Sanubari Teduh – Bertemu Dharma dan Sangha serta Membangkitkan Keyakinan (465)

Video Youtube : https://youtu.be/7S8h0W42LM4

Saudara se-Dharma sekalian, waktu terus berlalu, manusia juga terus menua. Kadang saat bermeditasi, saya terpikir kisah-kisah relawan daur ulang. Saya sering melihat kisah mereka. Banyak relawan lansia di sana. Banyak yang sudah berumur. Ada yang tidak leluasa bergerak dan sudah banyak beruban. Mereka sangat tekun melakukan daur ulang. Mereka sangat mengengam waktu. Kita melihat sebelum matahari terbit, mereka sudah mendorong gerobak untuk memunguti sampah sepanjang jalan. Ada pemilik toko yang menaruh barang daur ulang di depan toko. Sebelum toko itu buka kembali, para relawan sudah mengambilnya dari toko-toko itu. Mereka mendatangi satu demi satu toko dengan gerobak yang kosong. Saat kembali, gerobak sudah terisi penuh. Kadang muatan lebih tinggi dari orangnya. Kita yang melihatnya merasa hormat sekaligus tidak tega. Mereka sudah begitu lanjut usia, tetapi masih berkeliling di jalan dan membawa tumpukan barang. Jika ada kendaraan dari arah berlawanan, apakah mereka dapat menghindar ? Saya sungguh khawatir dan tak tega melihatnya. Saya sungguh mengasihi mereka.

Sulit terlahir sebagai manusia. Tubuh ini harus dihargai, kini kita harus menghargai tubuh kita ini dan menghargai pikiran kita. Tubuh dan pikiran harus kita jaga. Tubuh bisa bersumbangsih seperti para relawan daur ulang. Para relawan ini sangat menjaga tubuh. Tubuh adalah sarana pelatihan diri. Saat masih bisa keluar, berarti untung. Jika kita bersedia untuk bersumbangsih, berarti kita memperoleh untung. Jadi, menyayang tubuh ini berarti memanfaatkannya dengan baik. Dengan begitu, kita juga memperoleh manfaatnya. Kita sungguh harus menghargai tubuh ini. Sesungguhnya, tubuh para relawan dapat bergerak tanpa takut sakit atau tanpa takut leluasa karena adanya tekad di dalam pikiran. Mereka memiliki keberanian dan semangat untuk menyayangi Bumi dan umat manusia.
Lihatlah berapa bijaksananya mereka. Dengan welas asih dan kebijaksanaan mereka menyayangi tubuh mereka.

Jadi, kelahiran sebagai manusia ini harus kita hargai. Sulit pula terlahir sebagai manusia dengan enam kesempurnaan. Terlahir sebagai manusia saja sudah sulit. Lebih sulit lagi terlahir sebagai manusia dengan enam pendukung. Apakah enam hal pendukung itu ? Selain Sulit terlahir sebagai manusia juga sulit bertemu ajaran Buddha. Sulit juga bertemu dengan sangha. Sulit juga untuk membangkitkan keyakinan. Sulit juga memiliki enam indra sempurna. Sulit juga bertemu mitra yang bajik. Inilah enam hal itu.

Saudara sekalian, untuk memiliki semuanya, sesungguhnya agak sulit. Jadi, bayangkan, kita telah lahir sebagai manusia, bertemu ajaran Buddha, bertemu dengan Sangha, memiliki enam indra yang lengkap, memiliki keyakinan, dan dikelilingi sahabat-sahabat yang baik, bukankah sangat penuh berkah ? Jadi, kita harus menghargai semua ini. Di dalam Syair Pertobatan Air Samadhi dikatakan :

Di dalam Sutra, Buddha berkata sulit terlahir sebagai manusia, sulit bertemu ajaran Buddha, sulit berkumpul dengan Sangha, sulit untuk membangkitkan keyakinan, sulit untuk memiliki enam indra yang lengkap, sulit untuk mendapat sahabat yang baik.

Disini dikatakan bahwa kita harus sungguh-sungguh merenungkan apakah jalinan jodoh yang sudah kita miliki sudah sangat lengkap. Pertama. Terlebih dahulu kita membahas sulitnya terlahir sebagai manusia. Tubuh adalah sumber penderitaan, tetapi juga sarana pelatihan diri. Kita sering berkata bahwa penderitaan manusia disebabkan oleh tubuh. Karenanya ada tubuh ini berbagai penderitaan di rasakan manusia. Dahulu kita pernah membahas bahwa mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh dapat memicu indra pikiran yang mendatangkan banyak malapetaka. Ini karena kita tidak memahami kebenaran. Akibat kegelapan batin. Kita banyak menjalin jodoh buruk. Ini juga terjadi akibat adanya tubuh ini.

Di dalam Sutra, Buddha mengatakan tentang enam kesulitan Yang Pertama ialah Sulit terlahir sebagai manusia. Tubuh adalah sarang dari penderitaan, tetapi juga dapat menjadi sarana pelatihan diri. Lima kesulitan lainnya berakar dari tubuh ini.

Selain kondisi luar, kita juga bisa melihat yang terjadi pada tubuh kita. Saat usia kita lanjut, fungsi penglihatan juga menurun. Kita sulit untuk melihat jelas. Ini juga membawa penderitaan. Segala sesuatu terlihat buram. Ini juga sangat menyulitkan. Untuk melihat sesuatu dengan jelas, kita harus bersungguh hati. Begitu juga dengan pendengaran. Saat usia sudah lanjut, fungsi pendengaran juga menurun. Saat mendengar orang berbicara, kita tak tahu apakah orang lain membicarakan kebaikan atau keburukan kita; apakah yang dikatakannya benar atau salah. Timbullah kecurigaan dalam batin kita.

Pada usia tua, gigi juga sudah banyak yang tanggal. Kesulitan juga saat ingin makan. Penciuman juga sudah begitu tidak baik. Terlebih lagi, tubuh mungkin didera berbagai penyakit yang membawa penderitaan. Tahukah kita penderitaan akibat penyakit ? orang yang pernah sakit pasti tahu. Sungguh menderita. Kita lebih memilih kesehatan atau benda materi ? Saat menderita sakit, kita bahkan tidak ingin uang lagi. Kita tidak ingin perhiasan. Kita hanya ingin sehat kembali agar bisa kembali sehat dan berdiri kembali dan berjalan dengan bebas. Inilah yang paling kita harapkan.

Kita bisa melihat biasanya manusia tamak akan segala harta benda. Namun, saat menderita penyakit, harta benda seakan tidak penting lagi. Yang terpenting adalah sembuh dari sakit dan sehat kembali.

Jadi, kita tahu bahwa tubuh adalah sarang penderitaan. Segala kegelapan dan noda batin kita juga di picu oleh tubuh kita yang bersentuhan dengan kondisi luar sehingga menimbulkan banyak kerisauan. Sesungguhnya, penyakit membuat kita semakin risau. Usia tua dan penyakit adalah hal yang membawa penderitaan. Namun, tubuh juga dapat menjadi sarana pelatihan diri. Dengan adanya tubuh ini, kita baru bisa melatih diri. Sulit terlahir sebagai manusia. Dengan adanya tubuh manusia yang sulit diperoleh ini, barulah kita berkemungkinan untuk memperoleh lima hal berikutnya, yaitu bertemu ajaran Buddha, bertemu dengan Sangha, dan sebagainya.

Jadi, kini kita sungguh sangat beruntung. Ini adalah buah dari kehidupan lampau kita. Kita dapat memiliki akar kebajikan yang dalam dan terlahir sebagai manusia dengan enam indra yang lengkap dan sehat. Kita memiliki mata, telinga, gigi, hidung, tubuh yang sehat. Jadi enam indra kita tidak bermasalah. Kita juga berjodoh dengan sangat baik. Kita sudah berjodoh dengan sahabat baik. Kita dapat mendengar Dharma, berarti kita sangat beruntung.

Saudara se Dharma dalam mempelajari ajaran Buddha adalah suatu keberuntungan. Kita telah terlahir sebagai manusia. Kita harus menghargai kelahiran ini. Sulit terlahir sebagai manusia, sulit pula mendapat hal yang sempurna. Sulit berkumpul dengan Sangha dan memiliki keyakinan. Sulit pula memiliki enam indra yang lengkap. Bertemu dengan sahabat baik juga tidak mudah. Saudara sekalian, kini kita telah memiliki enam hal pendukung. Jadi kalian harus menjaga pikiran dengan baik. Jangan biarkan pikiran tetap terbelenggu dalam masalah antar manusia. Kita harus menjadi mitra bajik bagi satu sama lain dan bersama-sama berjalan di jalan ini. Untuk itu kita harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Bertemu Dharma dan Sangha serta Membangkitkan Keyakinan (465) https://youtu.be/7S8h0W42LM4

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva