Sanubari Teduh – 六度萬行 Praktik Enam Paramita
Saudara se-Dharma sekalian, saat duduk di pagi hari setelah melantunkan sutra, kondisi batin kita pada saat ini seharusnya amat hening dan jernih. Banyak orang yang bertanya, “Apa yang harus dilakukan saat bermeditasi?“ “Untuk apa bermeditasi ?” Untuk menenangkan pikiran. Ini juga merupakan bagian dari pelatihan diri.
Pada masa lampau, banyak guru besar beserta para muridnya yang berlatih Zen. Suatu hari, saat murid sedang bermeditasi, sang guru menghampirinya dan bertanya Apa yang kaulakukan?” “Saya sedang bermeditasi.” “Untuk apa bermeditasi?””Untuk mencapai kebuddhaan”. Beberapa hari kemudian, murid ini melihat sang guru berada di tempat itu sambil memoles bata. Sang muridpun merasa aneh. “Mengapa guru memoles batu bata ? “ Ia pun bertanya, ”Guru, mengapa guru memoles batu bata ? “. Sang guru tersenyum simpul dan menjawab, “Aku membutuhkan sebuah cermin.” Sang Murid membalas, “Bagaimana,bisa batu bata di poles jadi cermin? “ Sang guru kembali tersenyum dan menjawab, “Kalau batu bata tak bisa di poles jadi cermin, bagaimana dirimu yang hanya duduk bermeditasi dapat menjadi Buddha ?” Seketika itu juga sang murid pun langsung tercerahkan. Inilah yang disebut ajaran yang mengena.
Saya menceritakan Koan yang sama, apakah dapat mengena pada diri kalian ? apakah kalian dapat tercerahkan ? Itu tergantung kemampuan setiap orang. Bagi saya, saya merasa, “Benar, ingin menjadi Buddha hanya dengan duduk bermeditasi, apakah semudah itu ? “ Buddha mengajarkan Praktik Enam Paramita. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menyempurnakan Enam Paramita. Kita harus mampu mempraktikkan Paramita dana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi dan kebijaksanaan. Keenamnya adalah alat untuk melatih diri. Untuk memahat sesuatu, kita memerlukan alat. Begitupula dalam melatih diri, kita harus memiliki metode. Metode adalah Enam Paramita.
Praktik Enam Paramita adalah metode pelatihan diri Bodhisattva, secara luas disebut praktik Enam Paramita, dapat menyeberangkan semua makhluk dari lingkaran kelahiran dan kematian yang penuh penderitaan ke pantai kebahagiaan Nirvana.
Jadi sebagai praktisi. Kita harus terlebih dahulu membuka hati. Terhadap alam semesta beserta isinya, kita harus menghormatinya bagai diri sendiri; merasakan penderitaan semua makhluk bagai penderitaan sendiri. Jika dapat menyadari keterkaitan semua makhluk, maka dalam memberi bagi semua makhluk tidak akan terasa sulit. Jadi dalam berdana, kita harus terlebih dahulu membuka hati. Inilah yang di sebut memiliki hati yang seluas jagat raya. Dengan begitu barulah kita dapat memandang semua makhluk terkait dengan kita. Jadi dalam praktik ajaran Buddha, mengenai berdana, Buddha mengatakan bahwa Beliau memandang semua makhluk bagai Rahula, anak-Nya sendiri. Dengan cinta kasih orang tua. Beliau memandang semua makhluk bagai anak. Inilah yang Buddha ajarkan pada kita, yakni dengan pikiran bagaimana kita harus memandang semua makhluk. Kita harus lebih dahulu membuka hati. Berdana adalah langkah pertama. Dalam berdana kita tentu harus tetap menaati aturan dan sila. Kebanyakan orang semakin terjerumus karena nafsu keinginan. Jika kita ingin melangkah di jalan Bodhisattva dengan aman dan lancar, yang terpenting adalah tidak terjerumus dalam nafsu keinginan. Untuk itu, dari lubuk hati terdalam kita harus senantiasa memegang teguh sila. Untuk memegang teguh sila. Kita harus memiliki ketahanan dan kesabaran. Tahan akan godaan nafsu keinginan, bersabar menghadapi hasutan orang lain. Kita harus memiliki ketrampilan ini agar dapat senatias memegang teguh sila. Selain kesabaran di butuhkan semangat. Kita bukan hanya terus bersabar atau bertahan, melainkan juga harus semangat. Ketika sedang bersabar dan bertahan, kita juga harus berusaha. Bersabar saja tidak cukup. Selain sabar, kita harus senatiasa berusaha. Jadi, kita harus bersemangat. Inilah yang harus dimiliki setelah kesabaran. Kita harus memiliki kekuatan untuk maju. Langkah kita tak boleh berhenti.
Senantiasa berada dalam perhatian benar dengan pikiran yang terpusat dan tak tergoyahkan, inilah yang di sebut samadhi.
Berjalan dijalan benar dengan keteguhan hati, tak tergoyahkan oleh musibah apapun, inilah yang disebut melatih diri dalam samadhi.
Ketahuilah bahwa Dharma yang Kubabarkan bagaikan sebuah rakit. Kita menggunakannya untuk menyeberangi sungai kelahiran kembali. Setelah tiba di pantai seberang, kita harus meninggalkan rakit untuk menapak didaratan. Karena itu, hendaknya tidak terlalu melekat. Meditasi tak lepas dari keseharian. Meditasi harus ada dalam setiap aktivitas. Jadi harap semua orang senantiasa menjaga pikiran dengan baik. Keteguhan pikiran adalah Zen. Senantiasalah bersungguh-sungguh.
Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh – 六度萬行 Praktik Enam Paramita – 046 https://youtu.be/BxiNBWgS1WE
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva