Sanubari Teduh – Bersatu Hati dan Saling Mengasihi dalam Memikul Tanggung Jawab (429)
Video Youtube : https://youtu.be/SLX1zpGzvjI
Saudara se-Dharma sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, pikiran harus terpusat. Bagi perumah tangga, keluarga ada karena suami dan istri, bagi burung yang membangun sarang, menelurkan anak, lalu mengajarinya terbang. Orang tua adalah teladan bagi anak. Dengan demikian, semua orang tahu misi diri sendiri, yaitu demi keluarga. Keluarga pasti terdiri dari suami dsan istri. Sebelum anak menjalankan usaha, orang jaman dahulu terlebih dahulu mencarikan istri. Setelah berkeluarga barulah memulai usaha. Bahkan, sampai kini ada yang seperti itu.
Setelah kita lahir, orang tua membesarkan kita hingga kita tumbuh dewasa. Setelah dewasa, selain menempuh pendidikan, manusia mulai mencari pasangan. Setelah itu mereka menikah dan berkeluarga. Di zaman sekarang banyak keluarga kecil. Setelah menikah, orang mulai tinggal terpisah dari orang tua dan membangun keluarga kecil. Keluarga ini harus dibangun atas dasar cinta antara suami dan istri. Bagaikan burung, setelah bersatu, mereka mulai mengumpulkan rumput dan perlahan-lahan membuat sarang. Burung walet akan mengunyah tanah. Mereka akan datang ke rumah orang dan bersarang di atap. Mereka akan membawa tanah yang sudah dikunyah untuk membuat sarang. Lain halnya burung pipit akan menggunakan rumput sebatang demi sebatang untuk membuat sarang. Begitupula suami istri harus bersatu hati dan membangun bersama sarang cinta kasih.
Suami dan istri harus bekerjasama. Induk burung akan bertelur. Setelah bertelur harus mengerami telur. Burung jantan dan betina harus bekerjasama agar burung betina dapat mengerami telur. Setelah telur menetas dan anak burung lahir, si induk haus mencari makan diluar dan membawa pulang ke sarang untuk menyuapi anak burung. Induk burung harus membesarkan anak burung. Di dalam sarang, selain burung jantan dan betina, masih banyak anak burung. Bayangkan sarang burung begitu hangat. Setelah anak burung lahir dan tumbuh besar perlahan-lahan. Saat sayapnya sudah tumbuh kuat, induknya akan bergantian mengajarinya terbang.
Konfusius mengatakan bahwa belajar berarti membiasakan diri seiring waktu. Bagai anak burung belajar terbang, demikian pula manusia belajar. Anak burung diajari terbang perlahan-lahan. Saat ia mulai terbang dan mengepakkan sayapnya, ia juga bisa jatuh. Induknya tetap akan mengajarinya induknya dan terus mendorongnya untuk mengepakkan sayapnya dan terbang. Ia mungkin terus terjatuh, tetapi ia juga terus belajar. Begitulah orangtua mendidik anak, sama seperti burung yang diajari untuk terbang.
Jadi di dalam masyarakat kita, harus ada keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis membutuhkan kesatuan hati suami istri untuk menciptakan kehangatan. Setelah memiliki anak, orang tua harus lebih bersatu hati dan saling mengasihi. Ini adalah landasan dalam mendidik anak. Jadi, orang tua adalah teladan bagi anak. Setiap orang harus menunaikan tanggung jawab ini. Jika semua keluarga di masyarakat bahagia, masyarakat kita tentu harmonis. Semua ini bermula dari setiap keluarga dan setiap pasang suami istri. Kerukunan suami istri berawal dari pelatihan ke dalam diri setiap individu. Jadi, menciptakan keluarga yang hangat adaah tanggung jawab diri sendiri. Jika setiap orang menunaikan tanggungjawab, maka akan dapat merawat keluarga dengan baik dan mendidik anak dengan baik. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Bersatu Hati dan Saling Mengasihi dalam Memikul Tanggung Jawab (429) https://youtu.be/SLX1zpGzvjI
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva