Sanubari Teduh – Delapan Penderitaan Bagian 7/8 (206)
Video Youtube : https://youtu.be/FD-TMomKb14
Saudara se-Dharma sekalian, kehidupan manusia adalah rangkaian dari pikiran-pikiran. Kehidupan kita terus berjalan mengikuti pikiran dan nafsu keinginan. Saat menghadapi kondisi di hadapan mata, perhatian kita malah lebih sedikit. Pikiran kita pada moment sebelumnya dipenuhi kerisauan untuk mengejar masa depan, terbelenggu oleh masa lalu, atau perhitungan pada masa kini. Sungguh, saat muncul suatu kondisi di hadapan kita, perhatian kita terhadapnya malah lebih sedikit. Kita dipenuhi pikiran yang keliru, pikiran yang bukan-bukan, dan penuh perhitungan. Kita kurang sadar pada moment ini. Dalam meneladani Buddha, kita harus belajar meningkatkan kesadaran dan perhatian pada saat ini.
Delapan Penderitaan :
- Lahir
- Tua
- Sakit
- Mati
- Berpisah dengan yang di kasihi
- Berkumpul dengan yang di benci
- Keinginan Tidak terwujud
- Penderitaan akibat Lima Agregat
- Manusia hidup menderita karena tidak menaruh perhatian pada saat ini. Delapan penderitaan dimulai dari saat kita dilahirkan. Saat baru terlahir ke dunia, kita sudah mulai menangis. Sesungguhnya saat akan terlahir ke dunia, kita juga tidak memiliki persiapan dan tidak tahu bahwa kita akan merasa sakit. Kita memiliki persiapan. Artinya, kesadaran pada momen saat ini sangat kurang pada setiap makhluk awam. Penderitaan karena lahir, tua, sakit, mati, berpisah dengan yang di kasihi, berkumpul dengan yang di benci, keinginan tidak terwujud, penderitaan akibat Lima Agregat, semuanya timbul karena kita tidak meningkatkan kesadaran pada setiap momen. Karena itulah, kita terus mengalami Delapan Penderitaan.
Semua hal duniawi yang dikejar akan menghilang suatu hari nanti, hanya sukacita dalam Dharma yang membawa kebahagiaan sejati. Memperoleh dan kehilangan membawa kerisauan. Selain menderita karena keinginan tidak berwujud, manusia juga memiliki satu penderitaan lain. Penderitaan Kedelapan adalah penderitaan akibat Panca Skandha. Di dalam Sutra Hati tertulis tentang Lima Agregat. Lima Agregat dan Panca Skandha memiliki arti yang sama. Lima Agregat berarti unsur yang sangat halus. Ia juga berarti sesuatu yang menutupi. Inilah yang disebut Panca Skandha. Kekuatan karma bagaikan bayangan yang terus mengikuti kita. Kemanapun kita pergi, karma selalu mengikuti. Kekuatan karma ini tidak berwujud. Kita membahas tentang Lima Agregat yang terdiri atas rupa, perasaan, persepsi, dorongan karma, dan kesadaran.
Mengenai rupa, segala yang terlihat oleh kita memiliki rupa dan wujud. Selain segala benda yang terlihat, bola mata kita juga memiliki rupa. Untuk melihat sesuatu, kita menggunakan mata, organ mata kita terbentuk dari perpaduan banyak unsur, kita menggunakan mata untuk melihat segala kondisi luar. Jika memiliki mata yang sehat, kita bisa melihat rupa setiap benda dengan sangat jelas. Sebaliknya, jika daya penglihatan kita ada gangguan, maka segala benda luar yang terlihat akan tidak jelas.
Buddha yang Mahasadar senantiasa mengingatkan dan mengajarkan kepada kita bahwa di dunia ini, kita hidup ditengah penderitaan. Orang yang hidup dalam kekeliruan selalu mencari kebahagiaan di tengah penderitaan, sebaliknya orang yang punya kesadaran, selalu meningkatkan kewaspadaan di tengah penderitaan. Mereka bisa menyadari ketidakkekalan hidup, kerentanan bumi, dan kehidupan manusia yang hanya sebatas tarikan nafas. Inilah orang yang punya kesadaran. Jika bisa menyadari penderitaan akibat ketidakkekalan dan lain-lain, maka kita tidak akan terjerumus dalam pertikaian. Berbagai noda batin yang membelenggu bisa membuat kita menciptakan karma buruk. Jika setiap hari kita terjerat dalam lingkaran buruk, maka kita akan mengalami penderitaan tak terkira.
Pola pikir yang menyimpang bisa menimbulkan banyak noda batin. Orang yang hidup dalam kekeliruan mencari kebahagiaan di tengah penderitaan.
Orang yang hidup dalam kesadaran bisa menyadari ketidakkekalan hidup, kerentanan bumi, dan kehidupan manusia yang hanya sebatas tarikan nafas.
Sebagai praktisi Buddhis, kita harus memiliki pikiran benar. Meski berada di tempat yang gaduh, jika kita bisa melihat kebenaran dibalik kegaduan itu secara alami kita tetap akan merasakan sukacita. Meski berada ditempat yang gaduh, asalkan bisa menenangkan hati, kita bisa menyadari kebenaran dan memoeroleh sukacita. Ini juga bisa membuka hati para praktisi. Jadi, Lima Agregat atau Panca Skandha bisa membawa penderitaan. Ini karena makhluk awam tidak mampu berpikiran benar dan merenung secara mendalam.
Pikiran manusia awam masih dipenuhi kegalauan. Saat merasa galau, berarti ada noda batin yang menutupi hakikat murni kita. Skandha berarti sesuatu yang menutupi, Artinya menutupi hakikat murni kita hingga tak terlihat.
Perubahan yang halus dan noda batin terus menutupi hakikat kebuddhaan kita yang murni dan tanpa noda sehingga menimbulkan banyak penderitaan. Saudara sekalian, dalam kehidupan sehari-hari, Panca Skandha telah menutupi kita Menutupi apa ? Hakikat sejati. Rupa, perasaan, persepsi, dorongan karma, dan kesadaran telah menciptakan noda batin dan perubahan yang halus yang terus terakumulasi hingga akhirnya menutupi hakikat murni kita. Saudara sekalian, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik dan senatiasa sadar pada saat ini. Sebelum suatu masalah terjadi dan sebelum suatu kondisi muncul, kita harus sudah memiliki kesadaran. Untuk membina kesadaran ini dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu lebih bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Video Sanubari Teduh – Delapan Penderitaan Bagian 7/8 (206) https://youtu.be/FD-TMomKb14
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva