupan tidak kekal. Bumi sangatlah rentan.  Maka, sebagai praktisi Buddhis, kita perlu menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu di dunia senantiasa diliputi oleh ketidakkekalan. Karena itulah kita selalu mengatakan agar manusia janganlah terus diliputi kerisauan dan selalu berhitungan dengan orang lain. Meski kita terlalu risau atau perhitungan, hidup tetaplah tidak kekal, bahkan akan terus mengalami penderitaan. Dalam belajar ajaran Buddha, kita belajar agar dalam setiap hari yang kita lewati, apapun kondisi yang kita hadapi, kita tidak merasa risau. Dapatkah kita menghapuskan kerisauan di dunia ini ? Sangat sulit. Karena melepas kerisauan, kitapun menderita.  Karena itu, meskipun sulit melepasnya, setelah mengetahui penderitaan yang diakibatkan, tidakkah sebaiknya kita berusaha melatih pikiran ?

Pelatihan diri adalah jalan agar hati kita sungguh-sungguh belajar. Ada banyak hal yang harus dipelajari dalam hidup.

Sebelumnya kita telah membahas perlunya melenyapkan noda batin, mengubah noda batin menjadi Bodhi. Untuk itu kita perlu mempraktekkan Empat Pikiran Tanpa Batas dan Enam Paramita yang disebut pula sebagai “Perbuatan  Benar” dan harus di praktikkan semua murid Buddha.

 

Batin hendaknya tanpa pamrih, tidak melekat pada segala fenomena. Meski telah berbuat banyak, hati tetap tidak melekat atau terbelenggu. Perbuatan seperti inilah yang disebut Perbuatan Benar.

 

Selain itu masih ada pula “ 37 Faktor dalam Mencapai Pencerahan”

  • Empat landasan Perenungan
  • Empat Usaha Benar
  • Empat Dasar Keberhasilan
  • Lima Akar, lima kekuatan
  • Tujuh Faktor Pencerahan
  • Jalan Mulia Beruas Delapan

 

Empat landasan Perenungan adalah 4 metode yang membimbing manusia untuk memusatkan perhatian dan melenyapkan pandangan salah, terdiri atas perenungan terhadap kotornya tubuh ini, perenungan bahwa perasaan membawa derita, perenungan atas tidak kekalnya pikiran, dan perenungan bahwa segala fenomena adalah tanpa inti.

 

Sepuluh kejahatan:

  • Karma Buruk melalui Tubuh: membunuh, mencuri, berbuat asusila
  • Karma Buruk melalui Ucapan: Berkata-kata kasar, berdusta, berkata-kata kosong, bergunjing
  • Karma Buruk melalui Pikiran : Ketamakan, kebencian, kebodohan.

 

Seluruhnya menjadi sepuluh kejahatan, ketika pikiran mulai menyimpang, makhluk awam mulai menciptakan karma buruk. Sebagai makhluk awam, setiap perbuatan kita terus menciptakan karma buruk dan kesalahan. Tabiat buruk makhluk awam bersumber dari ketamakan, kebencian dan kebodohan. Renungkanlah, semuanya adalah akibat dari adanya tubuh ini.  Ketika niat dan pikiran mulai muncul, maka tubuh pun melakukan keburukan. Ketika muncul pikiran yang keliru, maka kitapun mengucapkan dusta, perkataan kosong dan ucapan buruk. Semua ini karena kita memiliki tubuh. Dengan demikian maka tubuh ini adalah sumber dari segala kejahatan. Namun di sisi lain, jika tubuh ini dapat dimanfaatkan dengan baik, ia merupakan sarana melatih diri.  kita sangat membutuhkan tubuh ini untuk menjalankan pelatihan diri. Kita harus mengengam setiap saat, menghargai setiap jalinan jodoh, dan menjaga setiap kesempatan. Tubuh juga dapat digunakan untuk mengucapkan perkataan yang baik.

 

Panjang pendeknya usia tak dapat dikendalikan, namum makna kehidupan dapat diperluas, manfaatkanlah tubuh ini sebaik-baiknya untuk melakukan yang seharusnya dilakukan, kembangkanlah nilai kehidupan dan berjalan di Jalan Bodhi yang lapang.

 

Mempelajari ajaran Buddha berarti harus memahami kebenaran hidup, menyadari ketidaksucian tubuh ini dan memanfaatkanya sebagai sarana melatih diri, bukan malah menghalangi pelatihan diri. kebajikan maupun kejahatan  ditentukan oleh pikiran.

 

Banyak kerisauan timbul akibat perasaan, baik perasaan sedih maupun gembira sama-sama membawa kerisauan. Jika dapat menyadari bahwa perasaan membawa derita, bersikap puas diri, bersyukur, penuh pengertian dan toleransi, maka akan dapat mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan.

 

Pikiran manusia senantiasa berubah dan tidak kekal. Janganlah biarkan noda batin timbul akibat fenomena dan kondisi luar. Dengan menyadari ketidakkekalan, kita akan dapat membangun ikrar agung untuk bersumbangsih dengan sukarela bagi semua makhluk.

 

Segala materi di dunia terbentuk dan lenyap mengikuti jalinan jodoh dan kondisi. Jika dapat memahami bahwa segala fenomena adalah tanpa inti yang kekal, maka kita akan dapat meneguhkan pikiran kita pada Dharma dan jalan Pelatihan diri. Kita harus senantiasa bersungguh-sungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari   Sanubari Teduh – Melakukan Perbuatan Benar Tanpa Kemelekatan di Hati – 051 https://youtu.be/OYSQmp8sgDs

 

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva