Sanubari Teduh Batin yang Murni Melihat Kebenaran (261)
Video Youtube : https://youtu.be/QIlxUagmcoM
Saudara se-Dharma sekalian, kita hendaknya bersungguh hati setiap hari, bersungguh hati berarti harus teliti. Namun kita hendaknya menjunjung tinggi pikiran sederhana yang begitu murni. Jika pikiran kita rumit, maka noda batin akan menjadi banyak. Kadang kita merasa bahwa ajaran Buddha harus dikaji lebih dalam, barulah di sebut Dharma, Namun, kadang Dharma yang dalam belum tentu bisa kita praktekkan, karena kita belum memahami sepenuhnya. Sesungguhnya didalam kehidupan kita sehari-hari. Kesederhanaan dan kesesuaian dengan ajaran Buddha, itulah Dharma yang sejati.
Buddha berkata, Semua makhluk melakukan sepuluh kejahatan, apakah sepuluh itu, tiga dari tubuh, empat dari ucapan, dan tiga dari pikiran
( Sutra Empat Puluh Dua Bagian )
Kita semua tahu bahwa ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam hidup, dua hal ini dipisahkan garis pemisah, sisi yang satu adalah kejahatan, sisi yang lain adalah kebajikan. Mempelajari Dharma adalah mencari cara untuk memahami apa yang dimaksud kejahatan. Yang lebih penting adalah memupuk kebajikan. Jadi ditengah garis pemisah ini, kita hendaknya memahami bahwa segala Dharma sesungguhnya ada di sisi kita.
Sepuluh karma buruk :
Tiga karma buruk dari tubuh : Membunuh, mencuri, berbuat asusila
Empat karma dari ucapan : Berkata kasar, berdusta, omong kosong, bergunjing
Tiga karma dari pikiran : Ketamakan, kebencian, kebodohan
Sepuluh karma lewat tiga pintu ini, bukankah ada dalam keseharian kita ? sesungguhnya apakah kita berbuat baik atau jahat ? Jika berbuat jahat, maka kita akan berjalan melawan kebenaran dan tidak sesuai Dharma. Jika berbuat baik berarti kita mengikuti ajaran orang suci. Para bijak dan orang suci datang ke dunia, tidak lain untuk membimbing kita ke arah kebajikan. Sebuah ungkapan berbunyi, jangan enggan melakukan perbuatan baik yang kecil. Jangan pula melakukan kejahatan meskipun kecil. Janganlah berpikir dangkal “Untuk apa melakukan kebajikan kecil ? “ “Hanya kejahatan kecil tidak apa dilakukan hanya sekali”, meski tetesan air terlihat kecil tetapi lama-kelamaan bisa melubangi batu. Setetes demi setetes air dapat terhimpun menjadi jumlah yang diperhitungkan. Jadi hendaknya kita menggunakan pikiran murni. Yang seharusnya kita lakukan harus kita lakukan dengan giat. Yang tidak seharusnya dilakukan, harus kita waspadai. Begitu sederhana, inilah ajaran para Buddha. Namun semua makhluk, kini merubah hal sederhana menjadi hal rumit. Mereka mengabaikan hal yang seharusnya mereka lakukan.
Meski suatu perbuatan itu kecil, tetapi tak lepas dari kebajikan dan kejahatan. Jangan enggan berbuat kebajikan karena kebajikan itu kecil, jangan pula berbuat kejahatan meski kejahatan itu kecil. Inilah ajaran Para Buddha.
Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat enam puluh dua pandangan. Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat delusi pandangan dan delusi pikiran. Sembilan puluh delapan kecenderungan dan seratus delpan noda batin terus membara siang dan malam sehingga membuka semua celah dan menciptakan segala karma buruk.
Berikutnya kita akan membahas delusi pandangan dalam melihat kebenaran dan delusi pikiran ini tidak luput dari pandangan dan pemahaman. Berbagai kesalahan bermula dari pandangan kita. Enam puluh dua pandangan telah kita ulas dengan jelas sebelumnya, kita seharusnya tahu bahwa baik sebelas kecenderungan umum, maupun dua puluh lima aku semua tak lepas dari pandangan dan pikiran kita. Jika sedikit saja pikiran kita menyimpang maka segalanya akan salah ini berarti kita kita tidak melihat kebenaran, tidak bersentuhan langsung dengan kebenaran yang sesungguhnya.
Meski kebenaran berada di depan kita. Kita tetap tidak merasakannya. Jadi kita selalu tersesat dan tidak dapat melihat kebenaran. Karena itu, kini kita ingin memahaminya dengan baik, siapa yang bisa melihat kebenaran ? Orang yang bisa melihat kebenaran sejati adalah mereka yang telah memasuki tingkat kesucian dalam Sravakayana. Para pemasuk arus dalam Sravakayana baru bisa melihat kebenaran yang sesungguhnya. Pemasuk arus atau Srotapanna masih harus mempelajari banyak Dharma. Artinya, kita dapat memurnikan pikiran. Dan melenyapkan segala nafsu keinginan. Dengan begitu batin masuk kondisi yang tak tergoyahkan ini adalah awal pembebasan dari tataran makhluk awam dan memasuki tataran kesucian. Ini di sebut pemasuk arus, yakni mulai memasuki tingkat kesucian dan melihat kebenaran. Kebenaran ini bisa dilihat dan ditemukan oleh mereka yang telah mencapai tingkatan pemasuk arus keatas.
Kembali pada kemurnian dan kesederhanan, bebas dari kondisi dan nafsu, terjun ketengah masyarakat dan memberi manfaat bagi semua makhluk. Dengan begitu kita dapat melihat kebenaran.
Selanjutnya adalah pikiran. Setelah melihat kebenaran, mana yang benar dan mana yang salah, harus sungguh-sungguh kita renungkan. Melihat orang membawa manfaat bagi orang banyak dan melakukan hal yang benar, kita harus memuji dan bersukacita. Orang yang melakukan perbuatan tidak benar harus kita hindari. Kita harus segera berintrospeksi.
Dengan pikiran, kita baru bisa memilih yang baik dan yang tidak baik. Yang baik harus kita lakukan dengan giat dan yang tidak baik harus kita jauhi. Selain itu juga hendaknya senantiasa merenungkan apakah diri sendiri seperti ini. Dengan pikiran benar, barulah kita dapat melihat kebenaran. Jadi, pikiran ini sangat penting.
Setiap orang hendaknya senantiasa mawas diri. Kita harus mengamati dengan kebijaksanaan. Bagaimana cara untuk memiliki kebijaksanaan ? Batin kita harus jernih dan bersih. Jika batin kita bersih bagai cermin yang jernih, barulah kita dapat mengamati dengan jelas.
Jadi, untuk menciptakan berkah yang melampaui keduniawian, kuncinya juga terletak pada apakah pikiran kita benar. Intinya, benar atau salah terletak pada pikiran. Niat pikiran inilah pelopor perbuatan kita. Perbuatn di golongkan menjadi tiga, yaitu tubuh, ucapan dan pikiran. Begitu sederhana, dari ketiganya bisa tercipta sepuluh kejahatan dan sepuluh kebajikan. Dari sepuluh kejahatan kita dapat menciptakan karma buruk yang tak terhingga. Dengan adanya karma buruk kita bisa terjerumus ke dalam tiga alam rendah. Ini merupakan penderitaan yang tak terkira. Jadi, kita harus selalu waspada. Bagaimana agar dapat melihat kebenaran ? Kita harus mengamati dengan kebijaksanaan.
Saudara sekalian, berpikirlah sederhana dan murni. Jangan biarkan pikiran kita menjadi rumit. Namun, kebenaran harus dipahami dengan jelas. Jadi, saya berharap kita senantiasa bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari video Sanubari Teduh Batin yang Murni Melihat Kebenaran (261) https://youtu.be/QIlxUagmcoM
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
Website : www.Sanubariteduh.com
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva