Sanubari Teduh – Delapan Keleluasaan (386)
Video Youtube : https://youtu.be/n2744_-Wg4Q
Saudara se-Dharma sekalian, kehidupan penuh penderitaan. Seiring proses alam ini, dalam kehidupan sehari-hari, apakah yang terbaik ? Yang terbaik adalah saat iklim bersahabat. Namun, jika iklim tidak selaras dan menjadi ekstream, manusia juga akan merasa khawatir. Saat tidak memiliki apa-apa, manusia semakin khawatir. Jadi, tiada yang tak membawa kerisauan di dunia. Namun, jika kita dapat bersikap pengertian dan berusaha keluar dari kerisauan ini, kita akan memperoleh kebahagiaan. Jadi, Buddha mengajarkan kita cara untuk terbebas dari penderitaan dan mampu bersikap pengertian berlandaskan kebijaksanaan dalam batin. Ini jugalah yang harus kita pelajari.
Jadi, Buddha memiliki Sepuluh kekuatan, ketidakgentaran, tiga perenungan welas asih agung, sukacita abadi, pengetahuan menakjubkan, delapan keleluasaan. Inilah yang harus kita pelajari.
Dalam mempelajari ajaran Buddha, kirta harus meneladani cinta kasih dan welas asih Buddha. Jika cinta kasih kita belum sempurna dan diri sendiri masih memiliki penyakit batin. Maka jika penyakit ini tidak kita obati, cinta kasih tidak akan sempurna.
Di dunia ini, dalam hubungan antar manusia, kita harus mengingat tiga hal ini di dalam batin kita. Jika sebagai praktisi spritual kita bisa selalu mengingat tiga perenungan welas asih ini di dalam batin masing-masing, maka kita akan mencapai cinta kasih yang sempurna. Jadi, inilah tiga perenungan welas asih agung.
Tiga Perenungan Welas Asih Agung :
- Merenungkan Buddha sebagai tabib agung
- Merenungkan Dharma sebagai obat
- Nerenungkan Sangha sebagai ibu atau perawat.
Jika semua ini dapat kita kembangkan dan capai, maka kita akan menyempurnakan empat Kualitas Nirvana, yaitu kemurnian yang tidak lahir dan tidak lenyap serta menyatu dengan semua mahluk. Inilah semangat “Aku Universal”. Kekal di sini berarti tidak timbul dan tidak lenyap. Mengenai sukacita berarti sudah terbebas dari segala noda batin yang membelenggu. Inilah sukacita, tidak lagi terbelenggu oleh noda batin.
Pikiran manusia penuh keegoan dan keakuan. Manusia dipenuhi kemelkeatan terhadap “aku”. Inilah noda batin. Sebaliknya Buddha hanya berfokus pada semua makhluk dan alam semesta sebagai satu kesatuan, sehingga tidak memikirkan diri sendiri. Jadi, Buddha Yang Maha Sadar di alam Semesta berharap kita dapat merangkul semua makhluk di alam semesta ini. Kita harus mengasihi semuanya tanpa kecuali. Bumi ini adalah diri kita. Di dalam diri kita tercakup semua kehidupan di dunia. Dengan demikian inilah yang di sebut “ Aku Universal”. Inilah empat kualitas Nirvana, yaitu kekal, sukacita, aku dan suci.Selain empat kualitas itu, masih ada delapan keleluasaan.
Delapan Keleluasaan :
- Dapat memanifestasiikan diri menjadi banyak tubuh
- Membuat diri yang kecil bagai pasir memenuhi alam semesta
- Meringankan tubuh hingga menjangkau tempat yang jauh
- Bermanifestasi dalam bentuk tanpa batas di satu tempat yang sama
- Penggunaan seluruh indra secara bersilangan
- Memperoleh segala Dharma bagai tiada Dharma apa pun
- Membabarkan makna satu Gatha melewati berkalpa-kalpa tak terhingga
- Menembus berbagai tempat bagaikan ruang angkasa kosong.
Pertama adalah dapat memanifestasikan diri menjadi banyak tubuh. Kita turut merasakan sakit dan penderitaan orang lain. Inilah memanifestasikan diri menjadi banyak tubuh.
Kedua membuat diri yang kecil bagai pasir memenuhi alam semesta. Artinya bumi ini sesungguhnya amat kecil bagai pasir di tengah luasnya alam semesta. Arti dari membuat diri yang kecil bagai pasir memmenuhi alam semesta adalah memiliki hati yang lapang tanpa batas.
Ketiga meringankan tubuh hingga menjangkau tempat yang jauh. Meski diri kita berada di sini. Tetapi hati kita harus merangkul seluruh alam. Pikiran kita mampu dengan cepat menjangkau berbagai tempat. Inilah kebijaksanaan.
Keempat adalah bermanifestasi dalam bentuk tanpa batas di satu tempat yang sama. Demi semua makhluk Buddha terus menerus bermanifestasi di Dunia saha ini. Beliau tidak pernah berhenti bermanifestasi, hanya saja kita makhluk awam tidak mengerti.
Saudara sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha kita harus memandang setiap orang bagai Buddha. Setiap orang adalah Bodhisattva. Wujud semua makhluk memang beragam. Kita harus menghormati semuanya.
Kelima adalah penggunaan seluruh indra secara bersilangan.
Keenam adalah memperoleh segala Dharma bagai tiada Dharma apa pun. Kita tidak boleh sombong. Apakah kita sudah memahami 84.000 metode Dharma ? Belum. Satu Dharma dapat melahirkan makna tanpa batas. Asalkan kita dapat menyelami Dharma dengan sepenuh hati satu metode Dharma, maka kita akkan memahami seluruh Dharma yang tanpa batas. Yang tanpa batas itu pun berpulang pada satu Dharma. Jadi, menerima Dharma bagai tiada Dharma, itulah Dharma yang Agung.
Yang ketujuh adalah membabarkan makna satu Gatha melewati berkalpa-kalpa tak terhingga. Sutra tidak lapuk oleh waktu meski melewati berkalpa-kalpa tak terhingga. Sepatah perkataan yang baik dapat di wariskan hingga waktu yang tak terbatas.
Kedelapan adalah menembus berbagai tempat bagaikan ruang angkasa kosong. Dimanapun diri kita berada, kita harus lapang tanpa batas.
Saudara sekalian, janganlah ada kemelekatan dalam batin. Mempelajarin ajaran Buddha berarti berusaha menujuh kesucian. Batin kita hendaknya suci dan murni bagaikan ruang angkasa luas. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Delapan Keleluasaan (386) https://youtu.be/n2744_-Wg4Q
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva