Sanubari Teduh – Sembilan Belenggu – Bagian 7 (225)
Video : https://youtu.be/bqgbPcVkD4c
Yang ketujuh dari sembilan belenggu adalah Keraguan. Keraguan membuat kita terikat, kita sebagai makhluk awam yang mengenal Dharma juga sering memiliki keraguan terhadap Buddha, Dharma dan Sangha. Semua makhluk tidak melatih diri dengan benar dan mengembangkan ketidakbaikan ini membuat mereka terus terombang-ambing dalam penderitaan kelahiran kembali dan Tiga Alam serta tidak mampu melepas diri, Inilah yang disebut belenggu keraguan.
Sebagai murid Buddha kita hendaknya memercayai Buddha, meyakini Dharma dan menghormati Sangha, kits harus memiliki semua ini. Kita harus meyakini kebijaksaan Buddha serta cinta kasih dan welas asih Buddha. Karena cinta kasih dan welas asihnya Buddha tidak pernah berhenti kembali ke dunia ini. Karena cinta kasih dan welas asihnya, Beliau melepaskan segala kesenangan duniawi. Beliau memberi teladan pelatihan diri, ini adalah cara untuk membimbing kita, oleh karena itu kita harus yakin.
Buddha datang ke dunia ini dan melatih diri sesuai jalinan jodoh, kita hendaknya meyakini ini. Setelah mencapai pencerahan serta memahami kebenaran seluruh alam semesta dan membangkitkan Kebijaksanaan-Nya. Buddha ingin membimbing semua makhluk. Seluruh Dharma yang Buddha babarkan hendaknya kita yakini.
Bagaimana ajaran Buddha diwariskan ? diperlukan Sangha. Meninggalkan keduniawian adalah perbuatan manusia agung, ini juga merupakan tanggung jawab atas misi Buddha. Para anggota Sangha meninggalkan keduniawian dan menjaga kesucian fisik dan batin. Mereka mengikuti jalan yang ditapaki Buddha, mereka giat melatih diri di jalan yang telah Buddha tunjukkan. Para anggota Sangha juga merupakan pembimbing. Setelah mencari dan menemukan jalan, mereka juga membimbing orang lain untuk berjalan dijalan itu. Jadi, kita harus membangkitkan keyakinan terhadap Buddha, Dharma dan Sangha. Namun banyak Makhluk hidup meragukan Tiga Permata dan tidak meyakininya. Meskipun meyakininya kita tidak memiliki kebijaksanan untuk memilih.
Pelatihan diri memang di mulai dari tataran awam. Hanya saja metode pelatihan diri juga harus kita pilih dengan sungguh-sungguh. Buddha, Dharma dan Sangha membimbing kita untuk keluar dari kesesatan dengan aman dan menujuh jalan yang benar. Hendaknya kita meyakininya setelah memilih dengan bijaksana kita harus yakin dan percaya. Jika kita tidak yakin maka kita tidak bisa melatih diri dengan benar. Walaupun Buddha, Dharma dan Sangha berada di depan untuk membimbing kita, jika masih ada keraguan dalam batin kita maka kita tidak dapat mengikutinya dari belakang.
Jika kebenaran tidak dijalankan dengan benar maka dapat berubah menjadi keburukan, hanya kebenaran yang membawa kebaikan, jika tidak benar dan tidak baik, kita akan menyimpang ke arah keburukan. Jadi keraguan adalah suatu kegelapan batin yakni batin tidak memancarkan kebijaksanaan. Dengan begitu pintu hati kita mudah tertutup oleh kegelapan batin. Jadi, kita hendaknya selalu mengingatkan diri untuk tidak ragu terhadap Dharma, Jika sebaliknya, maka sedikit penyimpangan dapat membuat kita jauh tersesat, karena itulah, timbul penderitaan kelahiran kembali pada masa yang akan datang. Benar, semua makhluk terombang-ambing dalam enam alam kelahiran kembali, tanpa bisa memegang kendali. Sungguh sangatlah menderita. Akibatnya kita tidak bisa terbebas dari Tiga Alam.
Jika ingin bebas dari penderitaan, kita harus bebas dari Tiga Alam, apalagi kita yang masih berada di alam nafsu. Jadi, kita harus menjaga pikiran kita dengan baik, karena keraguan dapat menyesatkan batin kita. Begitu keraguan timbul ia akan mengacaukan pikiran kita, Ajaran yang benar atau nasihat dari teman yang baik mala tidak kita dengar. Mereka menunjukkan jalan yang benar bagi kita, tetapi kita malah menolaknya. Kita tidak dapat berjalan di jalan kebenaran, karena kita bertindak berlawanan dengan logika, artinya kita bertindak tak sesuai akal sehat. Jelas-jelas kita sudah bertemu jalan benar karena pikiran tersesat, maka kita bertindak berlawanan dengan kebenaran. Ini yang disebut berlawanan dengan logika. dan tak sesuai akal sehat.
Mengapa ini bisa terjadi ? karena adanya keraguan dan kebimbangan kita sudah melangkah di jalan yang salah. Saat orang lain memberitahu kita. kita masih tidak mempercayainya, saat dinasehati teman baik dalam hati kita tetap timbul keraguan. Jadi kita tidak bisa memutuskan apakah harus kembali ke jalan yang benar atau terus berkutat pada kesesatan. Ketika kondisi luar muncul jalinan karma mendukung nafsu keingian kita kembali bergejolak.
Di dunia ini ada banyak orang tua berkata, saya percaya anak saya ” Anak saya jujur dan patuh, mana mungkin melakukan itu ?” Sebuah ungkapan berbunyi, “Orang tua dapat melahirkan tubuh anak tetapi tidak melahirkan batin anak ” Orang tua bisa memberi anak tubuh yang sehat, tetapi belum tentu dapat memberi anak batin yang sehat. Batin atau pikiran yang sehat, membutuhkan benih karma dan jalinan jodoh yang baik. Berkat jalinan jodoh dengan orang tua kita memperoleh tubuh ini. Jodoh dengan kondisi luar membangkitkan kekuatan karma. Kita mudah terjerat oleh perasaan, cinta dan nafsu. Jalinan karma ini menarik kita, sehingga kita bisa lepas dari perangkap. Ini semua karena keraguan. Keraguan membuat kita tak dapat benar-benar mendalami jalan benar. Mesti sudah berada dijaalan tengah itu, kita mungkin berpaling dan tersesat.
Ditambah dengan kekuatan karma kita mulai berpaling dari kesadaran dan menujuh pada keduniawian. Bathin kita mengarah pada kekekeruhan dan keduniawian ini sangat menakutkan. Pikiran kita terus berkutat pada saat ini. Kesesatan dan kekeliruan ini membuat kita menjauhi kesadaran dan mendekati keduniawian, padahal pada awalnya kita sudah bertemu kebenaran. Sayangnya akibat sebersit pikiran keliru, kita kembali disesatkan oleh keraguan. Karena itulah manusia diliputi oleh noda batin dan terjerumus sehingga menjauhi kesadaran dan mendekati keduniawian.
Orang yang penuh keraguan memiliki batin yang sesat dan tidak sesuai akal sehat. Mereka penuh kecurigaan dan kebimbangan.
Keraguan seperti apa yang dimaksud sejak awal ? Ada dua jenis keraguan yang kita bahas, yang pertama adalah keraguan diri, yakni meragukan diri sendiri, atau merasa rendah diri, contoh orang yang tidak bertubuh tidak tinggi, saat berdiri tidak sama dengan orang lain atau orang yang memiliki kekurangan fisik, tidak berani berkumpul dengan orang lain, atau ada orang yang merasa lebih rendah dari orang lain tidak berani bertemu dengan orang lain inilah sikap ragu terhadap diri sendiri. Saat orang lain melihat dirinya, lalu berbicara sedikit, dia langsung curiga orang lain membicarakannya. Banyak orang yang curiga bahwa orang lain meremehkan atau meragukan dirinya. Mereka selalu menerka-nerka, penilain orang lain terhadap diri mereka Mereka tidak yakin terhadap diri sendiri, ini berarti diri sendiri menutupi diri sendiri. Semakin kita menutupi diri sendiri, batin semakin gelap. Saat batin semakin gelap, kebijaksanaan tidak bisa bangkit. Kebijaksanaan kita semakin tumpul, dan batin kita semakin gelap. Sehingga perlahan-lahan bangkitlah noda batin.
Keraguan kita sangat berat, hal-hal seperti ini dapat membuat kita rendah diri dan tidak dapat bergaul dengan orang banyak, Jika demikian maka dalam batin akan timbul banyak pandangan tidak benar. Pandangan-pandangan yang tidak benar ini adakalanya menyebabkan banyak masalah dan membuat banyak manusia sulit membedakan mana yang benar dan salah.
Keraguan kedua adalah keraguan terhadap guru. Kita harus memakai kebijaksanaan dalam memilih orang, benda dan hal lainnya. Kita ingin berjalan seperti apa, kita harus paham dengan jelas, kita harus memilih dengan baik. Saat kita memilih, misalnya memilih orang sebagai guru dan ingin belajar darinya, mulanya kita menjalankan segala kewajiban dan penuh keyakinan, namun sampai suatu ketika kita mulai meragukan guru kita. Saat guru mengajar kita menerima ajarannya. Guru adalah orang yang membimbing kita.
Namum mungkin penampilan guru ini atau berbagai cara yang dilakukannya sepertinya tidak enak dipandang. Kita mulai berpikir “Penampilannya seperti itu, apakah bisa mengajarkan kebenaran ? “Benarkah punya Dharma untuk diiajarkan. Sebelum mengikuti seorang guru, kita harus memilihnya dengan sungguh-sungguh. Setelah kita memilih guru maka suatu hari sebagai guru, selama-lamanya sebagai ayah. Kita harus menghormati guru baru dapat mempraktikan ajaran. Jika kita merendahkan guru, maka itu adalah kesombongan, Jika kita meremehkan guru atau timbul kesombongan terhadap guru, merasa guru tidak sehebat diri kita. maka kita tidak akan memperoleh pencapaian. Jika begitu kita tidak tergolong sebagai praktisi, bukan orang yang dapat mencapai kebenaran.
Oleh Karena itu kita harus bermawas diri. Janganlah kita meragukan diri sendiri dan jangan meragukan orang lain. Jika kita meragukan orang lain kita tidak akan mempelajari apapun, saya sering mengatakan bahwa diantara tiga orang kita pasti menemukan seorang guru. Bukan guru formal yang disebut guru. Melainkan semua orang merupakan guru kita.
Kita harus meneladani Bodhisattva Sadaparibhuta. Bagaimanapun perlakuan orang terhadap-Nya, meski orang melempar batu padanya atau memukul-Nya dengan tongkat, Beliau menggangap mereka sebagai guru. Beliau tetap menghormati semua orang. Karena semua orang adalah calon Buddha. Jadi teman yang baik maupun tidak baik semuanya berisi pelajaran bagi kita. Jangan kita mempermasalahkan hal sepele, Jika ada masalah yang timbul kita harus menganggapnya sebagai pelajaran. Dengan begitu kita yakin terhadap kebijaksanaan kita sendiri. Kita harus membedakan benar dan salah. tetapi janganlah memandang rendah orang lain, juga tidak perlu mencurigai orang lain, sebaliknya kita harus membangun kebijaksanaan sendiri dan meningkatkan kepercayan diri. Janganlah kita ragu terhadap diri sendiri.
Jadi, saudara sekalian mempelajari ajaran Buddha berarti harus berusaha menjaga kemurnian dan kejernihan batin. Dengan pikiran yang sederhana dan batin yang murni kita berusaha bergaul dengan teman-teman yang baik. Dengan demikian maka arah kita sudah benar. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Video Sanubari Teduh – Sembilan Belenggu – Bagian 7 (225) https://youtu.be/bqgbPcVkD4c
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva