Sanubari Teduh – Sepuluh Ikatan – Bagian 05 (232)

Video Youtube : https://youtu.be/F3DrnPtZt-I

 

Sepuluh Ikatan :

  1. Tiada Rasa malu
  2. Tiada Rasa bersalah
  3. Kedengkian
  4. Kekikiran
  5. Penyesalan
  6. Rasa Kantuk
  7. Kegelisahan
  8. Kelesuan
  9. Kebencian
  10. Penyembunyian

Didalam sepuluh ikatan, yang kesembilan adalah kebencian. Orang yang diliputi kebencian akan penuh amarah. Saat kondisi tidak sesuai keinginan, manusia akan marah dan kehilangan perhatian benar. Benci berarti mudah marah. Marah sama dengan murka. Marah berarti di dalam batin ada ketidaksenangan. Perasaan dalam batin ini mudah berubah menjadi tindakan. Inilah kemarahan. Penyakit didalam batin akan membangkitkan pikiran untuk  meluapkan emosi. Emosi ini akan terwujud lewat sikap kita.

Meskipun kita ada mendengarkan Dharma, bisa saling membimbing dan merasa sudah paham, tetapi pada saat kondisi datang, kita belum tentu dapat mengendalikan diri.  Ini semua adalah sebersit pikiran yang tidak dikendalikan, inilah ikatan kebencian. Ia telah mengikat kita sehingga kita tidak bisa benar-benar bahagia, ini membuat kita tak bisa berpikiran terbuka, dan tak bisa bersabar dalam hal apapun.  Kita tak tahan saat suatu kondisi berlangsung tidak sesuai harapan kita. Ini bagaikan belenggu yang mengikat kita.  kebencian membuat kita terjerat. Jadi, “Hati yang penuh marah di sebut kebencian”. Saat lima objek tidak sesuai yang dipikirkan, semua makhluk membangkitkan kebencian dan kemarahan, lalu menciptakan karma buruk akibat noda batin. Karena terikat, maka tak dapat membebaskan diri. Inilah yang disebut ikatan kebencian.

Tabiat buruk ini terpendam di dalam hati, sehingga muda bangkit. Mengenai lima objek yang meliputi rupa, suara, aroma, rasa dan sentuhan, dari lima hal ini jika ada satu saja yang tidak sesuai harapan, maka kita akan merasa benci dan marah. Kebencian didalam batin  akan membangkitkan kemarahan dan membawa pada perbuatan bodoh.  Bukan hanya marah, sesungguhnya saat emosi meluap, kita tak memahami kebenaran apapun. Akibatnya karma akibat noda batin akan tercipta. Saat batin kita tenang, kita dapat memahami segala prinsip kebenaran. namun saat kita sedang marah, segala prinsip akan sulit di cerna.

Yang kesepuluh dari sepuluh ikatan adalah Penyembunyian, yakni menutupi kesalahan yang telah dilakukan karena takut diketahui orang lain; tidak dapat bertobat dan memperbaiki diri. Kesalahan ini diulangi terus menerus dan terus ditutup-tutupi. Berhubung telah menyembunyikan kesalahan, maka walau tidak ada orang yang mengetahuinya, karma buruk tetap mengikuti kita, kelak kita tetap menerima akibatnya.  Menyembunyikan disini berhubungan dengan kesadaran kita, meski orang lain tidak tahu, tetapi kita tetap tahu, Jadi, kita tidak boleh melakukan hal yang melawan hati nurani. Menutupi kesalahan sama dengan menutupi hati nurani. Jika hati nurani kita tertutup, kita akan selalu mencari kesempatan untuk berbuat hal yang tidak benar.

Pertobatan adalah pemurnian. Dengan berani mengakui kesalahan dan memperbaiki diri, kita tak akan terus tenggelam dalam kelahiran kembali. Tabiat buruk dapat diubah, kita harus bersungguh hati ùntuk mengubah tabiat masa lalu yang tidak baik. Pelatihan diri harus dilakukan ditengah orang banyak agar kita dapat belajar memahami orang lain yang belum terbimbing atau masih memiliki tabiat buruk. Kita harus berusaha berlapang dada dan memaafkan, jangan karena orang lain timbul kebencian di dalam hati kita, jangan pula  kita terus menutupi dan memupuk tabiat buruk. Jika seperti ini yang rugi adalah diri sendiri. Jadi setiap orang harus lebih bersungguh hati.

Demikianlah dikutip  dari  video Sanubari Teduh – Sepuluh Ikatan – Bagian 5 (232)  https://youtu.be/F3DrnPtZt-I

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva