Sanubari Teduh – Delusi Pikiran Merintangi Kebajikan (351)

Video Youtube :    https://youtu.be/913SOeZUQ2A

Saudara se-Dharma sekalian, pikiran kita gemar memikirkan yang tidak-tidak. Karena itu, kita sering merintangi diri sendiri.

Delusi atau pikiran keliru membangkitkan pikiran buruk dan merintangi kebajikan. Dengan menghentikan noda batin dan delusi, kita memahami keluhuran hakiki yang pada dasarnya dimiliki setiap orang tanpa bertambah atau berkurang.

Kita terus berada dalam delusi pikiran.  Bagaimana kita mengendalikan pikiran kita agar dapat melenyapkan pikiran keliru ? Inilah tujuan dari melatih diri. Begitu pikiran keliru muncul, maka di belakangnya pikiran buruk akan mengikuti. Semua ini mudah menjadi perintang bagi kita. Merintangi apa ? Kebajikan. Yang dikejar oleh semua orang, bukankah kembali pada kesejatian ?  Namun, jika pikiran keliru terus ada, maka pikiran buruk akan terus timbul.

Jadi, meski di hadapan kita ada ajaran baik, kita mudah melewatkannya dan mengabaikannya. Jadi, kita harus paham bahwa semua itu diakibatkan oleh pikiran keliru. Bagaimana mengatasinya ? Kita sudah membahas lima metode meditasi. Ada lima cara yang bisa kita gunakanuntuk menghentikan delusi pikiran kita.

Lima Metode Meditasi :

  1. Mengamati kekotoran bagi yang tamak
  2. Meditasi welas asih bagi yang penuh kebencian
  3. Meditasi nafas yang bagi yang kacau pikirannya
  4. Pengamatan terhadap sebab dan akibat bagi yang bodoh
  5. Perenungan pada Buddha bagi yang banyak rintangannya

Jika ketamakan kita bangkit, maka kita harus mengatasinya dengan pengamatan pada kekotoran. Jika kebencian kita bangkit,  maka kita harus mengatasinya dengan perenungan welas asih. Jika pikiran kita kacau, maka kita harus mengatasinya dengan meditasi napas. Jika memiliki kebodohan dan tidak memahami kebenaran, maka kita harus mengatasinya dengan pengamatan  pada sebab dan kondisi. Jika kita memiliki banyak rintangan, maka kita harus mengatasinya dengan pernungan terhadap Buddha. Berhubung kita memiliki banyak rintangan, maka kita harus segera mengamati diri sendiri. Segala sesuatu di dunia tidak bersih dan tidak kekal. Jika kita meneladani Buddha, maka kita akan dapat selangkah demi selangkah menujuh kualitas Buddha.

Jadi lima metode ini bertujuan untuk menghentikan delusi pikiran kita. Jika lima jenis delusi pikiran tidak dilenyapkan, maka segala yang hendak kita pelajari akan terhalangi. Jadi, kita harus menghentikan noda batin dan delusi.  Caranya adalah menggunakan lima metode tadi. Dengan demikian, barulah kita dapat memahami keluhuran hakiki.

Membangkitkan noda batn yang merintangi pelatihan Dharma kehangatan, Dharma Puncak, Dharma Kesabaran, Dharma duniawi tertinggi, tujuh metobe terampil dan lainnya.

Membangkitkan noda batin yang merintangi pelatihan cinta kasih, elas asih, suka cita, keseimbangan batin, mendengar, merenungkan, praktik dan lainnya.

Pikiran keliru atau delusilah yang merintangi kita. Ia merintangi kita untuk belajar. Kita harus belajar. Kita semua masih berada pada tataran awam. Kita harus mempelajari empat akar kebajikan. Empat akar kebajikan ini meliputi Dharma kehangatan, Dharma Puncak, Kesabaran, dan Dharma duniawi tertinggi. Semua ini sudah pernah kita bahas, tetapi karena sudah cukup lama berlalu,  kita mungkin saja lupa. Apa yang disebut Dharma kehangatan ? Hangat ini dapat digambarkan  seperti orang jaman dahulu menyalahkan tungku.  Saat kita membuat api dari kayu,  maka sebelum api menyala,  asap muncul terlebih dahulu dan akan terasa panas. Setelah panas, asap akan muncul lebih dahulu. Setelah asap, penggesekan harus terus dilakukan agar api menyala. Munculnya asap membuktikan adanya panas.

 Demikian pula  dalam pelatihan diri kita. Saat mulai melatih diri, kita belum tahu apa-apa. Kita juga belum merasakan apa-apa. Setelah mulai giat, kita dapat menjalankan yang harus dijalankan. Seperti yang sebelumnya kita bahas, kita dapat berlatih meditasi nafas. Anapana adalah meditasi napas  yang bertujuan agar kita dapat mengendalikan pikiran kita sehingga terfokus. Jangan sampai begitu duduk, pikiran kita langsung mengembara bagaikan kera dan kuda. Karena itu kita diajarkan metode tadi. Kita dapat menghitung keluar masuknya nafas. Ini juga salah satu metode untuk mengendalikan pikiran. Jika metode ini dapat selalu kita gunakan, begitu kita duduk, maka lambat laun kita kita akan terbiasa. Kira-kira begitulah Dharma Kehangatan.

Berikutnya adalah Dharma Puncak yaitu langkah selanjutnya . Ditahap ini, pelatihan diri kita sudah meningkat, bagai dari kaki gunung ke lereng. Di Kaki gunung  saat melihat sesuatu, kita mudah terhalang. Sana halnya dengan pandangan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya seberapa banyak kita memahami masalah dan manusia.  ? mungkin saja dengan pikiran awam, kita mengikuti saja yang orang lain katakan.  Orang lain berkata apa, kita langsung menggangap nya benar. Berbagai permasalahan dan kabar burung memenuhi pikiran kita sehingga kita membangkitkan banyak keraguan atau berbagai pikiran keliru dan kegelapan batin. Demikianlah makhluk awam.

Dalam melihat suatu kondisi, kita dapat memiliki banyak rintangan. Lalu kita melangkah ke Dharma kehangatan. Kita mulai memiliki pencapaian dan mampu merasakan. Kita sudah maju selangkah.  Pemikiran dan pandangan kita telah sejalan dengan  Dharma. Kita telah memahami Dharma. Jadi, saat mendengar orang lain berbicara, kita mulai dapat membedakan benar dan salah. Saat melihat kondi luar, perlahan kita memahami apa yang disebut pengamatan terhadap sebab dan kondisi,  apa yang disebut pengamatan terhadap buah dan akibat. Perlahan kita dapat memahami rangkaian sebab akibat. Ini berarti kita telah maju selangkah lagi. Ini disebut Dharma Puncak. Pada tahap ini, segala yang kita lihat terlihat lebih lapang. Batin kita sudah lebih lapang.

Berikutnya adalah Dharma kesabaran. Meski kita telah melihat berbagai kondisi  dan telah memahaminya dengan jelas, tetapi saat kembali ke tengah masyarakat, baik urusan duniawi maupun bukan, di tengah masyarakat ini, kita harus maju selangkah lagi. Yaitu harus sabar. Meski kita telah bertekad, jika kita kurang kekuatan kesabaran, maka berada di puncak gunung pun kita mungkin bisa terjatuh kembali. Kita akan mudah terpengaruh oleh kondisi luar.  Tanpa kekuatan kesabaran, kita tak akan dapat mencapai puncak.

Selanjutnya Dharma duniawi tertinggi.  Dunia ini penuh dengan masalah rumit. Untuk benar-benar memahami hal-hal di dunia, bahkan tidak tercemar oleh hal-hal duniawi ini, sungguh bukanlah hal yang mudah. Jadi, kita harus kembali maju selangkah.  Jika kita dapat mempertahankan kesabaran, maka kita baru dapat merealisasi Dharma duniawi tertinggi. Ini adalah langkah dari tataran awam menuju tataran Bodhisattva atau tingkatan kesucian. Ini adalah tataran orang bijak.

Empat akar kebajikaan ini harus lebih dahulu kita pahami. Dharma kehangatan, Dharma Puncak, Dharma kesabaran, Dharma duniawi tertinggi. Inilah empat akar kebajikan. Jika di dalam batin kita ada pikiran keliru, maka kita akan terintangi untuk memperoleh empat akar kebajikan ini.

Jadi, jika kita dapat menghentikan noda batin dan berbagai delusi dan pikiran keliru, maka kita akan dapat memahami keluhuran hakiki yang selalu dimiliki setiap orang tanpa bertambah atau berkurang. Sesungguhnya, dalam hal keluhuran hakiki,  ia tidaklah lebih banyak pada Buddha, dan tidak lebih sedikit dari kita. Keluhuran hakiki ini selalu sama,   hanya delusi pikiranlah yang membedakan sehingga kita harus belajar lebih jauh untuk memahaminya. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip  dari video Sanubari Teduh – Delusi Pikiran Merintangi Kebajikan (351) https://youtu.be/913SOeZUQ2A

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva