Sanubari Teduh – Melampaui Tataran Awam dan Memasuki Kesucian Sanubari Teduh (446)

Video Youtube : https://youtu.be/gkruDnNvS2Y

Saudara se-Dharma sekalian, waktu terus berlalu. Dalam sekejap, dalam satu tarikan napas, kita dapat melihat kelahiran dan kematian. Kita tahu bahwa hidup hanya sebatas tarikan napas. Kita mungkin mendengar kabar seseorang yang bertemu dan berbicara dengan kita belum lama atau orang yang memang sudah sakit, tetapi hatinya sangat ikhlas dan tak lama kemudian pergi meninggalkan kita. Kita sering mendengar cerita seperti ini. Hidup dan mati hanya sebatas tarikan napas. Berhubung kehidupan itu begitu singkat, kita juga tidak tahu sesungguhnya berapa panjang usia kita. Setelah hidup selama puluhan tahun, berapa banyak tabiat buruk yang telah kita pupuk, jalinan jodoh yang kita jalin dan rasa dendam yang kita simpan ? Entah adakah kita berintrospeksi. Lalu, apakah kita telah bertobat ? Kita tahu berapa banyak waktu yang berlalu. Kita tahu berapa usia kita. Kita mengetahui segala hal yang telah berlalu, tetapi jika ditanya berapa sisa usia kita, tentu tiada yang bisa menjawab.

Manusia hanya bisa menjawab “ Semoga saya bisa hidup seratus tahun” “Semoga saya mencapai usia lebih 100 thun” “Semoga saya panjang umur” Inilah harapan setiap orang, tetapi kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup. Buddha dengan jelas mengatakan bahwa hidup hanya sebatas tarikan napas. Hari ini kita masih sehat. Apakah kita dapat melewati hari ini ? Apa ketidakkekalan ataukah hari esok yang datang lebih dahulu ? Tiada orang yang tahu. Saat kita tidak bisa menarik nafas, pada saat itu kehidupan kita berakhir.

Kita jelas tahu kita pernah berbuat salah, lalu bolehkah kita tidak mengenggam waktu untuk segera berubah ? akankah kita membiarkan dan tidak mengubah tabiat buruk kita serta bersungguh hati dalam tindakan dan ucapan kita. Jika kita selalu bisa mengingatkan diri sendiri, inilah yan disebut mawas diri. Baik dalam perbuatan lewat tubuh, ucapan, maupun niat yang timbul dalam pikiran, kita harus senantiasa mawas diri dan tidak lengah. “Tiga inchi di kepala adalah para Dewa”

Bukan hanya itu, di sekeliling saya, di setiap ruang banyak terdapat banyak makhluk. Begitupula disekeliling kalian. Jadi, jangan mengira saat kita melakukan sesuatu atau mengucapkan sesuatu hanya di tujukan kepada satu pihak dan orang lain tidak tahu. Tahu. Hati nurhani kita pun tahu. Kita benar atau salah, hati nuranih kita tahu. Jadi jangan menyimpan “setan” di hati. Kita harus selalu memiliki hati Buddha. Jangan biarkan setan berdiam di hati kita. Jadi, bukan hanya diseliling kita, di hati juga bisa ada setan yang berdiam. Jika setan ini tidak ditaklukkan, cahaya kebijaksanaan yang gemilang tidak akan terpancar.

Jika kita dapat terus mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati, serta terus bertindak membimbing semua makhluk dan memberi ajaran sesuai daya tangkap, maka selangkah demi selangkah kita akan mendekat pada tingkatan Buddha. Jadi, kita harus melampaui tataran awam, memasuki kesucian, dan membuka mata kebijaksanaan. Ini berkaitan dengan pandangan, pemahaman dan kebijaksanaan kita. Inilah tujuan kita. Satu-satunya cara kita harus bertobat. Disini dikatakan “Setelah bertobat dan berikrar, kami berlindung kepada Tiga Permata”. Segala karma buruk yang tercipta lewat tubuh, ucapan dan pikiran baik secara umum maupun secara khusus, sudah dijabarkan satu persatu agar kita dapat meningkatkan kewaspadaan. Kita harus bertobat. Jika dapat bertobat dan berikrar, barulah tubuh dan pikiran kita dapat berlindung pada Tiga Permata.

Tiga Permata meliputi Buddha, Dharma dan Sangha. Ketiganya adalah sandaran kita dalam kehidupan. Kita berlindung pada Tiga Permata bukan hanya sekali saja, melainkan setiap hari. Setiap hari kita harus berpaling dari kegelapan menuju kecemerlangan. Kita harus bertobat atas kesalahan kita. Kita harus mengubah tabiat buruk dan membina masa depan. Inilah inti dari perlindungan. Seumur hidup kita, kita mengandalkan Tiga Permata, Buddha, Dharma dan Sangha. Dengan begitu barulah kita melampaui tataran awam dan memasuki kesucian. Saudara sekalian, kita harus bersunguh hati. Kita harus tahu bahwa kehidupan sangat singkat, hanya sebatas tarikan nafas. Waktu cepat berlalu. Momen demi momen terus berlalu. Kita harus meningkatakan kewaspadaan dalam tubuh, ucapan dan pikiran. Jangan lupa tiga inchi di atas kepala kita ialah dewa. Ini mengingatkan kita untuk selalu bertutur kata baik terhadap seluruh makhluk di sekeliling kita, bukan hanya manusia. Kita juga membabarkan Dharma bagi lingkungan. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Melampaui Tataran Awam dan Memasuki Kesucian Sanubari Teduh (446) https://youtu.be/gkruDnNvS2Y

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva