Sanubari Teduh – Sebelas Kecenderungan Umum – Bagian 2/9 (234)
Video Youtube : https://youtu.be/tj6qdyoNjJs
Saudara se-Dharma sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, syarat pertama adalah keyakinan. Kita harus memiliki keyakinan benar. Keyakinan tidak boleh menyimpang sedikitpun. Jika dapat memahami seluruh Dharma tanpa menyimpang, itulah yang disebut Keyakinan Benar. Jika tidak paham, menyimpang sedikit saja akan jauh tersesat. Jadi, keyakinan sangatlah penting. Dasar dari kehidupan manusia dan akar dari pelatihan diri adalah keyakinan. Keyakinan harus benar. Inilah keyakinan benar. Setiap hari dan setiap saat kita selalu bersentuhan langsung dengan lingkungan yang di luar. Sesungguhnya siapa yang bersentuhan langsung dengan kondisi luar ? “Aku” “Aku Ada” Saya mengucapkan “Aku” kalian juga mengucapkan “Aku”.
Buddha mengajarkan kepada kita untuk melepaskan keakuan, sesungguhnya lah ini yang sering kita bahas. Ketika lima agregat terpadu, disanalah muncullah “Aku”. Ketika lima Agregat terpisah-pisah sesungguhnya apa yang membedakan antara “Aku“ dan kondisi di luar diri ?. Jika memahami ini, kita tak akan terganggu noda batin akibat keakuan. Jadi terhadap keakuan ini kita harus selalu ingat, apa “sesungguhnya ” Aku” itu. Kita hendaknya bertanya pada diri sendiri. “Aku” hanyalah sebuah label semu. “Aku “yang sesungguhnya harus dapat menyatu dengan sesama manusia dan segala sesuatu di dunia. Ini disebut “Aku Universal”, ”bukan keakuan yang besar” Keakuan universal yang penuh cinta kasih. Cinta kasih universal mengasihi semua makhluk. “Aku Univeral ” berarti menganggap diri sendiri adalah satu dengan semua makhluk . Jadi kita jangalah selalu mengumbar hal ego karena hal kecil. Jika demikian, kita bisa harmonis dengan alam. Jadi harap semua orang bersungguh hati dalam menghadapi keakuan ini.
Sebelas Kecenderungan Umum terdiri atas 7 Pandangan, 2 Keraguan dan 2 kegelapan batin
7 Pandangan :
- Pandangan Salah
- Pandangan Keakuan
- Eternalisme
- Nihilisme
- Kemelekatan pada Sila
- Pandangan salah tentang sebab dan buah
- Pandangan Keraguan
2 Keraguan :
- Keraguan pada hal
- Keraguan pada prinsip
2 Kegelapan Batin
- Kegelapan Batin Akar
- Kegelapan Batin Turunan
Sebelas Kecenderungan umum ini selalu ada di sekitar kita dan membuat batin kita risau, bergejolak, dan membangkitkan niat buruk. Kita akan membahas Eternalisme, Jika tidak memahami kebenaran, manusia akan menggangap semuanya kekal dan tidak berpikir bahwa kehidupan tidak kekal. Waktu juga terus berlalu. Dari hari kemaren hingga hari esok. Sesungguhnya kapankah wakttu pernah berhenti?. Jangan kan selama satu hari dalam hitungan detikpun waktu tak pernah berhenti. Berhubung tak berhenti bergulir. Bagaimana bisa disebut kekal ?
Dalam hubungan antar manusia, sebelumnya kita tak saling mengenal, ini tak lain merupakan jalinan jodoh. Bagaimana di masa depan ? Apakah selamanya kita akan saling kenal ? Tidak tahu, karena kehidupan manusia tidaklah kekal. Bukan hanya waktu yang tidak kekal, perasaan manusia juga tidaklah kekal.
Dalam hubungan antara manusia tidak ada satupun yang kekal. Pikirkan hubungan kita sendiri dengan yang terdekat yakni orang tua. Tubuh kita, diberikan oleh ibu kita yang melahirkan kita. Saat masih kecil kita tergantung sama orang tua kita, tetapi setelah dewasa kita akan meninggalkan mereka. Apakah hubungan antara orang tua abadi ? Meskipun kita saring bersama orang tua kita tetapi sesuai hukum alam, perpisahan suatu saat pasti terjadi. Akan tetapi ditengah ketidakkekalan semua makhluk keliru dan menggangap ada yang kekal. Mereka sering melekat pada keberadaan sesuatu yang bisa dimiliki selamanya. Karena itu kita selalu ingin menguasai nafsu keinginan dan kegelapan batinpun semakin banyak.
Jadi saat mengadapi segala sesuatu yang mengoda di dunia, kita harus mengendalikan diri, dan ingat bahwa segalanya tidaklah kekal. Untuk apa kita perhitungkan ? Kita juga tidak tahu berapa lama tubuh kita dapat bertahan hidup.
Manusia bertikai dengan sesama manusia juga bertikai dengan makhluk lain. semua ini berawal dari kegelapan batin yang membuat manusia mementingkan kepentingan pribadi sehingga menciptakan karma buruk yang tak terbatas.
Lihatlah pikiran manusia sungguh sangat menakutkan. Jadi, kita yang telah mempelajari ajaran Buddha hendaknya belajar memperlakukan alam dan menjadi satu kesatuan yang harmonis dengan alam beserta isinya. Manusia memiliki alam kehidupan sendiri, hewan juga memiliki alam kehidupan sendiri. Hubungan antara manusia haruslah harmonis. Antara manusia dan hewan juga hendaknya ada cinta kasih. Jadi jika manusia berkeyakinan menyimpang, terlalu sombong, atau mengira bahwa manusia memiliki hak untuk menguasai segala sesuatu dan akan memiliki semuanya selamanya, maka kita akan menciptakan karma buruk yang besar. Jadi manusia harus menyayangi segala sesuatu. Inilah yang semestinya dilakukan. Jika kita tidak bisa menyayangi hewan bahkan orangtua pun tidak kita hormati. Malah hanya selalu berselisih dan bertikai, maka kita akan disebut orang yang tak punya malu.
Saudara sekalian ketika berbuat kesalahan, kita seharusnya merasa malu dan bertobat, artinya kita harus tahu kewajiban kita, jika tidak menunaikan kewajiban dan malah melampaui batas norma, kita akan menjadi orang yang tak punya malu. Jadi, setiap orang harap selalu bersungguh hati
Demikianlah dikutip dari Sanubari Teduh – Sebelas Kecenderungan Umum – Bagian 2/9 (234) https://youtu.be/tj6qdyoNjJs
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva