Sanubari Teduh – Sebelas Kecenderungan Umum – Bagian 06 (238)

Dalam kehidupan ini, kita kerap mengabaikan rasa syukur dan balas budi, semua makhluk mudah mengabaikan hal ini . Kita sendiri harus tahu bersyukur. Kita harus bersyukur kepada seluruh makhluk  yang telah mendukung kita. Jadi, jika hati kita bisa selalu bersyukur. Bukankah ini sangat baik ? Segala sesuatu tumbuh subur di bumi,  iklim berjalan selaras dan semua orang hidup damai. bukankah ini gambaran yang indah ? Suasana yang indah seperti ini, bukankah ini yang disebut tanah suci ?

Jika semua orang hidup harmonis dan senantiasa membangkitkan rasa syukur, maka akan dapat menambah kehidupan di dunia. jika seluruh dunia menjadi indah, itulah tanah suci.

Berhubung setiap orang berada di suasana yang indah ini mengapa bisa timbul banyak noda batin dan kemelekatan? bukankah sangat menderita ? ini disebakan oleh kurangnya rasa syukur. Penderitaan yang begitu banyak berasal dari haikat kita yang tercemar. Jadi, yang seharusnya bersyukur. Kita mala tidak tahu untuk bersyukur. Oleh karena itu timbul banyak noda batin. Cinta duniawi, permusuhan, dendam dan kebencian timbul dari pikiran kita.

Sebelas Kecenderungan Umum terdiri atas 7 Pandangan, 2 Keraguan dan 2 kegelapan batin

7 Pandangan :

  1. Pandangan Salah
  2. Pandangan Keakuan
  3. Eternalisme
  4. Nihilisme
  5. Kemelekatan pada Sila
  6. Pandangan salah tentang sebab dan buah
  7. Pandangan Keraguan

2 Keraguan :

  1. Keraguan pada hal
  2. Keraguan pada prinsip

2 Kegelapan Batin

  1. Kegelapan Batin Akar
  2. Kegelapan Batin Turunan

Kini kita akan membahas pandangan keraguan. Keraguan mudah menimbulkan kebodohan. Karena ragu berarti tidak  memahami kebenaran. Walau kebenaran yang sesungguhnya ada didepan kita, tetapi kita tidak bisa mempraktikkannya sesuai ajarannya. Keraguan dapat menyebabkan penyimpangan yang membahayakan dan tidak bermanfaat bagi semua makhluk.

Orang yang melekat pada keberadaan memiliki banyak keinginan dan akan tergoda oleh segala benda materi. Orang yang melekat pada ketiadaan menganggap hukum sebab akibat tidak ada, maka hanya menikmati hidup tanpa menyadari kekuatan karma yang terus mengikuti. Kita hendaknya berjalan dijalan tengah. Jika mampu memahami ketidakkekalan secara penuh, kita akan menghargai saat ini dan memanfaatkan kehidupan dengan baik.

Berbicara mengenai keraguan, kita harus melakukan penulusuran kembali. Jika kita memiliki keraguan, hati kita akan diliputi kebimbangan dan tidak bisa mengambil keputusan. Saat ada Dharma yang benar dihadapan kita, kita tidak mengerti untuk segera menyerapnya. dan memanfaatkannya. Inilah yang disebut keraguan.  Saat keraguan timbul di dalam batin, Maka manusia tak dapat mengambil keputusan. Meskipun kebenaran ada dihadapannya, dia akan tetap berbuat kesalahan akibat keraguan. Ajaran benarpun tidak bisa dia terima.

Praktisi Buddhis harus terjun ke tengah dunia dengan semangat non duniawi. Semangat nonduniawi berarti selarasnya segala hal  dan prinsip. Dengan memiliki pandangan dan prilaku benar, manusia, hal dan prinsip baru bisa sempurna. Jika ini terwujud, barulah kita senantiasa dipenuhi sukacita. Mempelajari ajaran Buddha tidak lepas dari segala hal ini. Kita harus selalu menghadapi segala hal dengan rasa syukur dan pikiran yang benar. Jika bisa seperti ini hubungan antara manusia dan segala hal akan harmonis dan berarti telah selaras dengan kebenaran. Janganlah selalu ragu dalam segala hal. Kita harus memilih dengan bijaksana Jangan ragu terhadap ajaran yang benar. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip  dari Sanubari Teduh – Sebelas Kecenderungan Umum – Bagian 06 (238)   https://youtu.be/cartc8C-JZc

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva