Sanubari Teduh Enam Belas Pandangan – Bagian 04 (248)
Video Youtube : https://youtu.be/o40_p7WouSw
Saudara se-Dharma sekalian, berkah adalah ketika kita dapat hidup dengan tentram. Bisa hidup tentram merupakan sebuah berkah. Bagaimana manusia merasakan sukacita dari berkah ? Bagaimana merasakan derita malapetaka ? Dua hal ini ada dalam kehidupan. Bencana, berkah, sukacita dan penderitaan ada dalam alam manusia. Di alam manusia, para manusia yang hidup ini bisa saling berinteraksi, bisa saling berselisih, dan saling melukai. Sebenarnya mengapa demikian ? Karena kemelèkatan. Demi kelangsungan hidup dan keuntungan pribadi. Manusia melekat terhadap keyakinannya ataupun terhadap reputasi dan kedudukan. Dengan demikian timbullah sikap mementingkan diri sendiri. Akibatnya manusia saling bertikai dan melukai. Inilah manusia.
Ada makhluk bernyawa, maka akan banyak bencana. Jadi Buddha memberitahu kita bahwa yang keempat dari enam belas pandangan adalah pandangan tentang yang bernyawa.
Enam Belas Pandangan :
- Pandangan tentang aku
- Pandangan tentang makhluk hidup
- Pandangan tentang jiwa atau usia
- Pandangan tentang yang bernyawa
- Pandangan tentang yang dilahirkan
- Pandangan tentang yang dikembangkan
- Pandangan tentang ras manusia
- Pandangan tentang manusia
- Pandangan tentang pelaku
- Pandangan tentang yang membuat melakukan
- Pandangan tentang pemulai
- Pandangan tentang yang membuat memulai
- Pandangan tentang penerima
- Pandangan tentang yang membuat menerima
- Pandangan tentang yang tahu
- Pandangan tentang yang melihat
Yang Keempat dari Enam belas pandangan adalah pandangan tentang yang bernyawa.
Mengenai nyawa, saya hidup, berarti saya memiliki nyawa. Anda hidup berarti memiliki nyawa. Dia hidup berarti memiliki nyawa. Dengan begitu manusia berpandangan salah, Mereka menganggap ada “Aku”. Mereka berpandangan salah tentang nyawa dan indra. Nyawa terletak pada lima agregat, yakni. rupa, perasaan, persepsi, dorongan pikiran, kesadaran. Kita berkutat dengan ini dalam keseharian.
Mengenai nyawa dan indra, indra yang dimaksud adalah enam indra. Dengan adanya nyawa, lima agregat mengaktifkan enam indra. Dengan demikian, manusia bersikeras pada kemelekatannya diri sendiri. Demi kelangsungan hidup dan keuntungan sendiri. Mereka menolak orang yang tidak sejalan maka timbulah pertikaian
Demi bertahan hidup, manusia mempekerjakan hewan, demi memenuhi nafsu makan, manusia memakan daging hewan. Segala tindakan yang tidak menghargai makhluk hidup ini akan menciptakan karma bagi diri sendiri.
Nilai kehidupan bukan terletak pada napas atau kemampuan untuk bersenang-senang, melainkan pada sumbangsih bagi orang lain.
Praktisi Buddhis harus memiliki semangat misi untuk memikul misi Buddha, menyebarkan ajaran dan kebijaksanaan Buddha, membimbing semua makhluk untuk terbebas dari noda batin, mengubah kejahatan menjadi kebaikan, dan berjalan menujuh cahaya kebijaksanaan.
Cinta kasih adalah menciptakan berkah, welas asih adalah memaklumi. Dalam membangun ikrar Bodhisattva dan mempraktikkan praktik Bodhisattva, kita harus memiliki empati dan merangkul semua makhluk.
Perasaan orang, juga merupakan perasaan diri sendiri, Kesedihan orang lain, juga merupakan kesedihan diri sendiri. Kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan kita. Kita harus memiliki empati dalam berinteraksi. Dengan begitu, bukankah hidup akan bahagia ? Saudara sekalian, Kehidupan harus digenggam dengan baik harus digunakan untuk hal yang bermanfaat, dan berguna bagi banyak orang. Dengan demikian, kehidupan ini barulah berharga. Tidak hanya manusia, hewan pun sama. Harap setiap orang lebih bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh – Enam Belas Pandangan – Bagian 04/13 (248) https://youtu.be/o40_p7WouSw
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva