Sanubari Teduh – Sebelas Kecenderungan Umum – Bagian 3/9 (235)
Video Youtube : https://youtu.be/_KUDpEnmINU
Segala sesuatu di dunia adalah tidak kekal, tetapi hakekat Dharma bersifat kekal, dan tak lapuk oleh waktu, ia bagaikan pohon yang tak selamanya bisa menghijau. Saat daunnya gugur, ia disebut tidak kekal dan saat bertumbuh kembali di musim semi, ia menunjukkan hakikat Dharma yang abadi.
Sebelas Kecenderungan Umum terdiri atas 7 Pandangan, 2 Keraguan dan 2 kegelapan batin
7 Pandangan :
- Pandangan Salah
- Pandangan Keakuan
- Eternalisme
- Nihilisme
- Kemelekatan pada Sila
- Pandangan salah tentang sebab dan buah
- Pandangan Keraguan
2 Keraguan :
- Keraguan pada hal
- Keraguan pada prinsip
2 Kegelapan Batin
- Kegelapan Batin Akar
- Kegelapan Batin Turunan
Yang keempat adalah nihilisme. Meski sekarang ada tetapi nantinya akan hilang sama sekali. inilah yang disebut paham nihilisme. Sesuatu yang tidak ada, tidak akan pernah ada. Lalu mengapa rumput yang sudah dicabut, bisa tumbuh kembali setelah beberapa hari ? Karena bibitnya masih ada, Sama halnya dengan manusia. Kini ilmu kedokteran sangat maju. Saat seseorang memeriksa pasien untuk mencari tahu penyakitnya, dia akan bertanya apakah ada anggota keluarga yang mempunyai sakit serupa “Apakah ayah anda menderita penyakit ini ? “Bagaimana dengan kakek anda ?” “ayah tidak, tetapi sepertinya kakek ada” Inilah yang disebut penyakit turunan. Ini diwariskan lewat gen, yaitu benih karma manusia. Jadi benih karma tidak pernah putus. Akan tetapi ada orang yang berkata “Saya ingin berbuat sesuka hati” “Saya akan berbuat sesuai kehendak saya” Toh setelah meninggal semuanya selesai. Tiada apa-apa lagi. Inilah yang disebut pandangan nihilisme.
Dia tidak tahu bahwa “Seluruh Dharma pada hakekatnya kekal dan tak lapuk. Segala sesuatu pada dasarnya memiliki hakekat. Hakikat ini tak pernah lapuk. Misalnya kini kita berada di dunia dengan empat musim. Di alam semesta ini, dingin dan panas ini adalah sifat dasar alam ini. Sifat ini berganti mengikuti perputaran tata surya. Kita tentu dapat membedakan dingin dan panas. Inilah adalah sifat yang selalu ada. Begitupula manusia kekuatan karma selalu mengikuti. Meski kita melewati kehidupan demi kehidupan di masa yang berbeda-beda tetapi memiliki hakekat dasar yang sama.
Kita mungkin terlahir di berbagi zaman dan di tengah pengaruh lingkungan. Makhluk awam terikat pada masa, yaitu masa lampau, masa kini dan masa depan. Karena pengaruh lingkungan di masa lampau, kita mungkin melakukan perbuatan buruk yang menjadi benih dan tabiat yang tertanam pada kesadaran kedelapan kita. Setelah masa kehidupan kita berakhir pada kehidupan lampau akibat habisnya jalinan jodoh, karma yang tertanam dalam kesadaran kedelapan, tidak hilang begitu saja. Karena itu, kita terlahir kembali ke kehidupan berikutnya. Dalam kehidupan kita yang sekarang mungkin tempat kita dilahirkan, kondisi keluarga, dan lingkungan masyarakat mempengaruhi pertumbuhan kita dan membuat kita memiliki tabiat yang beragam.
Meski kini kita telah memiliki tekad yang sama yakni bertekad menjadi anggota Sangha, atau memiliki tekad yang sama untuk bergabung dengan Tzu Chi, tetapi insan Tzu Chi yang banyak itu juga memiliki tabiat yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tabiat yang baik, tidak perhitungan pada orang lain, atau memiliki kemampuan yang dalam. Adapula yang memiliki tabiat yang tidak baik sejak masa lalu dan bertemperamen buruk, Setelah mendengar ucapan saya, ada yang ingin berubah, lalu benar-benar berubah. Dan dia bisa merubah tabiat lamanya. Kini dia dapat melatih diri. Ini membutuhkan tekad. Kini dia dapat menunaikan kewajiban dengan baik. Inilah yang disebut hakikat. Hakikat ini pada mulanya sangat murni. Hakikat ini sangat dekat dengan Buddha. Hanya saja dari kehidupan ke kehidupan, kita terpengaruh oleh lingkungan sehingga memiliki tabit buruk dan menciptakan banyak karma buruk. Jadi dari kehidupan ke kehidupan, kita mungkin telah merasakan banyak penderitaan atau kita juga banyak menerima berkah. Namun, meski pada masa lampau kita didera banyak penderitaan, penderitaan itu suatu saat pasti akan berakhir. Berkah yang kita nikmati pun suatu saat pasti akan habis. Akan tetapi kita tidak tahu di kehidupan lalu kita telah membentuk tabiat seperti apa. Hakikat kitapun ikut tercemar. Hakikat yang tadinya murni, kini terkubur dalam kesadaran karma.
Kekal atau tidak kekal, semuanya bergantung pada benih kekuatan karma. Melekat pada pandangan eternalime adalah tidak benar. tetapi melekat pada pandangan nihilisme maka kita tidak akan mempercayai hukum sebab akibat ini juga pandangan yang keliru.
Dunia ini pada dasarnya tidak kekal asalkan itu benda materi, termasuk jasmani kita semuanya adalah tidak kekal. Buddha memberitahu kita bahwa bumi bersifat rentan dan kehidupan tidaklah kekal. Kehidupan manusia hanyalah sebatas tarikan nafas. Tiada yang kekal di dunia ini. Namun ada kalahnya kita tidak merasakan ketidakkekalan ini. Karena itu kita sering berselisih dengan orang lain. Akibat kepentingan pribadi, manusia saling bertikai sehingga menciptakan berbagai malapetaka.
Praktisi Buddhis harus menaati lima sila, mempraktekkan sepuluh kebajikan dan bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan bersumbangsih tanpa pamrih maka kita bisa kembali pada hakikat murni sehingga lebih dekat dengan hakekat kebuddhaan. Inilah yang disebut meneladani Buddha.
Asalkan ada fungsi kesadaran pikiran yang membedakan, maka kita tak akan luput dari hukum sebab akibat. Ada kehidupan sekarang, pasti ada kehidupan selanjutnya. Pasti ada. Jadi, kita hendaknya tahu bahwa kita tidak seharusnya berpandangan nihilsme. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus sangat memperhatikan perbuatan kita. Jika kini kita menjalin jodoh buruk dengan orang, maka kelak kita akan menerima akibatnya. Jodoh buruk yang di jalin pada kehidupan ini akan terus terbawa pada kehidupan selanjutnya. Akibatnya kelak kita akan menghadapi rintangan yang besar darinya. Ini bagaikan bayangan yang mengikuti benda. Karma bagaikan tubuh yang berjalan di bawah cahaya matahari. Kemanapun kita berjalan, bayangan akan selalu mengikuti. Kita tidak boleh meremehkan kekuatan karma. Jadi di dalam kehidupan sehari-sehari, kita harus menggunakan kebijaksanaan. Jangan menganggap masalah sebagai rintangan. Meski ada masalah, hendaknya itu kita anggap sebagai pelajaran. Lewat masalah yang dihadapi, kita menempah batin kita dan menumbuhkan kebijaksanaan. Inilah yang disebut melatih diri. Jadi kita semua harus bersungguh hati. Janganlah melekat pada eternalisme, juga jangan melekat pada nihilsme. Jadi kita harus melatih diri setiap saat, mawas diri, dan bersungguh hati di dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah dikutip dari Sanubari Teduh – Sebelas Kecenderungan Umum – Bagian 3/9 (235) https://youtu.be/_KUDpEnmINU
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva