Sanubari Teduh – Berbuat Baik Menciptakan Berkah (266)

 

Video Youtube : https://youtu.be/QMjPDXip-q4

Saudara se-Dharma sekalian, dalam kondisi yang hening, batin kita tentu merasa sangat damai. Dengan batin yang damai, barulah kita dapat mawas diri dan tulus. Jika batin damai, dengan sendirinya kita akan lebih waspada. Kita akan lebih sadar apakah batin kita terus mengembara kearah kondisi luar. Jika timbul pikiran negatif, dapatkah kita menyesal dan bertobat ? Untuk dapat membangkitkan pikiran seperti itu dibutuhkan kewaspadaan diri. Sikap mawas diri harus di mulai dari kondisi batin yang hening. Kita harus selalu menjaga keheningan batin agar noda batin tidak mencemari batin kita. Inilah yang harus kita latih setiap saat.

Sebelumnya kita terus membahas tentang “membuka pintu celah” artinya adalah pikiran yang penuh noda batin. Kita selalu membuka pintu celah batin kita dan membiarkan banyak noda batin masuk. Berhubung banyak noda batin kita, maka kita sering merasa risau dan tak dapat mengendalikan diri. Kita tak dapat menjaga kemurnian hati. Ini karena kita telah mengundang berbagai noda batin masuk. Akibatnya perbuatan kita dalam keseharian banyak dipenuhi kesalahan. Ini yang disebut membuka pintu celah. Dengan banyaknya noda batin. Noda batin ini tidak hanya mengganggu diri sendiri, tetapi juga orang bijak dan suci, bahkan semua makhluk di tiga alam. Yang paling menakutkan adalah terus terlahir di tiga alam. Jadi, dikatakan, “terus berada di enam alam, tiada tempat untuk bersembunyi “ Noda batin kita serta karma buruk kita memengaruhi segala aspek kehidupan kita.  Kita terus terjebak di dalam enam alam. Jika menciptakan banyak berkah kita bisa terlahir di alam dewa atau  manusia, ini bergantung pada berkah yang kita buat. Namun, meski kita menciptakan banyak berkah, meski terlahir di alam dewa di surge, kita masih bisa terjatuh ke alam lain setelah berkah itu habis. Ini akibat noda batin yang tak kunjung berakhir. Kita mungkin hanya tahu menciptakan berkah, tetapi tidak mengerti untuk menyucikan batin.

Saat berbuat baik, kita boleh tamak. Untuk melakukan ini sesungguhnya sulit bagi makhluk awam seperti kita. Hanya Bodhisattava yang mampu melakukannya. Jadi, yang diciptakan bukan hanya berkah untuk lahir di alam manusia atau dewa, tetapi melampaui itu semua. Dalam melatih diri, kita harus berlatih untuk melampaui enam alam kelahiran kembali. Alam dewa masih termasuk dalam enam alam. Jadi, meski telah berbuat baik dan menciptakan banyak berkah, kita tetap belum akan bebas dari enam alam. Inilah yang disebut selamanya berada di enam alam.

Begitu pintu noda batin terbuka, meski anda berbuat baik, tetapi kebaikan anda masih diliputi noda batin karena anda masih tamak dengan berkah. Jadi, enam alam kelahiran kembali adalah tempat yang penuh kejahatan.  Jika kita memiliki pamrih saat bersumbangsih, maka saat keinginan tak tercapai, niat buruk bisa timbul. Ini sangat menakutkan. Jadi, di dalam enam alam, kesempatan berbuat sangat banyak. Karena itu dikatakan, “ Tiada tempat untuk bersembunyi.”  Selama kita masih di enam alam, selama batin kita belum bebas dari noda, maka di enam alam ini tiada tempat bagi kita bersembunyi. Di mana kita mau bersembunyi ? Saat ini seharusnya kita bisa bersembunyi.

Berbuat baik menciptakan berkah, bersumbangsih tanpa pamrih, barulah bisa melampaui batin yang penuh ketamakan dan sikap perhitungan sehingga tiada kesempatan untuk berbuat jahat. Dengan begitu kita terhindar dari enam alam.

Para bhiksu hendaknya mawas diri dalam sila, kelengahan membawa kerisauhan, membawa gejolak yang tumbuh dari kecil ke besar, dan memupuk kejahatan bagai api yang membakar.
( Dharmapadavadana )

Kemudian Buddha berkata “Memegang sila membawa berkah dan kebahagiaan“. Jika kita berpegang pada sila setiap hari, dan melatih diri sesuai jalan yang diajarkan, maka saat berada dalam kondisi yang hening, batin juga akan ikut hening “

Memegang sila membawa berkah dan kebahagiaan; melanggar sila membawa ketakutan. Jika dapat memutus kebocoran tiga alam, maka akan semakin dekat dengan nirvana.  ( Dharmapadavadana )

Buddha adalah yang Maha Sadar di alam semesta, juga merupakan hakekat kesadaran di dalam batin kita. Jadi, “Tathgatha yang terbelengu” masih tersimpan di balik noda batin kita. Ia adalah hakekat kesadaran yang cemerlang. Jadi, ini bergantung pada diri kita sendiri. Semoga hakekat kebuddhaan di dalam hati kita, selalu muncul mengingatkan kita, baik dalam kesalahan yang berwujud maupun gejolak pikiran yang tak berwujud. Hakekat kesadaran kita yang sejati ini hendaknya dapat selalu mengingatkan kita. Jadi kita harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari video Sanubari Teduh – Berbuat Baik Menciptakan Berkah (266) https://youtu.be/QMjPDXip-q4

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva