Sanubari Teduh – Menjaga Tubuh dan Batin di Jalan yang Benar (481)
Video Youtube : https://youtu.be/lUCjbMV91Ss
Saudara se-Dharma sekalian, kita harus selalu menjaga perbuatan lahir dan batin. Dalam segala yang kita lakukan, kita harus bersungguh hati. Niat kita harus selalu baik. Segala yang kita lakukan juga harus baik. Jika pikiran kita baik, tindakan kita juga akan baik. Jadi, kita harus menjaga pikiran kita agar tidak membuat pelanggaran ringan ataupun berat. Kita harus sungguh-sungguh menjaga pikiran. Karena jika pikiran benar, tindakan akan benar dan kita tidak akan melakukan pelanggaran ringan atau berat.
Dalam 37 Faktor pencerahan terdapat Usaha Benar.
Empat Usaha Benar:
- Mencegah kejahatan yang belum timbul
- Menghentikan kejahatan yang sudah timbul
- Menumbuhkan kebajikan yang belum timbul
- Mengembangkan kebajikan yang sudah timbul
Artinya, kita harus menjaga pikiran kita, sebelum kejahatan timbul kita harus waspada. Pikiran harus di jaga agar tetap lurus dan tidak keluar jalur. Jangan mudah untuk keluar jalur dan membuat kesalahan ringan ataupun berat. Jadi, kita harus menjaga pikiran kita. Jangan biarkan ia membangkitkan niat buruk. Jika niat buruk timbul, kita harus segera menghentikannya. Jangan biarkan niat buruk berlanjut. Sebelum niat itu terwujud, kita harus mengembangkan cinta kasih agar niat baik segera tumbuh.
Dengan adanya jalinan jodoh, kita dapat mengembangkan cinta kasih. Kita harus menjaga cinta kasih ini. Bukan hanya itu, kita harus membuatnya terus bertumbuh. Untuk berbuat baik dan menciptakan berkah, kesempatannya sangat sulit didapat. Dengan adanya jalinan jodoh ini, kita harus menjaga niat baik. Inilah yang harus selalu kita perhatikan sebagai praktisi Buddhis. Kita harus menjaga tubuh dan batin kita.
Saat niat baik bangkit, kita harus mengembangkan, jangan melakukan pelanggaran berat ataupun ringan. Kita harus menjaga niat kita. Niat buruk jangan sampai muncul. Saat niat buruk muncul, kita harus segera waspada. Niat buruk harus segera kita lenyapkan. Artinya, kita harus menjaga tubuh dan batin agar tidak melakukan pelanggaran berat maupun ringan. Inilah yang harus kita perhatikan dalam melatih diri.
Jadi, di dalam Syair pertobatan dikataan bahwa kita harus selalu membangkitkan rasa bertobat. Jika tidak membangkitkan rasa bertobat dan rasa malu, kita tidak jauh berbeda dari hewan.
Jadi kita harus mendidik masyarkat dan menyucikan hati manusia agar orang-orang tahu bahwa selama kita masih bernafas, pikiran kita tidak boleh menyimpang. Saat mampu melakukan sesuatu dan masih bisa bergerak dengan leluasa, tindakan kita jangan sampai salah sedikitpun. Jika pernah berbuat salah di masa lalu akibat keyakinan yang sesat, seperti memberi kurban pada dewa atau setan, percaya pada bisikan sebagai suara dewa, atau berbagai takhayul lainnya, kini kita bertobat atas semuanya.
Kita harus memiliki keyakinan benar, jangan berkeyakinan sesat atau berpandangan salah. Keyakinan sesat atau pandangan salah jangan sampai ada, kita harus segera mengubahnya
Berikutnya dikatakan ; Selain itu, sejak masa tanpa awal hingga kini, adakalanya kami bertindak sombong, sewenang-wenag, angkuh, mengedepankan kasta, dan meremehkan semua makhluk .
Penggalan memberitahukan kita semua memiliki watak. Sebelumnya kita kita membahas pandangan sesat. Kini kita akan membahas sikap batin kita. Sebagai makhluk awam, saat memiliki sedikit ketrampilan, manusia kerap bersikap sombong. Jika berlatar keluarga yang baik, manusia juga bisa bersikap sombong. Sikap angkuh dan sombong ini membuat manusia menindas orang lain. Kita tidak boleh memiliki sikap seperti ini. Kita sering berkata bahwa semua makhluk setara, tidak semestinya dibedakan oleh status sosial. Buddha juga menetapkan bahwa semua makhluk harus dipandang setara. Kita juga harus menghormati makhluk lain.
Semua makhluk harus diperlakukan setara. Dalam hubungan antar manusia, mengapa kita harus bersikap sombong ? Kita memiliki keahlian berkat orang lain yang membimbing kita. Jadi, meski memiliki keahlian, kita harus lebih rendah hati dan memiliki rasa syukur yang lebih besar karena semua pencapaian terwujud berkat lingkungan, orang tua, masyarakat, para guru, dan lain lain yang membuat kita memiliki bakat itu. Kita mungkin menggunakan sumber daya lebih banyak dari orang lain. Karena itu, kita harus rendah hati terhadap orang lain dan memiliki rasa syukur lebih besar. Namun makhluk awam cenderung sombong dan sewenang-wenang. Sombong berarti angkuh. Sewenang-wenang berarti mengembangkan ego. Ini tidak benar.
Jadi, manusia cenderung sombong atau mengedepankan kasta. Mereka berpikir, “ Leluhur saya merupakan keturunan bangsawan. “ Jika benar, memangnya mengapa ? “Apakah kini sekarang Anda sendiri adalah bangsawan ? Siapa yang disebut bangsawan ? waktu terus berlalu. Kalaupun benar dia adalah bangsawan, apakah dia telah menjadi penyelamat bagi kehidupan orang lain ? Sudahkah dia berbuat baik ? Anda memiliki nama baik ? Memiliki kekuasaan, dan memiliki harta, “ “ Anda sepatutnya memanfaatkan semua ini untuk menciptakan berkah bagi masyarakat.” Inilah orang mulia di tengah masyarakat.
Jadi, sebagai praktisi Buddhis kita harus ingat bahwa setiap kita hendaknya menjadi penyelamat bagi kehidupan orang lain. Namun, kita tidak boleh sombong. Kita harus senantiasa bersyukur dan bersumbangsih tanpa pamrih. Kita harus lebih banyak bersyukur, buhkan mengumbar status leluhur atau kedudukan diri sendiri saat ini. Bagi Buddha, status dan kekayaan bagaikan awan atau sesuatu yang tidak berharga, bagai sepatu yang dibuang jika rusak. Jadi, semua itu tidak berharga tiada yang patut dimuliakan. Yang menentukan kemuliaan adalah hati kita dan tindak tanduk dalam keseharian. Inilah kemuliaan yang sesungguhnya. Jadi, sebagai praktisi Buddhis, kita harus menjaga tubuh dan batin kita. Kita harus meluruskan prilaku dan senantiasa menjaga pikiran kita. Jangan melakukan pelanggaran berat ataupun ringan. Kita selalu mengingatkan diri sendiri.
Kejahatan yang belum timbul, jangan sampai timbul. Yang sudah timbul harus segera kita hentikan. Kebajikan yang belum timbul, harus kita bangkikan. Kita harus mencari kesempatan untuk menciptakan berkah di masyarakat. Saat jalinan jodoh tiba bagi kita untuk berbuat baik, kita harus melanjutkannya. Inilah metode terbaik bagi kita dalam melatih diri. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu mengingatkan diri sendiri. Jadi, harap selalu bersungguh hati senantiasa.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Menjaga Tubuh dan Batin di Jalan yang Benar (481) https://youtu.be/lUCjbMV91Ss
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva