Sanubari Teduh – Sepuluh Ikatan – Bagian 03 (230)

Video Youtube : https://youtu.be/5QGKMILwRlA

Memahami bahwa tubuh tidak bersih, menggunakan tubuh yang tidak bersih ini untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi banyak orang. Inilah kehidupan yang bermakna.

Jadi Buddha mengatakan kita harus memanfaatkan kehidupan kita. Kita harus menghormati dan menyayangi kehidupan. Nilai kehidupan harus dipergunakan dengan baik. Jika tidak memanfaatkan kehidupan selagi bisa, maka di hari tua, terutama saat jatuh sakit. Kita harus membuka hati. Setelah membuka hati, jangan sampai hati mengikuti tubuh yang sakit. Jika demikian kita akan sangat menderita.

Jadi, Buddha memberi suatu perumpamaan, Beliau berkata ” Bagai pemilik perahu yang membuang perahunya yang sudah bocor” Ketika jatuh sakit, kita bagaikan sebuah perahu. Pemilik perahu ini melihat perahunya telah bocor dan tidak bisa diperbaiki. Air terus masuk ke dalam perahu itu. Pada saat ini tanpa memedulikan muatannya, sang pemilik pergi meninggalkan perahunya. Perahu  telah rusak, maka harus segera ditinggalkan. Jika tidak akan berbahaya.

Buddha juga memberikan perumpamaan dan berkata, “Tubuh manusia memiliki sembilan lubang yang mengeluarkan cairan kotor,  Jadi kita hendaknya seperti pemilik perahu yang saat melihat kebocoran, tetap bersikap tenang, tidak risau dan merelakan perahu itu, demi melindungi jiwa yang berharga. Jiwa yang dimaksud adalah jiwa kebijaksanaan. Kita harus menjaga jiwa kebijaksanaan dengan baik, karena tubuh ini tidaklah kekal. namun tubuh adalah sarana pelatihan diri. Untuk melatih diri kita memerlukan tubuh ini. Untuk berbuat kebajikan kita juga memerlukan tubuh ini. Untuk menjalin jodoh baik dengan yang lain kita membutuhkan tubuh ini. Jadi kita butuh tubuh sehat. Kita hendaknya bersumbangsih bagi masyarakat. Jika badan kita tidak sehat, kita tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu kita harus menyayangi diri. Tubuh harus dijaga dengan baik agar dapat melakukan kebajikan. Dengan begitu jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Jangan menunggu sampai berbuat kesalahan barulah kita menyesal.

Jadi dalam Sepuluh ikatan, yang kelima adalah penyesalan

 

Sepuluh Ikatan :

  1. Tiada Rasa malu
  2. Tiada Rasa bersalah
  3. Kedengkian
  4. Kekikiran
  5. Penyesalan
  6. Rasa Kantuk
  7. Kegelisahan
  8. Kelesuan
  9. Kebencian
  10. Penyembunyian

Penyesalan mengandung kebencian, yakni penuh keluh kesah, mempertanyakan mengapa diri sendiri tidak mampu mencapai sesuatu, mengapa orang lain bisa “Mengapa orang lain mendapatkan kebaikan, sedangkan saya tidak ?” ”Saya sudah rajin, tetapi tak dapat mencapai tujuan ” Dengan begitu, timbul penyesalan dan kebencian “

Yang kelima dari Sepuluh Ikatan adalah penyesalan. Penyesalan akan membawa kebencian karena setelah melakukan kesalahan, manusia merasa di koyak jantungnya dan merasa tidak tenang.

Jika setelah berbuat kesalahan, manusia tidak menyesal, maka karma buruk akan terus mengikuti, bagai air yang kembali kelautan.

Jika dapat bertobat dan berbuat kebajikan, maka karma buruk akan terkikis, bagaikan penyakit yang sembuh setelah keringat yang mengalir.

(Sutra 42 bagian)

Maksudnya adalah jika memiliki kesalahan kita hendaknya bertobat dan berubah, jika kita tidak mau bertobat yang ada hanyalah penyesalan dan kebencian. Ini adalah penderitaan yang tidak bisa diungkapkan.

Sepenuh hati bertobat dan memperbaiki diri adalah cara  untuk mengikis rintangan karma.

Salah satu rintangan dalam melatih diri adalah rasa kantuk, bukan hanya dalam pelatihan diri, sesungguhnya ia juga merupakan penghalang dalam pekerjaan ataupun dalam menuntut ilmu.  Intinya, rintangan dalam kehidupan manusia salah satu nya adalah rasa ingin tidur ini.  Yang keenam dari sepuluh ikatan adalah rasa kantuk. Orang yang gemar tidur adalah orang bodoh dan tidak sadar, selalu terbuai dalam kegemaran tidur tidak bisa mengintropeksi diri. Tidur adalah kematian sementara dan kematian adalah tidur panjang. Sesungguhnya semua orang pernah mengalami kematian singkat. Setiap hari kita mengalami satu kali kematian singkat. Beruntung kita masih bisa bangun kembali dan memiliki kesempatan di hari yang baru. Bukankah tubuh ini bagai setumpuk debu dan setumpuk tulang ? Jadi Manusia baru disebut benar-benar hidup saat bisa makan dan beraktifitas. Inilah yang disebut hidup. Kehidupan manusia yang lebih berharga adalah jika bisa membawa manfaat bagi orang lain. Inilah kehidupan kita yang paling bermakna.

Jadi kita harus mengenggam waktu dengan baik. Jangan menghabiskan waktu hanya untuk tidur. Jadi kita haruslah waspada. Janganlah melewati hari dengan kegelapan batin.  Kita harus selalu menyadari makna kehidupan ini dan mengintrospeksi diri. Janganlah kita menyia-yiakan kehidupan. Setiap orang harus menghargai  tubuh ini agar tubuh ini dapat menjadi sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.  Harap semua orang  lebih bersunguh hati.

Demikianlah dikutip  dari  Sanubari Teduh – Sepuluh Ikatan – Bagian 03 (230) https://youtu.be/5QGKMILwRlA

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva