Sanubari Teduh – Enam Praktek – 10 Bhumi – Bagian 1/11 (172)
Video Youtube : https://youtu.be/tcNAX675Ppk
Saudara se-Dharma sekalian, dalam melatih tentu harus bersemangat. Kita harus mulai bertekad untuk melatih diri sendiri dan maju selangkah demi selangkah. Batin kita harus terbuka lapang. Dalam melatih diri, kita harus memiliki tujuan untuk semua makhluk. Dengan adanya makhluk yang menderita, kita mengingatkan diri akan ketidakkekalan hidup. Dengan demikian cinta kasih kita akan terbangkitkan dan kita dapat terus melangkah maju. Inilah cara memperluas dedikasi dari kecil ke besar. Dengan mewujudkan ini, pelatihan batin akan semakin maju. Sebelumnya kita telah membahas 10 Keyakinan, 10 Kediaman, 10 Praktik, 10 Dedikasi.
- Praktik 10 Keyakinan
- Praktik 10 Kediaman
- Praktik 10 Praktik
- Praktik 10 Dedikasi
- Praktik 10 Bhumi
- Praktik Pencerahan Setara
Kita sudah memahami bahwa mempelajari ajaran Buddha harus dimulai dari keyakinan. Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Jadi, kita harus mulai dari membangun keyakinan. Setelah membangun keyakinan, kita harus mempertahankannya. Untuk itu ada berbagai cara. Setelah memantapkan hati kita harus mulai bergerak, kita harus melangkah maju, jangan hanya berjalan di tempat. Jika kita dapat terus maju dengan semangat, maka batin kita akan lapang batas, kita akan dapat melihat dan memahami segala hal dan segala kondisi.
Buddha membimbing kita sedikit demi sedikit. Setelah memahami ajaran Buddha, kita bertekad untuk membawa manfaat untuk diri sendiri dan juga bagi orang lain. Kondisi batin Buddha sangatlah murni tanpa noda, juga merupakan keheningan yang abadi. Kita juga semua dapat mencapai kondisi itu. Kita juga dapat membimbing orang lain mencapai kondisi itu. Ini karena kita mau mempelajari ajaran Buddha. Buddha terus menerus datang ke dunia saha ini, tak lain untuk menyelamatkan semua makhluk. Semua makhluk mengalami penderitaan di dunia. Kita berharap dapat mengubah dunia yang keruh ini menjadi tanah suci. Dunia yang keruh adalah kondisi makhluk awam. Jadi Buddha membimbing kita dengan harapan semua orang dapat memahami bahwa dunia keruh ini tidak kekal dan penuh kejahatan. Jadi kita harus mengubah dunia keruh ini menjadi tanah suci. Jika kita dapat memahami ajaran ini, maka kita akan memiliki tanah suci di dalam batin, suatu kondisi yang bahagia dan penuh suka cita. Jadi kita harus memperluas dedikasi dari kecil ke besar. Dedikasi ini juga berarti kembali pada keindahan batin kita. Semua makhluk memiliki hakikat sejati yang murni tanpa noda seperti Buddha, kita pada dasarnya sama dengan Buddha. Semua makhluk pun pada dasarnya sama dengan kita. Jadi, dalam pembahasan sepuluh dedikasi, dibabarkan tentang kondisi batin yang murni tanpa noda. Apakah yang disebut kondisi batin yang murni ? Kini kita mulai membahas tentang Sepuluh Bhumi. Kita harus lebih memahami sepuluh Bhumi ini.
Sepuluh Bhumi :
- Bhumi Sukacita
- Bhumi Bebas Kotoran
- Bhumi Cahaya Cemerlang
- Bhumi Kebijaksanaan Membara
- Bhumi Tak Terkalahkan
- Bhumi Manifestasi
- Bhumi Jangkauan Jauh
- Bhumi Tak Tergoyahkan
- Bhumi Kebijaksanaan Bajik
- Bhumi Awan Dharma
Inilah sepuluh Bhumi dalam pelatihan batin kita. Kini kita harus menapak dengan mantap dan menyelami batin kita sendiri. Kita dapat mencapai kondisi batin yang tanpa noda dengn melewati pelatihan diri. Jika kita melatih diri, barulah dapat kembali pada batin tanpa noda ini. Pada dasarnya, semua orang memiliki hal ini, batin kita pada hakikatnya tidak ternoda. Hanya saja makhluk awam tercemar oleh noda batin. Karena itu kita harus melatih diri. Mulai dari praktik keyakinan, praktik kediaman, hingga praktik dedikasi, agar dapat kembali pada keindahan batin kita. Jadi harap semua lebih bersungguh hati untuk terus melangkah selangkah demi selangkah hingga memasuki keindahan batin kita.
Pembabaran sepuluh Bhumi diambil dari Surangama Sutra, ini memberi tahu kita bahwa sepuluh Bhumi adalah tingkatan pencapaian Bodhisattva. Segala ajaran Buddha berangkat dari sini. Berhubung kedalaman tiap tingkat berbeda-beda, maka dibedakan menjadi sepuluh tingkatan mulai dari Bhumi Sukacita hingga Bhumi Awan Dharma.
Seswungguhnya seperti apa kondisi sukacita ? Kini kita akan mendalami Bhumi Sukacita. Kini kita harus terlebih dahulu memahami ini. Bhumi atau tanah berkaitan dengan ladang batin kita. Batin kita harus penuh sukacita.
Bodhisattva memiliki kebijaksanaan yang sama dengan Buddha. Saat Bodhisattva memahami kebenaran yang sama dengan Buddha, melihat jalan Agung dan kebuddhaan, dia akan memperoleh sukacita dalam Dharma dan merealisasi Bhumi pertama.
Air yang jernih, jika tidak dicemari, maka seberapa lama pun didiamkan, tetap akan jernih. Demikian pula ajaran Buddha, kebenarannya selalu sempurna. Asalkan dapat membangkitkan kebijaksanaan. Kita akan dapat kembali pada hakikat sejati yang murni.
Menyadari ketidakkekalan, tidak melekat, tidak tamak, tidak membenci, tidak timbul noda dalam batin, inilah kebuddhaan. Jika dapat merealisasikan kondisi yang cemerlang dan jernih ini, maka dalam melakukan apapun pasti dipenuhi rasa sukacita.
Jika hati kita suci, barulah kita bisa dipenuhi sukacita. Jika ingin senantiasa dipenuhi sukacita, maka tak ada cara lain, kita harus menyucikan hati kita dan membawa manfaat bagi makhluk lain. Dengan demikian kita akan penuh sukacita. Jadi Bhumi sukacita berarti memperoleh sukacita dalam Dharma. Jika batin kita suci maka kita akan dekat dengan kebuddhaan. Inilah yang disebut mencapai Bhumi yang pertama. Hati kita selau penuh sukacita dalam segala kondisi. Inilah sukacita dalam Dharma. Kita harus menggunakan Dharma untuk memperoleh sukacita. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Video Sanubari Teduh – Enam Praktek – 10 Bhumi – Bagian 1/11 (172) https://youtu.be/tcNAX675Ppk
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva