Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mempertahankan kebajikan dan Dharma yang murni. Kita juga harus memiliki rasa puas Dengan begitu, dalam menghadapi apapun, noda batin tidak akan bangkit. Karma burukpun tidak akan tercipta
Sanubari Teduh – Sembilan Gangguan Bagian 7 (214)
Video Youtube : https://youtu.be/UBkAWxnfezY
Saudara se-Dharma sekalian, kita harus selalu menjaga pikiran dengan baik, Sepatqah kata dapat membangkitkan noda batin dan mudah membuah pikiran kita keliru. Kita sering membahas tentang kebocoran atau yang disebut noda batin. Noda batin sama dengan kegelapan batin. Gelap batin berarti tidak dapat membedakan benar dan salah. Mungkin kita juga tidak memperhatikan tubuh, ucapan dan pikiran kita meski kita berkata kita sedang melatih diri. Melatih diri berarti melatih tubuh, ucapan dan pikiran. Kegelapan ini bersumber dari pikiran. Kita sering membahas bahwa hati kita dan hati Buddha seharusnya adalah sama. Dikatakan bahwa hati Buddha, dan semua makhluk pada dasarnya tiada perbedaan. Hati kita pada dasarnya tidak berbeda dengan hati Buddha. Hati yang murni barulah sama dengan Buddha.
Batin kita sebagai makhluk awam tercemar oleh noda batin, maka kita disebut makhluk awam. Kita sudah bertekad untuk melatih diri, tetapi adakalnya pikiran ini tidak dijaga dengan baik sehingga pikiran keliru timbul. Dengan begitu, tabiat buruk kita kembali muncul. Jadi, dalam melatih diri, kita harus membina tabiat kita. Ada orang berkata “ Temperamen orang itu baik, kebiasaannya baik.” Benar, dalam kehidupan sehari-hari, dalam sikap saat menghadapi orang dan masalah, kita harus mengendalikan diri. Kita harus mengembangkan kebiasaan hidup yang baik. Baik dalam bekerja, membereskan barang, maupun menghadapi orang, kita harus bersungguh hati. Dengan demikian, secara alami lingkungan kita akan sangat teratur dan bersih. Ini karena kita punya kebiasaan baik. Terhadap orang lain mungkin kita tak berniat buruk, hanya saja temperamen kita sedikit buruk. Saat orang laiin berbicara sedikit, raut wajah kita langsung berubah. Saat bertemu sesuatu hal yang tidak disukai, raut wajah kita langsung berubah seakan semua orang bersalah terhadap kita.
Saudara sekalian dalam melatih diri, Buddha membimbing kita dengan sangat jelas bahwa kita harus menjaga pikiran kita dengan baik. Jika pikiran tidak di jaga dengan baik, kita tak akan bertutur kata baik. Dengan begitu kita menciptakan karma buruk ucapan. Kita mudah menciptakan karma buruk ucapan akibat tabiat buruk kita. Karena pikiran kita tidak dijaga degan baik, kebiasaan buruk ini terwujud dalam perbuatan. Jadi kita harus menjaga dengan baik-baik pintu pikiran kita, jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata buruk dari pagi hingga malam sehingga menciptakan karma buruk ucapan. Jika pintu pikiran tidak dijaga dengan baik, maka akan berdampak pada tindakan kita yang juga bermula dari pikiran. Jadi hati dan pikiran kita harus selalu dijaga dengaan baik.
Sembilan Gangguan:
- Menyiksa diri selama enam tahun
- Fitnaan Sundari
- Kaki tertusuk ranting
- Makan makanan kuda
- Pembantaian suku Sakya oleh raja Virudhaka
- Tidak dapat makanan saat pindapatha
- Fitnahan Cinca
- Terluka akibat batu besar yang di jatuhkan Devadatta
- Harus menahan hawa dingin dengan tiga helai jubah
Yang ketujuh dari Sembilan Gangguan adalah Fitnahan Cinca. Buddha berkata pada lampau, berkalpa – kalpa yang lalu, ada seorang Tathagata yang bernama keunggulan tertinggi.” Saat berada di dunia, Tathagata ini juga memimpin sebuah Sangha. Di dalam Sangha-Nya ada dua orang Bhiksu. Dari dua orang Bhiksu ini, yang pertama bernama Tiada Tandingan. Dia melatih diri dengan sangat baik. Noda batin dan kebocorannya sudah berakhir. Berhubung noda batinnya sudah habis dan pelatihan dirinya begitu baik, dia tidak pernah kekurangan persembahan. Begitulah, dia selalu berpuas diri dan tidak tamak.
Ada satu Bhiksu lain bernama Sukacita Abadi; Bhiksu ini belum tuntas melenyapkan noda batin. Dia masih memiliki banyak noda batin. Dia masih belum mampu mengikis semuanya; dua bhiksu ini adalah murid Tathagata. Yang satu memiliki batin yang murni, sedangkan yang lain adalah mendengar Dharma; ada merenung. Tetapi tidak melakukan praktik nyata untuk melenyapkan noda batinnya. Dia belum sanggup. Jadi noda batinnya belum dilenyapkan. Dia masih memiliki banyak belenggu di batinnya. Karena itu persembahan yang didapatnya selalu terasa kurang.
Saat Sangha tiba di Varanasi, ada seorang penyokong. Dia adalah istri dari seorang dermawan. Kondisi keluarganya sangat baik. Dia sangat meyakini ajaran Buddha. Dia sangat suka memberi persembahan kepada Buddha dan Sangha. Dia bernama kebajikan Maya. Pada saat itu, Bhiksu Sukacita Abadi melihat kebajikan Maya sedang memberi persembahan. Sesungguhnya setiap anggota Sangha mendapat persembahan yang sama. Akan tetapi Bhiksu Sukacita Abadi tetap merasa iri. Dia iri karena persembahan yang di berikan kepada Bhiksu Tiada Tandingan lebih baik. Karena pelatihan diri dan keagungan Bhiksu Tiada Tandingan sangat baik, maka setiap umat selalu merasa sukacita saat melihatnya.
Sebaliknya, Bhiksu Sukacita Abadi selalu mengumbar rasa iri, jadia membangkitkan niat tidak baik. Dia lalu mefitnah. Dia berkata bahwa dalam memberi persembahan, kebajikan Maya tidak sesuai Dharma. Artinya, dia tidak menjunjung kesetaraan. Sukacita Abadi menggangap Kebajikan Maya memiliki hubungan dengan Tiada Tandingan. Jadi dia mulai menyebarkan gosip ini.
Kemudian Buddha berkata “Tahukah Kalian?” Sukacita Abadi pada masa itu adalah Aku yang sekarang. “Kebajikan Maya si pemberi persembahan itu sekarang adalah Cinca” Cinca memfitnah Buddha setelah Beliau mencapai kebuddhaan. Jadi Buddha berkata “Pada masa lalu Aku memfitnah Tiada Tandingan memiliki hubungan dengan istri seorang dermawan” “Karena itu, kini Aku menerima akibatnya.” “Ini adalah buah karma sisa”. Kini saat aku membabarkan Dharma baik bagi penganut ajaran luar, bagi para bhiksu, maupun bagi raja dan para mentri, selalu di ganggu oleh wanita ini yang bernama Cinca” “ Dia sering membawa keributan dan gosip yang seharusnya tidak ada untuk memfitnah dan mencemarkan nama Sangha. Inilah Gangguan yang dialami Buddha.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mempertahankan kebajikan dan Dharma yang murni. Kita juga harus selalu memiliki rasa puas. Dengan begitu, dalam menghadapi apapun noda batin tidak akan bangkit. Karma burukpun tidak akan tercipta.
Saudara sekalian, mempelajari ajaran Buddha berarti belajar untuk memperbaiki tabiat buruk dan menjaga pikiran kita dengan baik. Kita harus menutupi batin kita dari noda batin. Dngan demikian, kita tidak akan tanpa sengaja melakukan sesuatu yang membawa penyesalan. Kuncinya terletak pada pikiran. Harap semua lebih bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan dari Video Sanubari Teduh – Sembilan Gangguan Bagian 7 (214) https://youtu.be/UBkAWxnfezY
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva