Sanubari Teduh – Kebijaksanaan Analisis dan Kebijaksanaan Setara (449)

Video Youtube : https://youtu.be/ZyopgCckh8Q

Saudara se-Dharma sekalian, kehidupan tak lepas dari pengaruh fungsi dan objek luar. Malapetaka bagi manusia disebabkan oleh adanya tubuh ini. Baik indra mata, telinga, hidung maupun lidah, semuanya ada pada tubuh ini. Semua indra pada tubuh ini bersentuhan dengan objek luar sehingga memicu berbagai noda batin. Saat noda batin bangkit, kita bertanya-tanya mengenai hidup ini. Jika kita semua bisa hidup rukun, bukankah dunia bebas dari bencana ? Ini membuat kita sering risau. Kita merisaukan masyarakat masa kini. Jika masyarakat tidak menyelaraskan tubuh dan batin, terutama tindakan lewat tubuh tubuh bisa berbuat baik juga bisa berbuat jahat. Orang yang berbuat baik bisa membalas empat budi besar. Orang yang berbuat jahat bisa melakukan lima karma celaka. Semuanya dilakukan oleh tubuh.

Jadi Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk. Ini dimulai dari menaklukkan hati atau pikiran. Ini karena kesadaran pikiran kita memengaruhi tubuh kita sehingga kita mudah untuk bersentuhan dengan kondisi luar. Jadi, kita dapat memanfaatkan tubuh ini untuk memahami kebenaran. Untuk melatih diri, kita juga harus memanfaatkan tubuh ini. Tubuh adalah sarana pelatihan diri. Tanpa tubuh ini, kita tak dapat mempelajari Dharma. Untuk mempelajari ajaran Buddha, kita harus memiliki tubuh. Jadi, tubuh dapat berbuat kebaikan.

Sulit terlahir sebagai manusia, memiliki tubuh manusia kita dapat mendengar ajaran Buddha dan menjalankan ajaran Buddha untuk menaklukkan pikiran kita sendiri. Dengan begitu, tubuh kita telah berbuat baik. Orang seperti apakah yang dikatakan baik ?. Orang yang dalam hatinya tahu dan ingin membalas budi. Kita harus membalas empat budi besar.

Empat Budi Besar :

  1. Budi Orang Tua
  2. Budi Guru
  3. Budi Semua Makhluk
  4. Budi Negara atau pemerintah

Untuk itu, Buddha mengajarkan kepada kita untuk membangkitkan cinta kasih dan welas asih kita. Inilah cara membalas empat Budi Besar. Ada orang yang berbakti kepada orangtua, tetapi tidak menghormati guru. Ada orang yang menghormati guru, tetapi tidak menyadari budi masyarakat dan semua makhluk terhadapnya. Saya sering berkata bahwa segala kebutuhan sandang, pangan, papan, dan transportasi kita, bukankah didukung oleh semua makhluk dari berbagai bidang ? Kebaikan dan kerukunan dari semua orang membuat kita memiliki masyarakat yang harmonis sehingga kita memiliki kehidupan yang berkecukupan. Bukankah kita harus bersyukur terhadap semua makhluk ?

Semua makhluk memiliki penderitaan. Kita harus memiliki niat baik. Kita harus hidup berdampingan dengan alam. Jadi, bukan hanya terhadap semua makhluk kita harus membalas budi, melainkan juga terhadap segala sesuatu di alam semesta. Saya sering berkata “ Menghormati langit, mengasihi bumi ” kita harus membalas budi alam ini. Unsur angin harus selaras. Unsur air harus selaras. Unsur tanah harus selaras. Begitupula unsur api. Empat unsur ini harus selaras. Jadi, kita tahu cahaya matahari, angin, hujan, tanah, dll. Yang membuat tanaman bisa tumbuh subur. Inilah yang disebut empat budi besar.

Kita harus mawas diri dan tulus. Mawas diri berarti menjaga hati kita. Semua makhluk berwatak keras. Ini bukan menunjuk orang lain, melainkan diri kita sendiri. Tabiat buruk kita juga sangat keras. Kita melekat pada pandangan kita sendiri dan menggangap orang lain salah. Saat setiap orang menganggap diri sendiri benar dan orang lain salah, maka begitu bentrokan terjadi, sulit untuk meredahkannya kembali.

Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus sungguh-sungguh menaklukkan pikiran kita sendiri. Kita tidak ingin selamanya menjadi makhluk awam. Kita berharap dapat berangsur-angsur memasuki tataran kesucian. Kita ingin melampaui tataran awam menujuh kesucian. Kita berharap dapat membangkitkan akar kebijaksanaan kita. Jika, dapat menumbuhkan kebijaksanaan, kita baru bisa membalas empat budi besar dan tidak melakukan lima karma celaka. Dengan demikian, semua orang dapat hidup rukun dan dapat meredam malapetaka serta mengurangi bencana.

Bencana bagi kehidupan manusia muncul karena adanya tubuh ini. Tubuh dapat berbuat baik juga dapat berbuat jahat. Sungguh-sungguhlah mengendalikan pikiran, tumbuhkan kebijaksanaan, baru dapat membalas empat budi besar.

Intinya, tanpa tubuh ini, kita tak dapat melatih diri. Tanpa tubuh yang sehat, kita tak dapat membalas budi dan berbuat baik. Jadi, kita tetap membutuhkan tubuh ini. Namun, kita tak memiliki hak milik atas tubuh ini. Kita hanya punya hak guna. Kita harus berusaha untuk menggunakan tubuh ini secara tepat agar dapat menciptakan berkah. Dalam kehidupan ini, bagaimana kita memanfaatkan tubuh ini ? Enam indra dan enam objek saling bersentuhan. Apakah enam indra kita terserat dan terbuai oleh enam objek ? Ini bergantung pada pikiran kita.

Saudara sekalian, fungsi kesadaran, indra dan objek, bagaimana kita memanfaatkannya ? Ini bergantung bagaimana kita mendalami Dharma. Kita harus sungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Janganlah terbuai oleh kondisi luar. Ini sangat menderita. Tubuh ini terus bersentuhan dengan kondisi luar dan terus memicu noda batin. Jadi, kita harus meningkatkan ketrampilan untuk menaklukan noda batin kita. Unttuk itu, kita harus lebih bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Kebijaksanaan Analisis dan Kebijaksanaan Setara (449) https://youtu.be/ZyopgCckh8Q

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva