Sanubari Teduh – Menjunjung Dharma dengan Hati yang Murni (470)
Video Youtube : https://youtu.be/08av3wnsYLc
Saudara se-Dharma sekalian, kita sering membahas ketidakselarasan empat unsur. Segala yang kita lihat di alam ini, segala yang kita gunakan. Semuanya berasal dari sebutir benih. Begitupula segala hal yang kita hadapi, pasti diawali oleh sebab. Hubungan antar manusia, masalah dan hal, juga diawali oleh sebab atau benih. Jadi, kita harus memandang segalanya berlandaskan hukum sebab akibat. Janganlah kita mengabaikan hal ini.
Kita membutuhkan air, tetapi dalam kadar yang wajar. Kita membutuhkan cahaya matahari, juga dalam kadar yang sesuai. Kita membutuhkan angin, juga dalam batas yang wajar. Intinya, semuanya harus sesuai daselaras. Ini akan membawa kehidupan yangsempurna. Begitupula dengan orang dan masalah.
Kita adalah praktisi Buddhis. Batin kitaterlebih perlu untuk selaras. Segala unsur di dalam batin, selain hakikat sejati di dalam diri, membutuhkan dukungan ekternal, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Tanpa ajaran Buddha, mana mungkin kita dududk disini ? Ini tak akan terjadi tanpa adanya Buddha lebih dari dua ribu tahun lalu, yang iba terhadap penderitan semua makhluk. Demi semua makhluk, Beliau berusaha mencari kebenaran.
Mengapa ada orang yang kaya, mengapa ada orang yang miskin, mengapa ada kelahiran, usia tua, dan penyakit ? Mengapa harus ada kematian dan perpisahan ? Berbagai penderitaan ini, apakah sebabnya ? Buddha lahir di India di sana empat kasta terbagi dengan jelas. Disana Beliau melihat dengan jelas orang yang benar-benar miskin dan orang-orang yang benar kaya. Orang yang berkasta tinggi dapat hidup mewah. Orang berkasta rendah tidak dihormati. Ini sama dengan ketidakselarasan. Kesenjangan yang ada besar sekali. Oleh karena itu, Pangeran Siddhartha membangkitkan welas asih untuk menguak mistri kehidupan, bukan hanya kehidupan manusia, tetapi pergantian empat musim serta ketidakselarasan unsur tanah, air, api dan angin. Tentu raja banyak mengundang guru agama dan para ahli astronomi.Meskipangeran banyak belajar pengetahuan, tetapi beliau tidak bisa memahami berbagai kontradiksi dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu.Beliau terinspirasi untu melatih diri. Pelatihan diri-Nya juga sangat sulit. Ada yang mengatakan Buddha melatih diri selama 6 tahun, ada yang mengatakan 11 tahun. Sebelas tahun terbagi atas lima tahun mencari guru, dan enam tahun menyiksa diri. Beliau mencoba memahami ajaran yang ada. Meski banyak guru agama yang datang ke istana untuk mengajarinya, tetapi beliau merasa harus mencari sendiri dan mendalami praktek para guru itu. India sangat luas. Beliau mengembara dengan kedua kakinya. Dan mempelajari berbagai metode praktik dari 96 aliran Brahmana. Beliau ingin memahami berbagai cara.
Ketulusan di dalam hati terpancar dalam rasa hormat di dalam sikap. Hormatilah rupang Buddha dan junjunglah Dharma dengan hati yang murni.
Kita seharusnya memahami hal ini. Dengan hati yang murni, kita menghormati ajaran Buddha. Saat memegang kitab Sutra, kita harus memegangnya dengan tinggi. Kita harus meletakkannya diatas meja dengan rapi. Inilah wujud rasa hormat. Jangan meletakkannya dengan sembarangan dan tidak rapi. Ini sama dengan tidak menghormati. Terhadap Sutra kita harus hormat dan berhati-hati. Inilah wujud dari ketulusan. Demikianlah kita harus bersikap tulus. Kita semua harus selalu bersungguh hati dan menampilkan ketulusan serta rasa hormat terhadap rupang Buddha . kita harus menjunjung Dharma dengan batin yang murni. Jadi, bersungguh-sungguhlah senantiasa selalu.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Menjunjung Dharma dengan Hati yang Murni (470) https://youtu.be/08av3wnsYLc
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva