Sanubari Teduh – Membina Kemurnian dan Mencegah Kesalahan (484)

Video Youtube : https://youtu.be/ociC5XpXjdQ

Saudara se-Dharma sekalian, Buddha mengajarkan kepada kita untuk mengendalikan tubuh dan pikiran. Dengan cara apa kita mengendalikan tubuh dan pikiran ? Sila.

Sila adalah sarana membina kemurnian pikiran; mencegah kesalahan; menghentikan keburukan dan mengembangkan kebaikan. Keluhuran harus masuk ke dalam hati sehingga terbangun keteladanan yang nyata.

Inilah keluhuran sila. Jadi, sebagai praktisi Buddhis, kita haarus sungguh-sungguh memegang sila. Memegang sila berawal dari pikiran. Kita harus membangun niat yang murni. Jika pikiran tidak murni. Kita akan mudah mengundang berbagai masalah dan kerisauhan dari luar. Jadi, kita harus menjaga sila. Untuk mengantisipasi masalah dan kerisauan agar tidak merasuk ke dalam batin kita. Dengan begitu, godaan apapun yang menggoda kita, kita tetap bisa menjaga diri. Kita bisa mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Bukan saja kejahatan yang harus di cegah agar tidak merasuki batin, kebaikan juga harus dikembangkan ditengah masyarakat.

Jadi, kita harus memiliki sila, barulah kita dapat mengantisipasi agar niat jahat tidak merasuk ke dalam batin dan mengembangkan niat baik. Inilah fungsi dari sila. Bagaimana dengan keluhuran ? Orang yang luhur akan memperoleh.  Saya sering mengataakan bahwa saat belajar, kita harus memperoleh kesan.  Kesan ini harus meresap ke dalam hati. Bila kita giat menerapkan ajaran Buddha di dalam kehidupan sehari-hari, maka saat menghadapi orang dan masalah setiap harinnya, pengetahuan kita akan tumbuh dan meningkat adalah kebijaksanaan. Jadilah, ini keluhuran.

Keluhuran didapat dari belajar. Dengan  sungguh-sungguh belajar, kita  dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan, dan tujuan yang tertinggi adalah kebijaksanaan. Dengaan pikiran yang bijaksaana, kita dapat membuang segala keburukan dan mencapai segala kebajikan. Jadi, dalam perbuatan ada Dharma.

Inilah yang sering saya katakan. “Di dalam Hati ada Buddha, di dalam perbuatan ada Dharma.” Dengan begitu kita bisa membangun  keteladanan di masyarakat lewat praktek nyata. Inilah yang semua harus kita pelajari di dalam ajaran Buddha. Jadi, sila adalah langkah awal kita. Dengan adanya sila barulah kita tak melakukan kesalahan. Dengan begitu, barulah kita dapat mengembangkan kebajikan. Jadi, kita semua harus bersungguh hati.

Sebelumnya kita sudah membahas tentang bergaul dengan teman yang baik dan menjauhi teman yang buruk. Bila tidak bergaul dengan teman yang baik, maka saat kita terpengaruh pengetahuan dari teman-teman yang buruk, kita sulit untuk berpaling. Jadi, ada dua jenis teman. Pertama adalah mitra bajik, kedua adalah teman buruk. Jadi, kebijaksanaan dan pengetahuan tidak sama. Pengetahuan adalah kecerdasan duniawi. Berbagai hal di dunia ini, meski jelas- jelas buruk, bisa digunakan dengan kecerdasan duniawi untuk membuai dan mempengaruhi orang sehingga orang merasa  itu  masuk  akal. 

Begitupula di dalam masyarakat, kita hendaknya memilih teman yang baik. Kita harus menggunakan kebijaksanaan. Saat melihat sesuatu yang tidak baik, kita harus segera menjauhinya.

Adakalanya  memiliki kesombongan dan kepura-puraan; arogan dan mementingkan diri sendiri; keras kepala dan mudah terpancing; tidak kenal perasaan dan menggangap diri sendiri benar dan orang lain salah; mengharap kemujuran. Atas  berbagai kesalahan ini, kini kami menyatakan pertobatan.

Pengalan ini sangat sederhana. Kita
tahu selain harus bergaul dengan teman yang baik. Selain enjauhi teman yang
buruk, kit juga harus mengingatkan diri sendiri. Ada ungkapan bebunyi: “ Musuh
terbutuik adalah diri sendiri.” Saat pikiran kita menyimpoang sedikit saja,
tindakan kita seterusnya akan salah. Sering dikatakan bahwa kita harus menaklukan
batin kita.   Orang bijaksana  bebas dari kesombongan. Justru karena tidak
bijaksana sedikit saja memiliki kemampuan orang sudah merasa hebat. Inilah kesombongan
dan kepura-puraan. Mereka hanya berpura-pura. Sesungguhnya diri mereka tidak
bisa apa-apa, tetapi berpura-pura mengerti banyak hal.        

Saudara sekalian, sebagai praktisi Buddhis, kita harus memiliki cinta kasih dan sungguh-sungguh menjaga sila. Sila adalah sarana membina kemurnian diri. Jika batin kita murni, barulah kita dapat mencegah kesalahan dan tak  akan tamak saat melihat harta atau menghalalkan segala cara  demi uang. Jadi, kita harus menjaga sila untuk mencegah kesalahan,  menghentikan keburukan, dan mengembangkan kebaikan. Keluhuran harus kita kembangkan dan  bina ke dalam hati. Kita harus membangun keteladanan nyata. Inilah, kewajiban kita sebagai praktisi pembina diri. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, kita semua harus waspada. Sedikit saja pemikiran menyimpang atau sedikit  saja kesalahan dalam tindakan dapat merusak moralitas dan keluhuran kita. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip  dari video Sanubari Teduh – Membina Kemurnian dan Mencegah Kesalahan (484) https://youtu.be/ociC5XpXjdQ

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF 
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva