Sanubari Teduh – Sembilan Belenggu – Bagian 1 (219)
Video Youtube : https://youtu.be/-zNbCPXXtLc
Saudara se-Dharma sekalian, pelatihan diri mencari ketenangan. Ketenangan yang di cari, apakah ketenangan lingkungan, ketenangan manusia, atau ketenangan hati ? Tentu pemula seperti kita membutuhkan ketenangan lingkungan, disaat yang sama membutuhkan ketenangan manusia, barulah bisa mewujudkan ketenangan hati. Saat lingkungan dan manusia sangat tenang. Seharusnya pada saat itu juga, hati kita juga sangat tenang. Dengan hati yang tenang, barulah kita dapat sungguh-sungguh merenungkan perasaan, logika dan Dharma. Manusia termasuk makhluk hidup berperasaan. Praktisi spiritual harus melatih kesadaran. Kesadaran sama dengan pencerahan, yakni harus memahami kebenaran di balik segala sesuatu secara mendalam.
Jika saat menghadapi orang dan masalah, kita dapat selaras dengan kebenaran, inilah yang disebut sadar. Jika sebaliknya, maka disebut tersesat. Orang yang tersesat batinnya akan kacau. Orang yang sadar batinnya akan tenang. Jadi, jika kita dapat menyadari kebenaran di balik segala sesuatu dalam hidup, dunia ini akan terasa lebih luas. Apalagi yang dapat mengganggu batin kita ? Yang dapat mengganggu batin kita adalah nafsu keinginan. Semua makhluk di dunia pada dasarnya memiliki kebutuhan hidup yang sederhana dan bersahaja. Hanya saja saat sebersit keinginan bangkit, batin kita akan bergejolak. Karena itu, Buddha terus berusaha membimbing dan mendidik kita sesuai kondisi.
Buddha berkata “Orang yang penuh dengan keinginaan dan nafsu tidak bisa melihat kebenaran, bagai air jernih yang di aduk semua orang tak dapat melihat jelas bayangan diatas permukaannya (Sutra Empat puluh dua bagian)
Disana dikatakan bahwa dalam pikiran kita begitu ego dan nafsu keinginan bangkit, kita tidak akan dapat melihat kebenaran, kebenaran menjadi kabur. Hanya karena adanya nafsu keinginan, buaian perasaan dapat menyeatkan segalanya. Nafsu dapat mengacaukan segalanya
JIka batin tenang, kondisi yang cemerlang baru akan terwujud, ajaran Buddha pun baru dapat terserap. Setelah menyerapnya ke dalam hati hendaknya dapat merasakan dan mempraktikkannya, sehingga memperoleh pemahaman mendalam dan benar-benar melerialisasi kesadaran.
“Manusia melakukan kesalahan akibat keinginan dan nafsu” karena bangkitnya kekeruhan dalam batin mereka tidak dapat melihat kebenaran (Sutra Empat puluh dua bagian)
Buddha kembali menekankan bahwa akibat keinginan dan nafsu manusia banyak melakukan kesalahan, bati mereka penuh dengan kekeruhan dan kekeruhan ini terus tumbuh
“Kalian para Sramana hendaknya melepas keinginan dan nafsu, saat keinginan dan nafsu ini berakhir jalan kebenaran akan terlihat” (Sutra Empat puluh dua bagian)
9 Belenggu
1. Belenggu cinta
2. Belenggu kebencian
3. Belenggu kesombongan
4. Belenggu kegelapan batin
5. Belenggu pandangan
6. Belenggu kemelekatan
7. Belenggu keraguan
8. Belenggu kedengkian
9. Belenggu kekikiran
Akibat ketamakan dan cinta atau keinginan, semua makhluk mengembangkan ketidakbaikkan ini membuat mereka terombang ambing dalam penderitaan kelahiran kembali dan Tiga Alam serta tidak mampu melepaskan diri. inilah yang disebut belenggu cinta
Orang yang merasa kekurangan selalu risau karena mengejar keinginan orang yang dapat berpuas diri akan mengerti untuk bersyukur.
Jadi, baik hari ini, hari esok, saat ini maupun beberapa saat lagi, semua ini termasuk dalam tiga masa. Pikiran kita selalu timbul dan tenggelam. Saat niat baik timbul, niat buruk akan padam. Sebaliknya saat niat buruk timbul, niat baikpun hilang. Semua ini dapat berlangsung dalam sekejap. Jadi, semua ini membawa penderitaan. Karena itu, kita terus berkutat dalam Tiga Alam. Tiga alam ini ada di dunia ini, Alam Nafsu, Alam Rupa, Alam Tanpa Rupa. Alam Nafsu adalah di saat ini. Kita menginginkan ini dan itu. Atau mungkin kita berpikir ingin memberi sesuatu kepada orang lain. Ini adalah kondisi batin yang berbeda, tetapi tetap disebut nafsu. Dengan adanya Rupa, timbullah nafsu. Ditataran alam Rupa, kita tahu ada begitu banyak benda. Dari begitu banyak benda, yang mana yang kita inginkan ? Kondisi ini belum benar-benar terwujud, tetapi kita tahu bahwa itu ada dan kita akan terus mengejarnya.
Selain itu, itu ada alam tanpa rupa. Alam tanpa rupa berkaitan dengan sesuatu yang abstrak. Semua itu ada dalam pemikiran kita. Cabyak orang yang berkata bahwa diri mereka memiliki cetak biru atau rencana seumur hidup. Iniah Tiga Alam di dalam batin. Mencakup pikiran penuh nafsu, materi dengan bentuk atau rupa, dalam pemikiran masa depan yang tanpa rupa. Banyak sekali. Jika pikiran kita tidak dapat bebas dari semua itu, maka kita akan terjerat belenggu cinta dan keinginan. Baik dalam waktu panjang maupun singkat, belenggu cinta dapat menjerat pikiran kita. Begitu terjerat oleh belenggu cinta ini, kita akan menderita. Penderitaan ini sungguh tak terkira. Ini disebabkan oleh keinginan dan nafsu. Jadi, melatih diri bertujuan untuk memahami kebenaran. Jika hati kita senantiasa tenang, maka kita tidak akan perhitungan dan bebas dari ketamakan. Jadi, harap semua selalu bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Video Sanubari Teduh – Sembilan Belenggu – Bagian 1 (219) https://youtu.be/-zNbCPXXtLc
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva