Sanubari Teduh – Menyelami Dharma Hingga Pikiran Jernih (461)

Video Youtube : https://youtu.be/6PLgmfjdIUI

Saudara se-Dharma sekalian, alam ini sangat menakjubkan.
Segala sesuatu di alam semesta memiliki manfaat. Bertemunya sebab dan kondisi mewujudkan sesuatu. Saat unsur-unsur terurai, semua kembali pada kekosongan. Untuk apa melekat pada hal-hal duniawi ?

Ini mengingatkan kepada kita semua untuk menghormati langit dan menyayangi bumi. Segala sesuatu terwujud berkat jalinan jodoh. Segala sesuatu di alam memiliki manfaat. Bukan hanya tanah atau segelas air, jika keduanya bergabung, begitu ada sebutir benih, entah itu benih pohon atau rumput, maka benih itu akan tumbuh. Jadi, segala sesuatu memiliki manfaat. Bukankah tanaman pangan juga membutuhkan perpaduan berbagai unsur untuk tumbuh ? Alam ini menyokong manusia dengan berbagai sumber daya. Semua ini tak lepas dari alam.

Bagaimana dengan manusia ? Dengan adanya jalinan jodoh, manusia menjalin hubungan berkembang biak. Dalam kehidupan ini , manusia terus melahirkan keturunan. Jika tidak, bagaimana populasi manusia semakin besar ? Jalinan jodoh makhluk awam ini membuat noda dan kegelapan batin terus berkembang dan bertumbuh. Kebencian dan rasa dendam juga terjalin. Berbagai sebab dan kondisi yang bertemu membuat semua ini terus timbul. Segala hal dalam hubungan antar manusia ataupun bencana akibat ulah manusia terjadi karena bertemunya berbagai sebab dan kondisi.

Jika semua kondisi itu tidak berpadu, semuanya kembali pada nol. Untuk apa kita melekat ? Alam dan manusia sama saja. Iklim dan cuaca pada alam dan pikiran keliru manusia prinsipnya sama. Asalkan unsur-unsur pengondisi diurai, semuanya akan kembali nol atau tidak ada. Jadi, kita harus selalu mengingatkan diri. Jangan selalu melekat.

Ditengah kekosongan terkandung kebenaran yang menakjubkan. Janganlah melekat akan keberadaan, juga jangan keliru melekat pada kekosongan. Di balik kekosongan ada eksistensi ajaib; di balik eksistensi ada kekosongan sejati.

Ditengah kekosongan, ada eksistensi ajaib. Dimanakah kekosongan ? Prinsip ini sangatlah menakjubkan. Berhubung kebenaran bersifat tanpa wujud dan tanpa bentuk, maka jika ingin memahaminya, kita harus memahami kekosongan. Di balik kekosongan ini terkandung banyak eksistensi ajaib. Bayangkan tanpa adanya ruang kosong, bagaimana segala sesuatu di alam bisa tumbuh ? Jadi, di balik kekosongan terkandung eksistensi ajaib.

Di dalam syair Pertobatan Air Samadhi kembali dikatakan :
Mengamati secara mendalam dua kebenaran, kekosongan dan kesetaraan dengan kebijaksanaan terampil.

Kita terlebih dahulu membahas dua kebenaran. Dua kebenaran meliputi kebenaran sejati dan kebenaran relatif. Kebenaran sejati adalah kekosongan. Kebenaran relatif ialah eksistensi. Kedua kebenaran ini saling melengkapi. Jika kita mengarah pada salah satunya, kita akan menyimpang. Jadi, kita harus mengamati secara mendalam. Jika kita hanya mengarah pada kekosongan atau mengarah pada kebenaran relatif, ini berarti kita telah menyimpang. Menyimpang berarti salah. Jadi, jika kita menyimpang, kebenaran tak akan tampak. Kita mengamati bahwa kebenaran sejati adalah kekosongan, sedangkan keduniawian bersifat semu. Kita harus memiliki pikiran ini.

Jika ditanya, “Apa yang benar ?” kebenaran. Jika kita terus mengatakan kosong atau nol, itu berari tidak ada. Sesungguhnya di dalam kekosongan terkandung berbagai eksistensi.
Tadi kita sudah membahas, tanpa adanya ruang kosong, segala sesuatu tidak dapat tumbuh. Dengan adanya ruang, segala sesuatu bisa tertampung.
Jadi, kita harus sungguh-sungguh memahami ini, ini disebut pemahaman Jalan Tengah, yaitu di tenggah-tenggah kekosongan dan eksistensi. Di balik kekosongan, ada ruang bagi segala kondisi untuk bertemu dan melahirkan eksistensi ajaib. Di balik eksistensi ini juga terdapat kekosongan.

Eksistensi ajaib pada hakikatnya ialah kosong. Jika benda-benda ini diuraikan, semuanya tidak akan ada lagi. Jadi, kita harus memahaminya, kita harus memahami bahwa keduniawian bersifat semu. Segala yang kita lihat, seperti hubungan antara pria dan perempuan atau persilangan antar spesies tentu melahirkan sesuatu. Sesungguhnya segala hal yang dibuat manusia juga akan berpulang pada kekosongan. Semuanya semu dan kosong. Kita bisa mengamati bahwa kebenaran relatif ini bersifat semu. Saat unsur-unsur bersatu, sesuatu itu eksis. Saat unsur-unsur terurai semua tidak ada lagi. Namun, kita harus lebih mendalaminya untuk mencapai kebijaksanaan setara. Kebenaran sejati adalah kekosongan. Kebenaran relatif bersifat semu. Saat unsur-unsur berpadu, barulah ada sesuatu. Jadi, kebenaran relatif bersifat semu. Kebenaran sejati adalah kekosongan. Namun, jika melekat pada satu sisi saja. Kita tak dapat menumbuhkan kebijaksanaan. Kita tidak boleh melekat pada kedua sisi ini. Sesungguhnya, kebenaran demikian sederhana. Diantara ketiadaan dan keberadaan ini ada prinsip kebenaran yang amat menakjubkan. Jadi, kita harus menggunakan kebijaksanaan, tidak boleh melekat pada kekosongan. Juga, tidak boleh melekat pada keberadaan. Jika keduanya dapat di pahami, inilah yang disebut kebijaksanaan setara. Inilah kebijaksanaan terampil. Di balik segala sesuatu di alam semesta, kita harus menggali kebenaran.

Saudara sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus bersungguh hati setiap detik. Setiap hal dan orang yang kita temui mengandung kebenaran yang jernih asalkan kita dapat bersungguh hati. Intinya kita tetap bersungguh hati. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Menyelami Dharma Hingga Pikiran Jernih (461) https://youtu.be/6PLgmfjdIUI
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva