Sanubari Teduh – Membalas Budi Luhur Buddha

 

Saudara se-Dharma sekalian, saat kita duduk bermeditasi, adakah masing-masing melakukan introspeksi ?  kita harus mengintrospeksi diri untuk merenungkan akibat dari perbuatan kita. Kita harus terus mengamati apakah niat yang baru timbul dalam pikiran kita merupakan niat yang  jernih ataukah tidak, dan apakah perbuatan kita di masa lalu berguna bagi orang lain atau hanya mementingkan diri sendiri. Kita harus terus menerus melakukan refleksi   agar lebih bermawas diri di masa depan. Merenungkan yang telah berlalu membuat kita dapat lebih bermawas diri di masa depan.

 

Kita yang telah membalas budi Tahagata dalam kehidupan ini haruslah melatih diri dengan berani dan bersemangat, bekerja keras dan tahan derita, mengorbankan segenap jiwa raga, demi menegakkan Tiga Permata, menyebarkan ajaran Mahayana, dan membimbing semua makhluk secara luas agar bersama-sama memasuki kesadaran Agung.

 

Dengan senantiasa mawas diri, barulah dapat menghindari jodoh buruk. Sebaliknya, jika sekali salah melangkah, maka akan terjerumus dan sulit untuk melepaskan diri. Banyak orang menyadari kesalahannya, namun merasa putus asa karena berpikir, “ Saya tak bisa lagi berpaling.” Orang-orang seperti ini tahu dirinya salah, namun tak dapat mengubah dirinya. Mereka telah kehilangan tekad sehingga batinnya tak dapat bangkit kembali. Terlebih lagi tubuh jasmani mereka telah kecanduan berat  dan kehilangan kendali diri. Namun, tiada hal yang sulit di dunia, bila kita sungguh-sungguh bertekad. Jika memiliki tekad yang teguh, kita pasti mampu berubah. Sebagaimana yang telah Buddha katakan, kejahatan tidak memiliki hakikat sejati. Ini berarti orang yang berbuat buruk tidak selamanya menjadi buruk. Asalkan bertekad untuk berubah, keburukan itu dapat terhapuskan. Maka, dalam Syair Pertobatan dikatakan,  “ Dan karena kejahatan lenyap jika sebab dan kondisi padam, maka kini kita membersihkan batin dan bertobat” Jika kita dapat segera menyadari kesalahan, maka meski kini sangat sulit untuk berubah, kita harus tetap bertekad untuk segera membersihkan hati dan pikiran serta memulai lembaran baru. Jika hendak bertobat, kita harus mengakui kesalahan secara terbuka. Jika berkata hendak membersihkan hati, namun sering menutupi kesalahan, berarti kitak tidak sungguh-sungguh bertobat. Jika kita dapat menyadari kesalahan kita dan sadar inilah saatnya memulai hidup baru, maka kita akan senantiasa mengingatkan diri sendiri.

 

Jika dapat menyadari kesalahan, segera mengakuinya secara terbuka, serta bertekad untuk menyucikan batin, maka saat itulah lembaran baru di mulai dalam kehidupan.

Saudara sekalian dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus memahami hukum karma. Kejahatan tidak memiliki hakikat sejati, melainkan muncul karena sebab dan kondisi. Setelah mengetahui kenyataan ini, kita harus selalu waspada agar jalinan jodoh buruk berada jauh dari kita sehingga benih karma buruk kita tidak menemukan kondisi untuk berbuah. Karena itu dalam melatih diri, kita harus senantiasa mawas diri agar dapat menyadari pentingnya membangkitkan hati yang bertobat. Seetiap orang berpotensi untuk berbuat salah. Karena itu, kita harus selalu senantiasa bertobat. Intinya. Kejahatan tidak memiliki hakikat sejati. Senantiasalah waspada dan berintrospeksi. Harap semuanya lebih bersungguh-sungguh.

 

Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh – Membalas Budi Luhur Buddha (068)

https://youtu.be/l2WuFms0Yps

 

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

 

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva