Sanubari Teduh – Menjaga Ucapan dan Menapaki Jalan Benar (442)

Video Youtube : https://youtu.be/U4-7tyO0nfk

Saudara se-Dharma sekalian, kita harus bersyukur. Kita harus memiliki rasa syukur. Kita dapat menghormati pada Buddha disini dan dapat bermeditasi untuk menyelaraskan batin kita, ini sungguh merupakan suatu waktu yang berharga. Rasa syukur terus timbul dari lubuk hati saya. Saya bersyukur kepada para Buddha, Bodhisattva, para Dewa dan para pelindung Dharma. Saya juga bersyukur atas cinta kasih yang tulus dari banyak orang. Saya sungguh dipenuhi rasa syukur.

Segalanya bermula dari niat baik. Jadi, semoga benih niat baik dapat terus kita sebarkan ke luar. Semoga hati kita penuh kebajikan, penuh cinta kasih dan bebas dari ego.

Dalam kehidupan ini, ketulusan adalah yang utama. Jangan ada kata-kata kosong dan berlebihan. Kata-kata kosong dan berlebihan merusak kualitas diri sendiri. Manusia harus menjaga kualitas karakter dan moralitasnya serta berjalan di Jalan Agung yang lapang. Buddha telah membuka jalan yang beruas delapan bagi kita. Jika kita bisa berjalan di jalan ini, maka seiring perjalanan ini, dari tataran makhluk awam, kita akan sampai ke tataran makhluk suci. Jalan ini tentu sangat panjang, tetapi kita tidak boleh keluar jalur.

Jika dalam berbicara kita suka berlebihan, bertutur kasar, mencela sesuatu yang baik, atau berbohong sehingga merusak kebajikan, maka karma buruknya sangat berat. Bukankah kita sudah sering membahas tentang dusta, kata-kata kosong, dan gosip yang merupakan karma buruk?. Karma buruk ini sangat merugikan dan membuat manusia kehilangan kebebasan. Karma ini juga bisa mencelakai orang.

Ketulusan dan kejujuran adalah dasar dari kualitas manusia. Kata-kata kosong atau berlebihan bukan hanya merusak karakter diri sendiri, melainkan juga dapat merusak orang lain.

Manusia dapat menyebarkan Dharma, bukan sebaliknya. Kini saya menggunakan lidah saya untuk berbicara kepada kalian. Kalian juga dapat menggunakan lidah kalian untuk berbagi dengan orang lain. Saat berbagi, dengarlah dengan jelas agar Dharma yang masuk ke telinga dapat kita pahami. Sesungguhya Dharma yang saya sampaikan hanyalaah sebagian. Sama seperti Buddha yang meminta Ananda untuk mengambil pasir dengan kukunya. Ananda menuruti perkataan Buddha dan mengambil pasir dengan kukunya. Buddha lalu bertanya , “ Mana lebih banyak, pasir di kukumu ataukah pasir di bumi ini ?”. Ananda menatap Buddha dan menjawab dengan hormat “ Yang Dijunjung, tentu pasir di bumi lebih banyak” “Bagaimana bisa pasir di kuku-dibandingkan dengan pasir di bumi?” Buddha lalu berkata “Benar, begitupula dengan kebenaran.” “Meski, engkau telah terus mengikuti-Ku dan telah mendengar semua ajaranKu, tetapi ajaran itu hanyalah bagai pasir di kukumu” “ Sesungguhnya, Dharma bagai pasir di bumi ini.” “ Masih banyak yang belum kusampaikan.” “Kebenaran yang telah kubabarkan dan yang telah kalian ketaui belum banyak. “

Namun, dimanakah Dharma ini ? Dharma ini bagai pasir di bumi. Dimanakah kebenaran ini ? di dalam batin setiap orang. Saat memahami satu kebenaran, kita akan memahami berbagai kebenaran. Asalkan batin kita jernih, asalkan batin kita tanpa noda, kita akan dapat kembali pada hakikat kebijaksanaan sejati yang sama dengan Buddha. Jadi, belum banyak Dharma yang di babarkan. Namun, semua sudah ada di dalam batin kita, di dalam hakikat sejati kita yang sama dengan Buddha.

Jadi kita harus mendengar dengan sepenuh hati. Kita mendengar kata-kata baik dan membangun pikiran baik. Kita dapat sering berbagi dengan orang lain. Ini juga berawal dari lidah. Lidah ini memiliki dua sisi. Jika berucap benar itulah Dharma. Jika berucap buruk itulah masalah. Makhluk awam banyak yang berucap buruk. Saat mendengar satu ucapan buruk, mereka terus menyebarkannya. mereka tidak peduli benar tidaknya. Mereka terus menyebarkan kata-kata yang tak dapat dipertanggungjawabkan. Inilah karma bergunjing.

Mereka tidak membedakan baik dan buruk hanya terus menyebarkan. Karma yang tercipta sangat besar. Jadi, berbicara sangat mudah, tetapi karma yang bisa tercipta juga besar dan sulit dikendalikan. Jadi, kapanpun itu, kita harus mengingatkan diri sendiri. Terlahir di dunia, tentu kita memiliki kemampuan. Kembangkanlah kemampuan ini termasuk lidah, untuk hal yang positif. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Menjaga Ucapan dan Menapaki Jalan Benar (442) https://youtu.be/U4-7tyO0nfk

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva