Sanubari Teduh – Lima Penutup – Bagian 1 (123)

 

Video Youtube : https://youtu.be/gctIySqH9zA

 

Saudara se-Dharma sekalian, tanpa disadari, kita mendengar kicauan burung dan derikan serangga di luar sana. Betapa indahnya suasana yang demikian. Langit yang gelap perlahan menjadi terang. Karena pagi telah menjelang, maka burung dan serangga telah bangun dari tidurnya. Apa yang terjadi ketika kegelapan malam tiba ? apakah karena  mentari telah terbuang atau menghilang,  lalu tiba-tiba saja muncul kembali ? Sesungguhnya tidaklah demikian. Matahari tetaplah sama tanpa berubah, hanya saja di jagat raya ini terdapat benda-benda langit seperti planet, matahari, bumi dan bulan. Semua benda itu berotasi dan berevolusi sesuai orbitnya masing-masing dengan waktu yang sangat tepat, sama halnya kita yang hidup di bumi, demi penyesuain hitungan waktu dan musim. Pada malam hari, segalanya tidak terlihat karena matahari terhalang oleh bumi.  Jadi akibat dari rotasi bumi, ada bagian bumi yang tak terkena sinar matahari, maka terjadilah malam. Matahari tidak bisa menyinari sebagian sisi bumi. Akibatnya sisi itu memasuki  malam hari.

 

Demikian halnya makhluk awam. Sesungguhnya sifat hakiki kita cemerlang, menyatu kebenaran absolut. Pada dasarnya kita memiliki kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang murni ini tetap merupakan sifat hakiki kita. Dengan memiliki kebijaksanaan, kita akan dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Segala hal mengenai manusia, masalah, dan materi, manakah yang  tidak kita lihat  dengan jelas ? Hanya karena setitik kegelapan batin, batin kita yang mulanya penuh kebijaksanaan seakan tertutupi. Karena itu, ia menjadi gelap  bagai malam. Jadi dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus menelusuri batin kita. Demikian pula kita harus mendalami bahwa saat kebijaksanaan kita tertutup oleh kegelapan batin, sesungguhnya ada berapa banyak faktor  yang menutupi kebijaksanaan kita ini ? Secara umum ada lima faktor.

 

Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat Lima Penutup.

Lima Penutup.

  1. Ketamakan
  2. Kebencian
  3. Kemalasan
  4. Kegelisaan dan Penyesalan
  5. Keraguan

 

Kelima faktor ini menutupi kebijaksanaan kita. Semua ini menutupi kebijaksanaan dalam batin kita hingga bagaikan sebuah lampu yang mulanya begitu terang, namun karena ditutupi oleh sehelai kain tebal, cahayanyapun tak dapat memancar. Begitu pula bagaikan mentari yang bersinar terik. Asalkan anda berada di dalam ruangan dan menutup semua pintu dan jendela, maka seluruh ruangan itu juga akan tetap gelap. Ini karena anda tak membiarkan cahaya masuk. Inilah yang disebut Menutupi. Dalam hal ini menutupi kebijaksaan kita ada lima faktor.

 

Ketamakan dapat menutupi hakikat diri kita yang murni. Dengan begitu, kebijaksanaan murni kitapun sirna. Akibat sirnanya kebijaksanaan murni ini, pikiran kita akan mudah terpengaruh oleh kegelapan batin sehingga timbullah noda batin yang membawa terciptanya karma buruk. Karma buruk ini pun akan membawa buah akibat.

 

Jika Lima Penutup menutupi batin kita, menghalangi sifat hakiki kita yang murni, membangkitkan kegelapan batin dan membuat sirna kebijaksanaan, maka kebajikan akn hilang  dan keburukan akan muncul.

Jadi, kita harus memahami  faktor apa saja yang menutupi batin kita. Kita harus segera mencari tahu. Kita harus tahu tentang Lima Penutup ini. Penutup di sini berarti sesuatu yang menyelubungi. Lima Penutup ini menutupi hakikat batin kita sehingga kebajikan kita tidak dapat tumbuh. Ini adalah hal yang kita khawatirkan.

 

Sesungguhnya, ketamakanlah yang paling melukai jiwa kebijaksanaan. Ketamakan berawal dari kemelekatan. Saat kita melekat pada sesuatu, maka ketamakan akan tumbuh. ditambah kemelekatan awal tadi, lima nafsu keinginan pun akan muncul.

 

Yang kedua adalah kebencian. Kebencian juga bisa menutupi batin kita. Adakalanya kita berpaling dari kesadaran dan membiarkan kemarahan meliputi batin.  Manusia tentu dipengaruhi perasaan. Akan tetapi sering dikatakan bahwa kita melatih diri untuk mencapai kesadaran. Perasaan kita setelah benar-benar tersadarkan dilandasi oleh kebijaksanaan. Akan tetapi kita terbuai oleh kondisi luar dan berpaling dari jalan menujuh kesadaran yang seharusnya kita jalani. Kita menjadi terbuai oleh objek luar. Karena itu dikatakan bahwa kita berpaling dari kesadaran dan membiarkan kemarahan timbul. Kita telah berpaling dari keadaan batin yang sadar. Setelah terbuai oleh objek luar dan memiliki ketamakan atas objek itu, kita akan marah saat keinginan ini tidak terpenuhi. Kita akan membenci, marah dan  mendendam. Semua ini akan memenuhi rongga dada. Amarah ini akan timbul.

 

Penutup batin yang ketiga adalah kemalasan. Saudara sekalian, sesungguhnya berapa banyak waktu yang kita miliki ? Sesungguhnya berapa banyak waktu yang dapat benar-benar kita gunakan ? Sesungguhnya waktu kita tidak banyak.  Sepanjang waktu yang ada ini seharusnya senantiasa kita giat atau membiarkan waktu berlalu sia-sia ? waktu ini adalah milik kita masing-masing. Terserah masing-masing mau memanfaatkan atau menyia-nyiakannya.

Nilai kehidupan yang sesungguhnya terletak seberapa banyak kita menggunakan tubuh ini untuk memberi manfaat untuk orang lain dan membantu sesama. Dengan memiliki banyak interaksi dengan sesama, barulah kita dapat dikatakan hidup. Jika kita menggangap kehidupan itu adalah semata-mata dapat bernafas, maka kehidupan ini menjadi sia-sia. Dalam ajaran Buddha, ini disebut menghabiskan berkah. Kita hanya bisa menikmati dan menghabiskan sumber daya alam, tetapi tidak bersumbangsih bagi masyarakat. Ini adalah hidup yang sia-sia. Manusia mengganggap kemalasan tidak membawa kerugian maka dengan sendirinya dia akan terus tenggelam dalam ketidaksadaran. Pikiran tidak sepenuhnya sadar, tubuhpun terasa berat. Bagi jiwa kebijaksanaan dan kehidupan kita, ini sungguh tidak bermanfaat. Jangan biarkan semua ini menutupi hakikat diri kita.

 

Jika kebijaksanaan hakiki kita yang cemerlang tidak dapat digunakan dalam keseharian, tidak dapat dimanfaatkan untuk memilah segala masalah yang kita hadapi, bukankah sangat disayangkan ? Orang yang meninggal di sebut tidur panjang. Saat tidur setiap hari di sebut kematian kecil. Jadi, kita hendaknya memperpendek jangka waktu kematian kecil ini. Jangan memperpanjang kematian kecil itu. Tidur panjang tidak bedanya dengan mati.

 

Saudara sekalian kita harus sungguh-sungguh mengendalikan pikiran dan memanfaatkan waktu dengan baik. Ditengah faktor pengaruh faktor waktu, ruang, dan hubungan antar manusia, kita harus senantiasa semangat, barulah dapat memperoleh pencapaian jika kita tidak bersemangat berlatih dan tetap berjalan ditempat, maka waktu akan berlalu dengan sia-sia. Tubuh kita pun akan terus melemah dan semakin menua. Saat kondisi tubuh dan usia kita masih memungkinkan untuk berusaha mengembangkan potensi kita. Harap, kita semua harus senantiasa lebih bersungguh hati.

 

Demikianlah diintisarikan Sanubari Teduh – Lima Penutup – Bagian 1 (123)

https://youtu.be/gctIySqH9zA

 

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

 

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva