Sanubari Teduh – Empat Ketamakan – Bagian 2
Video Youtube : https://youtu.be/NMFPK1W1qWQ
Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat Empat Ketamakan.
Empat Ketamakan :
- Ketamakan akan Makanan
- Ketamakan akan Pakaian
- Ketamakan akan Tempat Tidur
- Ketamakan akan Obat-obatan
Saudara se-Dharma sekalian, hidup ini sungguh menakjubkan, namun hidup hanya setarikan nafas. Jika kita perhatikan kondisi kehidupan dalam keseharian kita, saat bernafas dengan lancar, berarti hidup kita sehat. Akan tetapi, dalam tubuh yang sehat ini, berapa banyak kotoran yang tersimpan ? Sembilan lubang selalu mengeluarkan kotoran. Pada tubuh kita, ada sembilan lubang yang selalu mengeluarkan kotoran. Jadi, sesungguhnya tubuh ini penuh dengan benda-benda yang kotor. Begitu napas kita berhenti, semua bagian tubuh kita akan terurai dan mengeluarkan aroma busuk, sehingga tidak bisa dibiarkan di rumah dan harus segera dipertimbangkan untuk di makamkan atau dikremasi. Sesungguhnya apa gunanya tubuh ini ?.
Ketamakan adalah sumber dari noda batin yang tak terhingga. Begitu sebersit ketamakan muncul, kemurnian hati akan hilang. Kebijaksanaan hakikipun akan ikut hilang.
Jadi mengenai ketamakan akan makanan, bukan hanya yang makan yang tamak. Dengan alasan ada yang ingin makan, para peternak mengembangkan banyak hewan. Berapa besar pencemaran yang ditimbulkannya ? belum lagi jangka panjang akibat tercemarnya tanah, tanaman pangan sudah tidak bisa ditanam dan dipanen sesuai dengan musimnya. Banyak lahan telah terus tercemar. Tidak hanya tanah saja yang tercemar sumber air juga tercemar, begitu banyak kotoran ternak yang mencemari tanah dan sumber air. Kini ditambah pertumbuhan penduduk yang pesat.
Coba bayangkan, kotoran-kotoran yang keluar lewat 9 lubang manusia saja sudah banyak, baik saat tertawa senang maupun saat menangis sedih ada air mata, lendir hidung, dahak dan kotoran telinga. Semua ini keluar dari lubang pada tubuh. Pada bagian tubuh yang terlihat saja di bagian wajah sudah terdapat 7 lubang, itu yang baru terletak di bagian kepala. Dua lubang telinga, dua mata, dua lubang hidung dan satu mulut. Lihatlah dalam kehidupan sehari-hari sembarang membuang dahak juga termasuk pencemaran. Selain mencemari bumi, partikel dahak juga bisa menularkan penyakit. Karena itu jika terserang flu, kita harus segera memakai masker. Jika tidak memakai masker, maka saat bernafas atau berbicara, banyak virus akan beterbangan menularkan penyakit terlebih lagi sembarang membuang dahak, begitu dahak itu terjemur matahari kuman penyakit akan berkembang biak. Jadi interaksi antarsesama juga mengandung resiko yang tak terlihat serta pencemaran yang tak terlihat. Karena itu, pantas saja dengan semakin majunya ilmu kedokteran, semakin banyak ditemukan penyakit akibat ulah manusia.
Jadi hanya karena makanan saja sudah banyak karma pembunuhan yang tercipta. Hanya untuk masalah makan saja, sudah banyak masalah pencemaran yang ditimbulkan. Karena itu, kita harus senantiasa waspada. Tiada yang perlu dipertentangkan dalam hidup, tiada yang perlu disombongkan, dan tiada yang perlu di megahkan. Sedikit saja kuman masuk ke dalam tubuh, kuman-kuman dapat berkembang dengan cepat dan menyerang seluruh tubuh, bahkan sampai ke pori-pori. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu di saat tubuh masih sehat. Segeralah melatih diri selagi bisa, dan kerjakanlah apa yang bisa dikerjakan. Pola pikir kita harus segera diperbaiki, tidak boleh menyimpang sedikitpun. Jadi, harap semua selalu memanfaatkan waktu untuk merenung dengan hening. Kita harus selalu senantiasa bersungguh-sungguh.
Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh – Empat Ketamakan – Bagian 2 (111) https://youtu.be/NMFPK1W1qWQ
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva