Sanubari Teduh – Pikiran Murni Bebas Kekacauan (453)

Video Youtube : https://youtu.be/Mx9FvNZQTQQ

Saudara se-Dharma sekalian, semua makhluk berkutat pada wawasan dan kesadaran pribadinya. Setiap hari, saat bangun dan membuka mata, kita sudah mulai bersiap menjalankan aktivitas satu hari. Kita mulai masuk kamar mandi, membuka kran air, lalu mulai mendengar suara air. Mata dan telinga berfungsi beriringan. Lalu, beriringan dengan apalagi ? Kesadaran , yaitu kesdaran pikiran kita. Saat kita terbangun, apa yang pertama kali kita lakukan, langsung terpikirkan dan kita melakukannya sesuai yang kita pikirkan.

Jadi, saat indra bersentuhan dengan objek, terjadilah kondisi yang memicu belenggu selanjutnya. Jadi, kita harus selalu mengingatkan diri sendiri. Saat indra bersentuhan dengan objek, bagaimana pikiran kita harus bereaksi ? Bagaimana yang tidak seharusnya ? Apa yang dapat kita lakukan ? Apa yang tidak boleh kita lakukan ? Inilah mawas diri. Jika tidak, segala yang kita lihat dan dengar dapat membangkitkan kerisauan. Saat indra, objek dan kesadaran bereaksi, noda batin mulai membeda-bedakan. Jika kita memiliki pandangan yang sederhana, kita akan jauh dari pikiran yang kacau.

Saat indra dan kesadaran semua makhluk bereaksi, noda batin mulai membeda-bedakan. Jika dapat menjaga kemurnian pandangan, kita akan dapat bebas dari pikiran kacau.

Kerisauan dan pikiran kacau adalah milik makhluk awam. Bencana akibat ulah manusia terus terjadi, bukankah disebabkan oleh makhluk awam ? Mengapa kita terus membeda-bedakan ? Mengapa kita membuat kekacauan ? Sesungguhnya berawal dari penglihatan, pendengaran dan kesadaran kita. Lebih luas lagi, semua disebabkan oleh fungsi indra, objek dan pikiran. Akibatnya noda batin bangkit dan memicu pikiran kacau. Jadi, kita hendaknya menjaga kelapangan hati dan kemurnian pikiran. Sesederhana itu. Mengapa kita bisa sedikit lebih sederhana ? Mengapa kita tidak sedikit berlapang dada ? Mengapa dalam hubungan antar manusia, kita tak bisa saling pengertian ? Mengapa kita tak dapat berpuas diri dan bersyukur saat melihat materi ?

Jika kita memiliki rasa syukur, berpuas diri, dan sikap pengertian, kita akan dapat merangkul segala sesuatu. Ini kedengarannya mudah, tetapi sesungguhnya sangat sulit. Lihatlah syair pertobatan Air Samadhi, sudah berapa lama kita membahasnya ? Setiap hari kita membahasnya. Semua seakan tak lepas dari keseharian kita. Semua yang di dengar setiap hari, kedengarannya sangat mudah, tetapi saat kondisinya benar-benar terjadi, kita tetap merasa tidak dapat mengendalikan pikiran kita. Kita tak bisa segera menyederhanakan pikiran kita agar bisa bersikap pengertian. Jadi, memang kemampuan kita memang tumpul. Kemampun semua makhluk awam amat tumpul sehingga mudah untuk terpengaruh. Saat merasa ada sesuatu yang luar biasa, tabiat kita langsung terpancing.

Saat indra kita bersentuhan dengan objek luar, kita segera bertindak dengan gegabah. Ini karena semua makhluk berkemampuan tumpul. Jika tidak, semua orang sudah menjadi Buddha. Saat Buddha bersusah payah lebih dari 2.500 tahun lalu. Beliau membabarkan ajaran yang baik bagaikan air mata murni yang dapat membersihkan kekotoran batin. Kita sudah melihat aliran air jernih ini dan sudah mengetahui di dalam pikiran kita bahwa kotoran harus dibersihkan dengan air, tetapi kita tidak segera bertindak.

Sebuah ungkapan berbunyi “ Sehari bisa menjadi satu kalpa; satu kalpa berawal dari sehari ” Artinya, Jika kita tak menggengam waktu saat ini, segala yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Entah kapan noda batin baru bisa terkikis seluruhnya. Jika kita tidak menghentikannya, suatu karma yang tercipta dari suatu tindakan mungkin akan berlanjut hingga ribuan kalpa. Jadi, godaan juga sangat hebat.

Semuanya sudah kita bahas. Kini, kita lanjutkan pembahasan berikutnya. Kita harus terus menerus bertobat. Sebelumnya kita membahas bahwa kita harus bertobat atas karma yang tercipta. Setelah bertobat, pahala baru akan tumbuh. Pahala (gong de) apa ? Melatih ke dalam diri adalah “gong”; bertata krama keluar adalah “de”. Jika kita tidak mengikis noda batin, sulit untuk meningkatkan kualitas batin kita. Untuk menampilkan keluhuran keluar dan menghadapi orang dengan baik, lebih tidak mudah. Jadi, kita harus mengikis noda batin secara menyeluruh. Jangan lagi terjerumus dalam noda batin dan pikiran kacau. Artinya, setelah bertobat, kita tidak lagi tercemar oleh noda batin. Inilah pahala. Ke dalam, bersikap rendah hati. Ke luar, bersikap penuh tata krama.

Saudara sekalian, noda batin berasal dari pikiran ilusif. Kita ada di enam alam kelahiran kembali, juga karena pandangan yang tidak murni. Karena itu, kita menciptakan lebih banyak noda batin di enam alam ini. Jadi, kita sangat menderita. Terlahir di dunia ini, karma semua makhluk saling bercampur. Kekuatan karma saling bertautan sehingga belenggu semakin banyak. Jadi, karma kolektif semua makhluk ini, membuat hati manusia semakin tak seimbang. Intinya, akibat ketamakan, manusia mengacaukan pikiran sendiri. Pandanganya tidak murni atau sederhana. Mereka menciptakan berbagai pikiran kacau yang memicu terciptanya banyak karma. Jadi kekuatan karma saling terkait dan menjadi seperti bola salju yang semakin menggulung dan membesar. Akibatnya, masyarakat menjadi sangat kacau. Jadi kita harus mulai menata hati. Sungguh-sungguhlah menjaga pikiran kita. Mawas diri dan tekun bukanlah slogan. Kita harus murni dan sederhana. Kita harus menyederhanakan pikiran kita dan jangan berpikir terlalu banyak. Berpikir terlalu banyak akan memicu pikiran kacau dan noda batin. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Pikiran Murni Bebas Kekacauan (453) https://youtu.be/Mx9FvNZQTQQ

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva