Sanubari Teduh : Bertobat Dengan Hati Yang Tulus Dan Murni (382)

Video Youtube :  https://youtu.be/8cbzgAYN5SE

Saudara se-Dharma sekalian,  setiap hari saya berharap semua orang dapat menyelaraskan pikiran. Cinta kasih sungguh harus di bangkitkan. Pintu nafsu keinginan harus di tutup. Sedikitpun jangan mengejar nafsu keinginan.

Kita juga sudah membahas bahwa Bodhisattva tidaak tega melihat semua makhluk menderita, tidak mencari kesenangan bagi diri sendiri. Sesederhana itu. Dual ini, seharusnya mudah diingat. Terlebih lagi saat berbuat baik tidak mengharap balasan. Bodhisattva menganggap semua makhluk bagai keluarga sendiri. Kita tidak mencari kesenangan bagi diri sendiri. Kita harus maju selangkah lagi dalam kebajikan. Bukan hanya menjaga diri sendiri, bukan pula hanya menjaga kedamaian diri sendiri. Kita harus bersumbangsih dan berbuat baik tanpa mengharap imbalan.  Semua orang memahami prinsip kebenaran ini, bahkan mampu menerapkannya.

Kita harus menggaggap semua makhluk bagai keluarga sendiri atau kerabat yang kita kasihi.  Jika kita dapat memiliki pemikiran seperti ini, maka hati Bodhisattva akan bangkit. Dalam akativitas sehari-hari kita mempraktikkan jalan Bodhisattva. Dengan demikian, maka seperti yang kita bahas, semua makhluk menciptakan karma.

Berbagai karma ini bermula dari pikiran dan terwujud ke dalam tindakan. Akibatnya, semua makhluk terjebak dalam kelahiran kembali dab sulit membebaskan diri. Mereka inigin memohon kepada  para Buddha dan Bodhisattva. Namun keburukan yang kita lakukan begitu banyak, Siapakah yang dapat menolong ? Jadi, kita harus menolong diri sendiri. Kita harus terlebih dahulu menenangkan batin sendiri dan mengendalikan nafsu keinginan serta mengembangkan cinta kasih kita yang tanpa noda dan tanpa cela.

Apa yang dimaksud cela ? Ada yang disebut bercela dan tanpa cela. Kebajikan kit haruslah tanpa cela. Kebajikan tanpa cela berarti bebas dari noda dan tanpa pamrih. Jika kita tidak mengharap balasan,  inilah yang di sebut kebajikan yang tanpa noda dan kemelekatan.  Ini jugalah yang disebut kebajikan tanpa cela. Apa yang dimaksud Cela ?   Cela adalah noda batin. Jika memiliki pamrih, berarti ada noda batin. Jika tidak memiliki pamrih, berarti bebas noda  batin. Jika memiliki pamrih dalam berbuat baik,  maka itu disebut kebajikan bercela.

Jadi dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus belajar untuk bebas dari cela dan pamrih. Ini berarti bebas dari noda batin. Bebas dari cela berarti murni. Batin kita menjadi murni. Pada dasarnya kita memiliki hakikat kebuddhaan yang tidak ternoda. Tidak ternoda berarti tanpa cela. Jadi, jika kita memiliki cela, berarti kita telah tercemar oleh noda batin. Pintu cela ini telah terbuka. Saat pintu cela terbuka, maka diri kita bagaikan sebuah wadah yang diisi air, tetapi bocor. Saat air bersih diisikan ke dalam wadah itu, ia akan tetap bocor keluar. Sama halnya, jika kita memiliki cela, maka sebanyak apapun kita mendengar Dharma, kita juga akan segera melupakannnya. Kita sudah seharusnya    melakukan perbuatan baik.  Kita hanya tahu berbuat baik, tetapi melupakan semangat tanpa pamrih,  tanpa noda dan tanpa kemelekatan. Bagian ini kita lupakan. Ini yang di sebut bercela atau bocor.

Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan kotoran. Harap semua orang dapat senantiasa menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Senantiasalah selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip  dari video Sanubari Teduh : Bertobat Dengan Hati Yang Tulus Dan Murni (382) https://youtu.be/8cbzgAYN5SE

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva