Saudara se-Dharma sekalian, mempelajari ajaran Buddha berarti melatih pikiran. Surga dan neraka ditentukan oleh pikiran. Para Buddha di tiga masa juga di pelopori oleh pikiran. Jadi semua berpulang pada pikiran. Neraka penuh penderitaan. Jika dibandingkan dengan kehidupan manusia , beribu penderitaan di alam manusia, tidak bisa dibandingkan dengan kondisi neraka. Di sini kita paham bahwa neraka begitu penuh penderitaan. Penderitaan tak terkira ini digambarkan sebagai neraka. Penderitaan ini tak bisa dilukiskan. Karena itu, ia disebut neraka.

Penderitaan yang tak terkira di gambarkan sebagai neraka. Penderitaan alam manusia dapat mnggambarkan neraka. Orang yang terbaring sakit dan merintih tak berdaya sebagian besar menderita akibat pikirannya sendiri.

Penderitaan alam manusia bisa menggambarkan alam neraka. Kondisi yang paling menderita ialah neraka. Neraka penuh penderitaan. Namun bagaimana kita bisa melihatnya ? Kita sungguh tak dapat melihatnya. Berbagai penderitaan manusia tak dapat dibandingkan dengan neraka. Namun, dialam manusia ini kita juga sering melihat dan mendengar penderitaan, misalnya orang yang terbaring sakit dan tak berdaya. Orang yang terbaring sakit sangat menderita.

Di dalam Sutra Ksitigarbha digambarkan tentang neraka, salah satunya Neraka Ranjang Besi. Dikatakan bahwa ranjang ini penuh bahkan oleh satu orang sekali pun. Ini menggambarkan penderitaan di neraka. Banyak orang yang menderita di sana. Mereka hanya dapat mengurus penderitaan mereka sendiri, tidak dapat mengurusi apakah di sekitar mereka ada orang lain atau tidak. Dalam siksaan di neraka Ranjang Besi, seseorang merasa dirinyalah yang paling menderita Dengan adanya penderitaan itu, seantero neraka seakan penuh dengan ranjang besi. Bagaimana ujud ranjang besi ?

Sutra Ksitigarbha mengambarkannya sebagai ranjang yang terbuat dari besi yang panas membara. Orang-orang berbaring diatasanya. Bayangkan bukankah sangat menderita ?

Di neraka itu penuh dengan ranjang besi penuh sesak dengan luas sepuluh ribu Yojana. Saat sesorang menerima hukuman di sana. Ia akan mendapati dirinya memenuhi semua ranjang itu. Jika ada jutaan orang yang menerima hukuman, masing-masing dari mereka memenuhi semua ranjang itu. Inilah akibat dari berbagai karma buruk yang diterima . (Sutra Ikrar Utama Bodhisattva Ksitigarbha)

Mengapa ini bisa terjadi ? Tiada akibat tanpa sebab. Semuanya bermula dari pikiran. Sebersit kegelapan batin membangkitkan Tiga Aspek halus. Kontak dengan kondisi luar menumbuhkan Enam Aspek Kasar. Akibat kontak dengan kondisi luar dan godaan dari dalam batin., berbagai penderitaan tercipta. Bencana dan berkah di ciptakan oleh diri sendiri. Intinya, yang terpenting dari praktisi Buddhis ialah melatih pikiran ini. Kita harus sungguh-sungguh menjaga pikiran. Penderitaan di dunia sungguh banyak.

Kita hendaknya meningkatkan kewaspadaan dan membangkitkan hati yang tulus. Kita harus mawas diri dan tidak lagi melakukan pelanggaran. Kita segera bertobat dengan tulus. Inilah cara untuk menolong diri sendiri. Surga dan neraka ditentukan oleh pikiran. Para Buddha di Tiga masa juga dielopori oleh pikiran. Jadi, kita harus sungguh-sungguh memahami bahwa wujud penderitaan tak terkira digambarkan sebagai neraka. Orang yang sakit dan tak berdaya juga menderita akibat pikirannya sendiri.

Saudara sekalian, kita harus bersungguh hati. Jika tidak, berbagai siksaan dapat timbul dari pikiran sehingga membuat kita menderita. Setiap orang hendaknya lebih bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh Berkah dan Bencana Dipelopori oleh Pikiran (503) https://youtu.be/x2Mx5ofWTiQ

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva