Sanubari Teduh – Neraka Batin Berawal dari Pikiran Sendiri (509)
Video Youtube : https://youtu.be/Pf9bTuRpCys
Saudara se-Dharma sekalian, dunia bagai malam gelap yang panjang, siapa yang bisa memberi petunjuk ? dimanakah tempat perlindungan yang aman? Di Dunia ini, banyak orang yang terjerumus dalam neraka batin. Jika terjerumus ke neraka batin, manusia bagaikan merasakan kondisi dingin bagaikan es dan panas bagai api; memasuki gunung pisau, menelan bola besi, dan menahan siksaan rasa sakit tanpa ada yang bisa menolong. Penderitaan ini berakhir hanya saat karmanya habis. Kita terus membahas kondisi neraka. Kita dapat membayangkan kondisi neraka dan membandingkannya dengan alam manusia. Orang-orang berkata bahwa neraka tidak terlihat, tetapi kita bisa melihat kondisi alam manusia ini. Bukankah alam manusia penuh dengan penderitaan ?
Menurut Sutra Buddha, alam manusia juga merupakan bagian dari enam alam kehidupan. Enam alam kehidupan penuh penderitaan yang tak terkira. Hanya saja, di alam manusia suka duka sulit berganti. Di sini ada penderitaan, juga ada
kebahagiaan. Masih ada waktu bagi kita untuk memilih baik dan buruk. Masih ada para orang suci dan bijak yang membimbing kita. Jika kita memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dengan orang suci atau orang bijak, contohnya bertemu konfusius atau Buddha, di jaman itu orang suci dan orang bijak ada di mana-mana.
Konfusius memimpin sekelompok murid. Adapula Mengzi di zaman kemudian. Adapula Zhuangzi, Mozi dan Laozi. Semuanya adalah filsuf berpengaruh di dunia yang menyebarkan pandangan moralitas. Pada zaman-zaman itu, masyarakat juga tidak damai. Karena itu banyak orang bijak dan orang suci yang muncul di dunia. Begitupula Buddha Sakyamuni di India. Beliau juga terlahir pada sekitar zaman-zaman itu. Lihatlah di masa-masa paling sulit akan muncul orang suci atau orang bijak.
Dengan kebijaksanaan, kesadaran dan pemahaman mereka mereka dapat mewariskan Dharma di dunia ini. Buddha Sakyamuni lebih berbeda dari orang-orang bijak tadi. Orang-orang bijak mengajarkan prinsip kebenaran duniawi. Namun Buddha Sakyamuni, selain mengajarkan prinsip kebenaran duniawi, juga dengan sangat terperinci menjelaskan cara terbebas dari keduniawian sehingga selamanya kita tidak terbelenggu oleh hukum sebab akibat.
Kita terbelenggu di enam alam kelahiran kembali mengikuti hukum sebab akibat. Kita hidup di Tiga Alam tanpa bisa membebaskan diri. mengapa kita tidak bisa membebaskan diri ? ini karena batin kita penuh kegelapan. Kadang, seberkas cahaya datang menyinari sehingga kita tahu jalan yang benar, tetapi tak lama kegelapan kembali menyelimuti.
Sering dikatakan bahwa usia manusia amat singkat. Lihatlah konfusius, beliaupun hanya hidup hingga usia 70 an tahun. Buddha juga hanya berada di dunia selama 80 tahun. Ini hanya sama dengan sehari di alam Empat Maharaja, belum sampai 2 hari. Jika dibandingkan dengan Surga Trayastrimsa, bahkan belum sampai satu hari. Intinya, waktu di alam manusia, jika dibandingkan dengan alam surga, sangatlah singkat. Usia dialam manusia begitu singkat.
Meski ada orang suci atau orang bijak yang lahir, usia mereka juga sangat singkat, ibarat siang hari dan malam hari. Siang hari hanya berlangsung beberapa jam. Malam hari serasa lebih panjang. Ini juga menggambarkan kondisi batin manusia. Berhubung malam gelap lebih panjang di dunia ini, begitu pula di dunia batin kita. Gelapnya batin disebabkan oleh ketidaktahuan. Bayangkan, saat masih kecil kita tidak banyak tahu hal.
Saat mulai bisa membedakan berbagai hal, kita tahu dunia ini penuh jebakan namun, berbagai kondisi kembali menjerat kita dan membuat kegelapan batin bangkit. Saat masih kecil kita diliputi oleh ketidaktahuan. Setelah dewasa, nafsu keinginan duniawi kembali mencemari kita. Jadi bayangkan, batin kita selamanya diliputi kegelapan. Ia mirip seperti kondisi dunia luar. Malam hari terasa lebih lama. Siapa yang membimbing kita ? Kapan dan dimanakah kita dapat memperoleh perlindungan ? Tempat perlindungan batin sungguh tak mudah di temukan. Meski di zaman sekarang teknologi sudah sangat maju, tetapi tidak dapat mengubah kegelapan malam yang panjang ini.
Sebaliknya, efek rumah kaca bahkan mengundang berbagai bencana alam, dan bencana akibat ulah manusia. Jadi, kondisi alam ini tidak dapat di rubah oleh manusia. Jadi, kondisi batin manusia ini, siapakah yang dapat mengubahnya? Hanya diri sendiri. Kini kita tengah membahas tentang neraka. Seberapa jauhkah neraka di alam manusia ? Sesungguhnya, di dalam batin, keduanya amat dekat. Noda batin di ciptakan diri sendiri. Kegelapan batin juga di ciptakan diri sendiri. Semuanya di ciptakan diri sendiri. Diri sendiripulah yang menciptakan kedinginan. Apakah orang lain bersikap dingin ataukah diri sendiri yang bersikap dingin terhadap orang lain. Semua bergantung pada pikiran kita sendiri Jika kita risau, siapakah yang membuat kita risau ? Siapakah yang membuat batin kita tidak nyaman ? juga diri sendiri. Jika pintu hati tidak di buka, cahaya dan angin segar tidak dapat masuk. Jadi neraka batin dingin dan panas bagai es dan bagai api. Batin sendirilah yang menciptakan dinginnya es ini. Batin sendirilah yang menciptakan panas api ini.
Jadi di alam manusia ini, saat kita memasuki gunung pisau, menelan bola besi, ataupun mengalami sakit akibat siksaan panas, siapakah yang dapat menolong kita ? Neraka batin memiliki banyak hukuman yang di ciptakan diri sendiri. Bukan orang lain yang memberikannya kepada kita, melainkan diri sendiri. Neraka batin yang dialami ini takkan berakhir kecuali karma pengkondisinya habis. Itu adalah saat diri kita benar-benar membuka belenggu batin kita. Jadi, kita semua harus selalu bersungguh hati.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Neraka Batin Berawal dari Pikiran Sendiri (509) https://youtu.be/Pf9bTuRpCys
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva