Sanubari Teduh – Memiliki Buddha di Dalam Hati dan Dharma di Dalam Perbuatan (469)
Video Youtube : https://youtu.be/Da8SeHpWqUA
Saudara se-Dharma sekalian, mempelajari ajaran Buddha berarti harus menghormati Buddha, Dharma, dan Sangha. Hati kita harus tertujuh pada Buddha. Dharma harus ada di hati kita. Tanpa rasa hormat dalam tindakan, jalan kebenaran tidaklah eksis. Jadi kita harus memiliki Buddha di dalam hati dan Dharma di dalam perbuatan. Dengan begitu, barulah kita bisa mewujudkan tujuan kita dalam mempelajari ajaran Buddha. Jadi, kita harus menghormati dengan sungguh-sungguh.
Di zaman-Nya, Buddha menyadari kebenaran akan kehidupan. Beliau membabarkan Dharma. Jadi, Dharma pada masa itu adalah Dharma yang murni.
Para praktisi pada masa awal itu langsung berhadapan dengan Buddha dan dipimpin langsung oleh Buddha. Mereka menyebarkan Dharma ke mana-mana. Jadi, di zaman itu terdapat Dharma yang murni. Pertama, Dharma dibabarkan langsung dari mulut Buddha. Kedua, segala tindak tanduk Sangha dibimbing langsung oleh Buddha. Ada Buddha, ada Dharma di tengah masyarakat. Ajaran Buddha di hormati semua orang. Itulah yang berlaku di masa kemurnian Dharma. Namun, Buddha hadir di dunia ini hanya sampai umur 80 tahun. Namun, jiwa kebijaksanaan da tubuh Dharma-Nya bertahan selamanya. Selama lebih dari dua ribu lima ratus tahun ini, ajaran Buddha Sakyamuni masih bertahan.
Tzu Chi menjadikan Sutra Makna Tanpa Batas sebagai acuan dan landasan semangat. Sutra ini saya ambil di antara begitu banyak kitab untuk kita praktikkan dalam keseharian untuk tujuan masyarakat masa kini. Pada 42 tahun pertama Buddha mengajar, meski beliau membabarkan banyak ajaran, baik pada periode Vaipulya, Prajna, Avatamsaka, maupun yang lainnya, semuanya adalah ajaran yang baik. Namun, ajaran Buddha bagai lautan luas. Makhluk hidup terombang-ambing di dunia. Kapan mereka akan bertemu ajaran Buddha ? Kapan kita baru bisa benar-benar memasuki pintu ajaran Buddha dan menerima Dharma-Nya. Waktunya terlalu singkat. Kita ingat Buddha berkata kepada Ananda, “ Ananda, ambillah pasir dengan kukumu” Ananda melakukannya. Dia mengambil pasir dengan kukunya. Buddha lalu bertanya “ Ananda, apakah pasir di kukumu lebih banyak ataukah pasir yang kau lihat di tepi sungai Gangga ini lebih banyak ?” Tanpa berpikir banyak, Ananda menjawab “Yang Dijunjung, pasir di kuku ku tentu tidak seberapa. “ Lihatlah hamparan pasir di tepi sungai gangga saja sudah begitu luas. Tentu pasir di dunia ini lebih banyak.
Buddha berkata, “Benar Ananda” Berapa banyak ajaran yang telah engkau dengar dari-Ku ? ” “ Banyak “, jawab Ananda. Kepada siapapun Yang Dijunjung membabarkan Dharma, bahkan terhadap raja atau pejabat sekalipun, aku mendengarnya.” Buddha berkata “Tidak” “Dharma sangatlah luas bagai Samudra, bagai hamparan pasir Sungai Gangga. “ “Namun Dharma yang Kubabarkan hanya bagai pasir di ujung kuku mu itu “ Dari kisah ini kita tahu bahwa kebijaksanaan Buddha bagaikan Samudra. Kesadaran Buddha mencakup alam semesta. Dharma-nya begitu banyak dan luas.
Selama 42 tahun pertama, Buddha terus mempersiapkan semua makhluk. Beliau juga menyarikan Ajaran-Nya ke dalam Sutra Bunga Teratai. Sutra Bunga Teratai yang tersebar dan beredar di Tiongkok dan biasa kita lantunkan berjumlah 28 bab yang terbagi ke dalam 7 Jilid.
Trilogi Sutra Teratai :
- Sutra Makna Tanpa batas
- Sutra Bunga Teratai
- Sutra Perenungan Praktik Samantabhadra
Ditambah Sutra Makna Tanpa batas dan Sutra Perenungan Praktik Samantabhadra menjadi Trilogi Sutra Teratai. Saudara sekalian satu kalimat saja dalam Sutra makna Tanpa Batas mengandung makna yang sangat luas dan dalam. Bayangkan, ajaran Buddha sangat luas dan banyak. Jadi, kita memilih Sutra Makna Tanpa Batas. Saat melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas, bukankah kita dapat melihat gambaran kondisi manusia dan masalah masa kini ? Semua tercakup dalam Sutra Makna Tanpa Batas.
Kehidupan tidaklah kekal. Hati manusia diliputi kejahatan. Moralitas manusia mengalami kemunduran. Berbagai bencana terus terjadi. Banyak hal yang tertulis kini menjadi kenyataan. Berbagai fenomena yang terjadi di dunia juga dijabarkan satu persatu. Jika semuanya disimpulkan, dibalik segala sesuatu terkandung kebenaran. Dharma ini sungguh dalam.
Pada 7 tahun terakhir-Nya. Buddha membabarkan Sutra ini. Kita harus benar-benar bersungguh hati. Pembabaran Dharma selama 49 tahun disarikan ke dalam Sutra ini. Jika kita tidak sungguh-sungguh menghormatinya, bukankah ajaran Buddha akan tergerus ? Setelah Buddha wafat, bukankah itu yang terjadi di India ? Setelah Buddha wafat, berbagai ajaran luar kembali berkembang.
Sutra ini berasal dari kediaman Para Buddha, menujuh kepada pembangkitan Bodhicitta semua makhluk, berdiam di ladang praktik para Bodhisattva.
(Sutra Makna Tanpa Batas)
Lihatlah, inilah metode yang diberikan oleh Sutra agar agar kita dapat menyerap kebenaran setiap hari. Semua ini adalah kebijaksanaan Buddha. Jadi, kita harus menghormati Buddha. Zaman Buddha dan kita sudah terpaut jauh lebih dari 2.000 tahun. Di dunia saha ini termasuk dalam lingkup jangkauan Buddha Sakyamuni mengajar. Namun di alam semesta ini, baru di bumi ini kita menemukan kehidupan. Jadi Buddha Sakyamuni adalah guru utama di dunia ini dan Dharmanya masih bertahan. Jadi, tubuh Dharma akan bertahan selamanya.
Jadi terhadap Buddha, Dharma dan Sangha, kita harus menaruh rasa hormat. Kita menghormati Buddha seperti bertemu Buddha secara langsung. Buddha harus ada di hati kita dan di hati kita harus dilandasi Dharma. Dengan begini, barulah kita bisa menyebarkan ajaran Buddha ke seluruh dunia. Saudara sekalian, kita harus selalu menghormati kitab suci. Rupang Buddha dan kitab suci harus dihormati. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Memiliki Buddha di Dalam Hati dan Dharma di Dalam Perbuatan (469) https://youtu.be/Da8SeHpWqUA
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva