Sanubari Teduh – Enam Praktek – 10 Praktek – Bagian 8/10 (158)

 

Video Youtube : https://youtu.be/0qV-LHJrKlY

 

Praktik sepuluh praktik:

  1. Praktik Sukacita
  2. Praktik Pemberian Manfaat
  3. Praktik Tanpa Kebencian
  4. Praktik Tak Terkalahkan
  5. Praktik Tanpa Kebodohan
  6. Praktik Manifestasi Terampil
  7. Praktik Tanpa Kemelekatan
  8. Praktik Penghormatan
  9. Praktik Ajaran Baik
  10. Praktik Kebenaran

 

Saudara se-Dharma sekalian, ditengah kondisi yang tenang ini, apakah hati kita memiliki rasa syukur?. Kita harus bersyukur. Buddha datang ke dunia untuk menaklukan pikiran semua makhluk. Kita beruntung bisa terlahir sebagai manusia dan mendengar ajaran Buddha. Ajaran Buddha membuat hati kita dapat selalu damai, membuat kita memahami kebenaran dan dapat hidup harmonis dengan lingkungan. Untuk itu kita hendaknya bersyukur. Dengan memiliki rasa syukur, kita baru bisa memiliki rasa hormat. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Setiap orang pada dasarnya adalah Buddha. Ini adalah sikap menghormati. Jadi kita harus selalu bersyukur.  Ajaran Buddha bertujuan agar kita memahami bahwa dengan menghormat orang, kita baru bisa dihormati. Jadi rasa hormat harus dimulai dari rasa syukur.

Mengenai Praktik sepuluh praktik, kita telah sampai pada yang kedelapan. Yang kedelapan adalah praktek penghormatan. Sebelumnya kita membahas praktik tanpa kemelekatan, sebelumnya lagi membahas manifestasi terampil. Semuanya saling berkaitan. Ajaran Buddha sangatlah praktis, tahap demi tahap. Di jalan ini, tidak mungkin bagi kita untuk melompat langsung dari tahap pertama ke tahap sepuluh. Kita harus berjalan dari tahap satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya untuk sampai ke tahap sepuluh. Setiap tahap ini harus kita jalanin dengan mantap. Sebelumnya kita membahas praktik tanpa kemelekatan. Ditengah masyarakat bagaimanapun kondisinya. Jika kita dapat membuang kemelekatan memiliki semangat tanpa individu tanpa ciri makhluk hidup, tanpa pribadi, tanpa aku, dll. Kita akan hidup harmonis dengan orang lain dan dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan baik. Jika dapat harmonis menghadapi orang dan hal, kita berarti selaras dengan kebenaran. Jika dapat menyelesaikan masalah dengan baik, berarti kebenaran telah di terapkan, kunci keharmonisan terletak pada hubungan antar manusia dan cara menghadapi masalah. Dengan keharmonisan kita baru dapat memahami kebenaran. Jadi, jika tidak kemelekatan, kita akan dapat belajar banyak di tengah masyarakat. Sebuah ungkapan berbunyi ” Tanpa melewati masalah kebijaksanaan tak akan tumbuh. “ Saat menghadapi orang dan masalah kebijaksanaan kita dapat terus tumbuh. Jadi, praktik tanpa kemelekatan bertujuan untuk meningkatkan kebijaksanaan kita.

Orang yang bijaksana baru dapat memiliki rasa syukur dan memiliki rasa hormat dalam segala hal. Jadi, dalam penjelasan dikatakan “ Dengan praktek tanpa kemelekatan memaparkan debu dan perbedaan, merupakan kekuatan pengamatan dengan kebijaksanaan. Dan kebijaksanaan dikatakan sebagai yang utama dalam Enam Paramita. Debu melambangkan kondisi, jika kita tidak melekat maka dalam kondisi apapun, dalam keadaan yang berbeda-beda kita akan dapat melebur. Kita telas mengulas ini saat membahas praktik tanpa kemelekatan dan manifestasi terampil. Semua ini adalah kemampuan pengamatan dengan prajna. Kita harus bisa mencari kesamaan dalam perbedaan dan memahami perbedaan dalam kesamaan. Ditengah perbedaan, kita hendaknya bisa mencari benang merah. Dapat melebur dan harmonis dalam berbagai kondisi yang berbeda, inilah kekuatan pengamatan dengan prajna.

Tanpa rasa hormat, rasa syukur tidak akan tumbuh. Tanpa rasa syukur manusia tak akan dapat menghormatti orang lain. Rasa hormat, rasa syukur dan cinta kasih adalah nilai yang tak boleh kurang dalam kehidupan manusia.

Saat batin gelap, akan sangat berbahaya jika ingin membimbing orang lain. Kita hendaknya terlebih dahulu meluruskan jalan kita sendiri baru dapat membantu orang lain.

Manusia janganlah bersikap sombong. Untuk membangkitkan kebijaksanaan, kita harus mengecilkan ego, menumbuhkan rasa syukur, menghormati setiap orang, dan mengembangkan cinta kasih yang tulus.

Jalan pelatihan sesuai ajaran Buddha ini adalah pilihan kita sendiri. Bertekad mempelajari ajaran Buddha, berarti berharap mencapai kebuddhaan.  Untuk mencapai kebuddhaan, prosesnya sangatlah panjang. Dharma yang harus kita selami sangatlah dalam bagai samudra. Saat ini kita bagaikan baru meneguk air itu sedikit demi sedikit. Masih banyak yang harus kita pelajari. Buddha juga berkata kepada Ananda, “Ananda, bukan kau telah mendengar banyak dari-Ku?” Ananda menjawab “benar”. Buddha membalas “ Yang engkau dengar hanya sedikit bagaikan seujung kuku pasir, yang diambil dari hamparan pasir luas. “ Ajaran Ku bagai hamparan pasir sungai Gangga.” “ Yang telah engkau dengar hanya sebagian kecil saja.” Jadi, janganlah kita bersikap sombong. Tetaplah bersungguh hati selalu.

 

Demikianlah diintisarikan Sanubari Teduh – Enam Praktek – 10 Praktek – Bagian 8/10 (158) https://youtu.be/0qV-LHJrKlY

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva