Sanubari Teduh – Melampaui Tataran Awam dan Memasuki Kesucian (508)

Video Youtube : https://youtu.be/3gCpoKxMkUM

Saudara se-Dharma sekalian, mempelajari ajaran Buddha haruslah sepenuh hati. Pikiran menyimpang sedikit saja dapat membuat kita jauh tersesat. Meski kita semua mengatakan bahwa pada dasarnya sifat manusia adalah bajik, tetapi sebagai makhluk awam, kita terus mengalami kelahiran kembali. Dan terus menerus tercemar. Kita menciptakan karma baik, buruk dan netral. Ingin berbuat baik atau buruk, semuanya hanya bergantung pada pikiran.

Kebajikan apapun yang Anda lakukan atau kejahatan apapun yang Anda lakukan, sesungguhnya perbuatan diri sendiri ini akibatnya akan di tanggung oleh diri sendiri.

Sebelumnya kita telah membahas tentang penerima hukuman di neraka. Jika orang yang berbuat jahat jatuh ke neraka, berapapun banyaknya orang di sana, masing-masing menanggung perbuatannya sendiri. Saat menerima hukuman, mereka tidak akan peduli terhadap orang lain. Ini karena kekuatan karma dan kondisi di sana membuat mereka tidak saling menghalangi. Pada penggalan sebelumnya kita sudah membahas bahwa penerima hukuman tidak saling menghalangi. Kondisi neraka penuh baik oleh satu atau banyak orang. Berapa pun orang yang ada disana, orang-orang di sana akan merasa dirinya sendirilah yang paling menderita. Dengan orang di samping, sepertinya tidak ada hubungan sama sekali.

Benar, kekuatan karma itu tidak saling menghalangi. Entah apakah kalian memahami konsep ini. Kerisauan dan tekanan atau yang dialami masing-masing orang merupakan neraka batin yang tidak di pahami oleh orang lain. “Meski saya memberitahu kerisauan saya, kamu juga tidak akan mengerti. “ Begitulah maksudnya. Diri sendiri yang melakukan, diri sendiri yang menerima akibatnya. Antar sesama tidak dapat saling menghalangi. Meski orang-orang saling menyayangi dan mencintai, mereka tak dapat memikul penderitaan batin orang lain atau berbagi penderitaan dan tekanan yang mereka alami. Tidak bisa. Karena itu, disini dikatakan tidak saling menghalangi.

Saat seseorang mengalami neraka batin, orang yang terkasih pun tidak dapat mengantikan. Jadi, menjalankan kebajikan berarti berlatih mengikuti sifat hakiki. Ini bergantung bagaimana kita melatih diri. jika kita ingin mengembangkan kebajikan setelah mendengar Dharma, kita harus memahaminya. Setelah memahaminya kita harus menjalankannya. Kebajikan yang kita jalankan ini berangkat dari sifat hakiki yang murni di dalam lubuk hati. Inilah sifat hakiki kita. Setelah mendengar Dharma, ajaran yang baik, tentu harus kita resapi, yakini, dan praktekkan dengan teguh. Ini berarti membangkitkan sifat hakiki di dalam hati kita semua. Saat tahu bahwa ini adalah hal baik, kita harus mempraktikannya. Ini adalah kebajikan, kita harus mempraktikkannya.

Jadi, menjalankan kebajikan berarti mengikuti sifat hakiki. Kebajikan ini, berasal dari sifat hakiki kita yang bajik. Jika kita melakukan karma buruk, berarti melawan sifat hakiki kita. Jika kita berlatih mengikuti sifat hakiki yang bajik, ini disebut mengikuti sifat hakiki. Jika kita tidak meyakini karma baik dan buruk, berarti kita melawan hukum sebab akibat. Ini juga melawan sifat hakiki.

Sesungguhnya keduanya bagai dua sisi mata uang. Bagaikan sebidang cermin, jika kita menghadapkan cermin itu pada objek, di dalam cermin akan tampak pemandangan sesuai objek yang terlihat sangat jelas. Jika cermin ini di putar membelakangi objek, tentu menjadi gelap. Kita tak dapat melihat bayangan dalam objek pada cermin. Ini yanbg disebut melawan. Potensi dan sifat hakiki kita pada dasarnya murni dan cemerlang. Melawan di sini berarti berkebalikan. Itu adalah kegelapan batin. Akibat kegelapan batin, kita tidak dapat melihat kondisi yang ada sehingga banyak melakukan karma buruk. Inilah melawan sifat hakiki.

Intinya kebajikan dan keburukan hanya terletak pada “ mengikuti ” dan “ melawan ” saja. Ukuran utamanya terletak pada sifat hakiki. Yang mengikuti hakikat sejati kita yang murni berarti kebajikan. Yang melawan sifat hakiki kita berarti keburukan. Jadi kita harus tahu beda dari keduanya. “ Mengikuti ” berarti berbuat baik. “ Melawan ” berarti berbuat jahat.

Namum, semuanya di pelopori oleh pikiran. Pikiran ini, dalam tataran awam di sebut kesadaran pikiran; pada makhluk suci disebut hakikat sejati, yakni hakikat sejati yang murni. Jika kita melawan hakikat sejati yang murni, kita akan terbelenggu oleh kesadaran pikiran. Jadi, semua tetap bergantung pada pikiran. Pikiran berpulang pada hakikat sejati, yakni kebajikan. Jika pikiran ini meninggalkan hakikat sejati atau melawannya dan menjadi jahat. Jadi, baik dan buruk, semua akan tersimpan di dalam kesadaran kedelapan, kecuali kita dapat melampaui tataran awam dan memasuki kesucian. Dengan begitu kita benar-benar kembali pada hakikat sejati yang murni. Jadi kita semua harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Melampaui Tataran Awam dan Memasuki Kesucian (508) https://youtu.be/3gCpoKxMkUM

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva