Sanubari Teduh Enam Belas Pandangan – Bagian 05/13 (249)
Video Youtube : https://youtu.be/-_eY855Q3YI
Saudara se-Dharma sekalian, sebenarnya berapa panjang kehidupan manusia ? Sesungguhnya, kehidupan tidaklah kekal. Selain itu, prosese metabolisme terus berlangsung. Hari kemarin telah berlalu, hari ini kita bagaikan dilahirkan kembali. Di dalam tubuh kita selalu terjadi proses kematian dan kelahiran sel. Kapan kita memiliki kehidupan yang kekal ? Jadi, kita harus menggengam waktu yang ada. Kita harus mengamati pikiran kita. Kehidupan tidaklah lama. Satu-satunya yang harus kita capai adalah moralitas. Kita berlatih dengan harapan lewat semangat kita, kita dapat memupuk kualitas bajik. Kualitas ini dipupuk dalam keseharian. Bukankah kita sering membahas tentang “gong de” (pahala)? Tanpa “gong” kita tak akan mencapai “de”. Jadi, kita harus senantiasa lebih tekun. “Gong” adalah sikap rendah hati di dalam diri. “De” adalah tata krama yang terwujud keluar. Melatih diri berarti melatih ke dalam diri. Jika batin tidak bergejolak, tidak membangkitkan niat buruk, tidak ditutupi oleh kegelapan batin, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan Nirvana. Nirvana adalah kondisi hening dan jernih. Jadi, jika demikian, maka inilah yang disebut kehidupan abadi atau disebut jiwa kebijakasanaan.
Saudara sekalian, mempelajari ajaran Buddha berarti harus melatih ke dalam diri. Apakah pikiran kita bergejolak ? Apakah dalam pikiran kita selalu timbul kegelapan batin ? Jika ada, kita harus segera melatih ke dalam diri. Ini akan bermanfaat saat kita menghadapi orang dan masalah. Inilah “de” yang harus kita kembangkan. Kehidupan sungguh sangat singkat. Karena itu kita harus selalu menghargai setiap waktu saat kita masih hidup. Kita sering membahas kelahiran kembali. Kelahiran dan kematian terus berlangsung tanpa batas waktu. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa selama kita masih hidup, kita harus sungguh-sungguh memupuk kebajikan.
Yang kelima dari enam belas pandangan adalah pandangan tentang dilahirkan
Enam Belas Pandangan :
1. Pandangan tentang aku
2. Pandangan tentang makhluk hidup
3. Pandangan tentang jiwa atau usia
4. Pandangan tentang yang bernyawa
5. Pandangan tentang yang dilahirkan
6. Pandangan tentang yang dikembangkan
7. Pandangan tentang ras manusia
8. Pandangan tentang manusia
9. Pandangan tentang pelaku
10. Pandangan tentang yang membuat melakukan
11. Pandangan tentang pemulai
12. Pandangan tentang yang membuat memulai
13. Pandangan tentang penerima
14. Pandangan tentang yang membuat menerima
15. Pandangan tentang yang tahu
16. Pandangan tentang yang melihat
Artinya, setelah dilahirkan, kita selalu membahas kelahiran dan kematian. Sesungguhnya diantara lahir dan mati ada kehidupan. Inilah yang harus benar-benar diperhatikan. Saat lahir kita tidak tahu masa depan kita. Kita juga tidak tahu dari mana kita lahir. Semua ini berada diluar kendali kita. Dengan orang tua mana kita berjodoh, maka kita akan lahir di keluarga mereka. Kelahiran terjadi dalam sekejap.
Fase berikutnya adalah kehidupan. Setelah lahir maka kita harus hidup. Jadi, waktu dalam hidup inilah yang penting. Kehidupan tidak lepas dari lima agregat. Dalam keseharian indra selalu bersentuhan dengan objek. Karena itu kita mulai perhitungan saat menghadapi masalah hari ini, kita memikirkan hari esok dan banyak hal di masa depan yang belum pasti. Pikiran keliru terus timbul. Selain itu, kita juga perhitungan dengan masa lalu.
Antar sesama manusia hendaknya saling bersyukur dan membalas budi. Inilah yang sering disebut menjalin jodoh baik. Jika jalinan jodoh baik terpupuk, kehidupan kita akan berkualitas.
Namun sayangnya, manusia memiliki pemikiran menyimpang. Dengan pemikiran ini, budi bisa berubah menjadi dendam. Seseorang mungkin sebelumnya baik terhadap kita, tetapi adakalanya saat terjadi gesekan dalam hidup, kita mudah melekat pada keakuan. Tak peduli bagaimana sikapmu terhadap saya dahulu. yang pasti kamu tidak baik terhadap saya. Dengan begitu timbullah pertikaian. Inilah pandangan tentang dilahirkan
Jika setelah mendengar ajaran Buddha tidak membangkitkan tekad untuk bersemangat memupuk kualitas luhur ditengah masyarakat dan malah hanya berlatih demi diri sendiri, maka hanya akan menjadi praktisi yang mencari pencapaian pribadi.
Kita harus memupuk kebijaksanaan, kita harus berani terjun ke dalam masyarakat untuk menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Untuk menjalin jodoh baik dengan semua makhluk, kita harus memiliki rasa syukur. Rasa syukur ini sangat penting. Sulit terlahir sebagai manusia. Setelah terlahir sebagai manusia, dalam kehidupan ini, sesungguhnya berapa panjang usia kita ? Kita tidak tahu. Jadi kita harus mengenggam kehidupan ini dengan baik. Kita harus selalu bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh – Enam Belas Pandangan – Bagian 05/13 (249) https://youtu.be/-_eY855Q3YI
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva