Sanubari Teduh – Lima Penutup – Bagian 2 (124)
Video Youtube : https://youtu.be/Wyv_Z t60hA8
Saudara se-Dharma sekalian, mengenai pikiran dalam kehidupan, setiap orang tak luput dari perbuatan dan perbuatan diawali dari pikiran. Pikiran juga tak lepas dari hakikat sejati kita. Hakikat sejati kita pada dasarnya murni. Karena itu, kebijaksanaan hakiki yang cemerlang, seharusnya ada dalam batin kita, namun kita mala membuatnya tertutup akibat segala pemikiran kita yang timbul akibat kontak indra dengan dunia luar yang membangkitkan kesadaran yang membedakan. Setelah kesadaran kita mulai membedakan, sifat hakiki kita mulai tercemar.
Kesadaran merujuk pada fungsi pembedaan saat batin bersentuhan dengan kondisi luar. Batin merujuk pada fungsi mental yang tidak berwujud. Dalam ajaran Buddha, 8 Kesadaran meliputi :
- Kesadaran Penglihatan
- Kesadaran Pendengaran
- Kesadaran Penciuman
- Kesadaran Pengecapan
- Kesadaran Meraba
- Kesadaran Berpikir
- Kesadaran Manas
- Kesadaran Alayavijnana
Di dalam kesadaran ke-8 tersimpan benih karma. Benih karma inipun menyebabkan noda-noda semakin banyak muncul. Jadi, mengenai benih karma dalam kesadaran ke-8 ini jika kita dapat waspada dengan kesadaran-kesadaran sebelum ke-6 dan ke-7, maka kesadaran kita akan tetap murni sehingga hakikat diri kitapun tak akan tercemar. Biasanya pembahasan hanya sampai kesadaran ke-8. Akan tetapi saya juga sering membahas bahwa masih ada kesadaran ke-9. Kesadaran ke-9 ini tidak disebut sebagai kesadaran, melainkan hakikat. Hakikat ini dimiliki semua orang, yakni sifat hakiki murni yang sama dengan Buddha. Kita memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Haikakat ini pada dasarnya sudah kita miliki. Kesadaran ke-8 bagaikan gudang benih. Benih ini adalah hasil perbuatan kita dimasa lalu. Jadi, dengan adanya fungsi kesadaran, maka karma yang kita ciptakan akan tersimpan di dalam kesadaran ke-8. Kesadaran ke-8 ini terus bergungsi secara berkesinambungan. Segala pemikiran kita yang terwujud ke dalam perbuatan akan menciptakan benih karma. Jadi dalam pelatihan diri, kita harus senantiasa berlatih agar saat kondisi luar bersentuhan dengan pikiran kita, kita dapat menghentikan reaksi kesadaran kita hingga hanya sampai pada kesadaran ke-7. Kita tidak boleh membiarkan pikiran negatif terwujud ke dalam perbuatan. Jika pikiran negatif terwujud ke dalam perbuatan, berarti kesadaran ke-8 kita sudah tercemar, benih karmapun sudah tersimpan. Ini adalah sesuatu yang pasti.
Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat Lima Penutup.
Lima Penutup.
- Ketamakan
- Kebencian
- Kemalasan
- Kegelisaan dan Penyesalan
- Keraguan
Orang yang penuh nafsu keinginan senantiasa mengejar kenikmatan, tamak akan harta, seks, reputasi, makan, dan tidur, selamanya tak akan merasa puas.
Orang yang penuh kebencian berpaling dari kesadaran, terjerumus ke dalam kebodohan sehingga mudah marah. Saat perasaan cinta, benci, sayang dan dendam timbul , semua ini akan menambah kegelapan batin mereka.
Orang yang malas dan gemar tidur menyia-nyiakan kehidupannya. Jika dapat menghilangkan penutup batin ini dan giat melatih diri, barulah kehidupannya akan lebih bermakna.
Yang keempat adalah kegelisahan dan penyesalan. Kegelisahan berarti batin yang bergejolak dan tidak dapat tenang.
Kegelisahan dan penyesalan, merujuk pada batin yang terus bergejolak, senantiasa menyesal terhadap apa yang telah dilakukan. Istilah zaman sekarang menyebutnya sebagai kemurungan. Ini berkaitan dengan pikiran kita, adakalanya tenggelam, adakalanya timbul. Pikiran kita terus terombang-ambing dalam kemurungan. Saat mendengar suatu perkataan orang. Kita terus berpikir bahwa orang lain sedang memuji kita, akan tetapi kita juga bertanya-tanya apakah di balik itu kita melakukan kesalahan. Kita bertanya-tanya apakah ucapan itu mengandung makna sebenarnya atau tidak. Kerisauan ini terus berputar di dalam batin. Inilah yang disebut kemurungan, inilah yang disebut penyesalan. Setiap kali melakukan sesuatu, selalu ada yang membuatnya menyesal. Ini juga merupakan kegelapan batin.
Yang kelima adalah keraguan atau kecurigaan. Kesurigaan menimbulkan prasangka buruk. Manusia dapat memiliki rasa curiga terhadap waktu, tempat atau orang lain. Jika senantiasa memiliki pikiran yang baik, maka setiap waktu adalah waktu yang baik. Jadi, keraguan dan kecurigaan merupakan sebuah penyakit.
Saudara sekalian jika pikiran kita positif, energi negatif tidak akan menyerang. Jadi, kita tidak perlu curiga. Setiap hari merupakan hari yang baik. Kecurigaan juga dapat membawa kebencian dan menciptakan karma buruk.
Orang yang penuh keraguan dan kecurigaan, senantiasa ragu terhadap waktu, tempat dan orang, senantiasa dalam kebimbangan dan berputar-putar dalam satu masalah. Akibatnya kebencian mudah timbul sehingga menciptakan karma buruk.
Ini adalah kegelapan batin. Hakikat sejati kita pada dasarnya murni dan cemerlang. Hanya saja karena fungsi kesadaran kita telah terbuai oleh kondisi luar, maka ingatan dan persepsi terus timbul dalam batin kita. Persepsi adalah reaksi kita terhadap objek. Ingatan adalah fungsi mental yang terus berlangsung meski kondisi tersebut telah berlalu. Jadi, semua ini tak terlepas dari pikiran.
Akibat kegelapan batin, manusia berpaling dari kebenaran. Lima faktor tadi membuat kita gelap batin dan berpaling dari kebenaran. Hakikat sejati kita yang murni telah tertutp oleh lima faktor tadi, yaitu, ketamakan, kebencian, kemalasan, kegelisahan dan penyesalan dan keraguan. Lima Faktor menutupi batin kita selapis demi selapis. Karena itu, batin kita menjadi gelap dan berpaling dari kebenaran. Kita menjadi tak meyakini kebenaran. Inilah yang disebut keraguan.
Saudara sekalian, tanpa keraguan dan kecurigaan, barulah kehidupan kita akan bahagia. Dengan begitu hakikat sejati dalam diri kita tidak akan mudah tercemar oleh fungsi pikiran dan kesadaran yang terbuai oleh kondisi luar atau tertutup lapis demi lapis kegelapan batin. Intinya, kita harus menjaga pikiran denga baik. Selain menjaga pikiran, kita juga harus membina prilaku dan perbuatan kita. Kita harrus menapaki jalan ini. Akhir kata, harap semua lebih bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan Sanubari Teduh – Lima Penutup – Bagian 2 (124)
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva