Sanubari Teduh – Keseimbangan Pengetahuan dan Praktik (352)

 

Video Youtube :    https://youtu.be/1gK5CBUiXkk

 

Saudara se-Dharma sekalian, setiap hari kita mendengar banyak hal, tetapi ada berapa banyak hal yang sungguh-sungguh kita pahami ? kita tidak dapat memahaminya karena sudah memiliki opini dan persepsi terlebih dahulu. Selain itu, kita juga sibuk menghadapi pikiran yang bukan-bukan di masa lalu, masa kini dan masa depan.  Semua pandangan dan noda batin itu, bisakah kita pahami satu per satu ? orang yang lebih pandai berkata, “Saya paham” , “saya juga mengetahui istilahnya.” “saya juga tahu saat tubuh bersentuhan dengan kondisi luar, dapat mendatangkan banyak noda batin. “ “Setelah mendengar berbagai istilah, saya memahaminya.” Setelah memahaminya, bisakah kita menjelaskannya ?  Setelah memahaminya, mengapa kita enggan memutusnya ?

Sayangnya, pemahaman mereka hanya dipermukaan. Mereka terlihat sudah mengerti karena dapat menjelaskannya. Ini Lebih mudah. Karena itu, dkatakn  bahwa mudah untuk memahaminya, tetapi sulit untuk menjalankannya. Lebih mudah memberi pemahaman. Ini lebih mudah, tetapi untuk sungguh-sungguh memutus noda batin lebih sulit. Jadi untuk menyadari kebenaran, bukanlah hal mudah. Tidak mudah untuk menyadari kebenaran. Mudah untuk mengerti, sulit untuk menjalankan. Untuk sungguh-sungguh melakukannya lewat tindakan nyata, itu tidaklah mudah. Untuk melakukannya, kita harus memutus noda batin agar tidak ada konflik antar sesama. Dengan begitu kita baru dapat menyadari kebenaran. Ini juga tergantung pada sebersit niat.

Pengetahuan dan praktik hendaknya seimbang layaknya menghargai kehidupan. Pengetahuan dan praktik kita harus seimbang. Setelah memahaminya, kita juga harus tahu untuk memutus noda batin. Inilah yang di sebut praktik. Setelah mempelajari satu hal, kita harus segera mempraktikkannya. Jika kita hanya berbicara tanpa mempraktekkannya secara langsung, maka kita akan jauh dari Jalan Kebenaran. Kita harus mempraktikkan pengetahuan secara secara seimbang layaknya menghargai kehidupan. Menghargai kehidupan berarti mewariskan. Mewariskan apa ? Mewariskan jiwa kebijaksanaan. Jiwa kebijaksanaan siapa yang  harus kita wariskan? Jiwa kebijaksanaan Buddha.  Kita semua harus memiliki sifat hakiki yang harus dijaga. Ini merupakan misi kita. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Setelah terinspirasi oleh Buddha, kita menyadari bahwa kita memiliki hakikat kebuddhaan.  Karena itu, kita harus melindungi hakikat kebuddhaan ini dengan baik. Jadi Pengetahuan dan praktik harus seimbang. Pengetahuan dan praktik harus jalan bersamaan.

Noda batin pandangan seakan mudah dimengerti, tetapi tidak mudah untuk benar-benar dipahami. Jika pengetahuan dan praktik bisa sejalan layaknya menghargai kehidupan, maka tujuh faktor pencerahan dan delapan ruas jalan mulia akan senantiasa ada di hati.

Kita harus merefleksikan tubuh ini dengan baik. Jika 4 Landasan perenungan, 4 usaha benar, 4 landasan kekuatan batin, Lima akar, lima kekuatan, 7  Faktor Pencerahan dan 8 ruas Jalan Mulia dan senantiasa berada di dalam hati kita, maka semua itu terasa sangat  sederhana. Jika faktor pendukung pencerahan dapat berada di dalam hati kita. Maka segala sesuatu akan terasa sederhana. Setelah memahaminya, kita harus mempraktikannya secara nyata. Sesungguhnya, dalam mengamati diri sendiri, 4 Landasan Perenungan selalu berada dalam keseharian kita. Sebagai seorang praktisi, Empat Usaha Benar yang selalu ada dalam tindakan kita.

Empat Landasan Kekuatan Batin dapat membina hati kita. Apakah hal yang membuat kita kecewa dan tidak nyaman ? Saat Indra bersentuhan dengan kondisi luar, mengapa kita tidak dapat mengembangkan Lima akar dan Lima Kekuatan ? Sesungguhnya semua itu berada di dalam hakikat kebuddhaan kita. Kita hendaknya memahaminya. Akan tetapi kita tak henti-hentinya menciptakan rintangan bagi diri sendiri.

Membangkitkan noda batin yang merintangi pelatihan pengamatan terhadap kekosongan, kesetaraan dan Jalan Tengah.

Kita menciptakan rintangan bagi diri sendiri. Kekosongan adalah pandangan kekosongan. Kesetaraan adalah kesalingtergantungan, Jalan tengah adalah ketidakekstreman. Ketiganya di sebut Tiga pengamatan. Pengamatan ini adalah pemikiran dan pandangan kita.

Dalam mempelajari Dharma, haruslah memahami bahwa lima agregat pada hakikatnya kosong, hukum sebab akibat tak dapat diabaikan. Jika dapat memahami ini, maka akan melekat pada pandangan kekosongan atau ilusi terus menerus.

Sesungguhnya, kita semua memiliki hakikat kebuddhaan. Jika tidak ada ajaran Buddha yang menginspirasi, kita juga tidak menyadarinya. Setelah mengetahui banyaknya Noda batin yang dimiliki, kita harus segera memutusnya. Pemutusan noda batin bukan hanya lewat ucapan saja, melainkan harus memiliki kesadaran penuh. Untuk memiliki kesadaran penuh, bukan hal yang mudah. Jika pengetahuan dan praktik sudah seimbang layaknya menghargai kehidupan, kita akan dapat kembali pada hakikat sejati. Saudara sekalian, kita harus senantiasa bersungguh hati. Pandangan apapun hendaknya tidak kita lekati. Kita harus memegang teguh Jalan Tengah yang paling sederhana. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati. .

Demikianlah dikutip  dari video Sanubari Teduh – Keseimbangan Pengetahuan dan Praktik (352) https://youtu.be/1gK5CBUiXkk

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva