Sanubari Teduh – Sepuluh Tubuh Buddha – Bagian 4 (148 )
Video Youtube : https://youtu.be/4iUkR2KIQYM
Saudara se-Dharma sekalian, kita telah membahas bahwa Pratyekabuddha tercerahkan sesudah mengamati perubahan cuaca, perubahan empat musim, serta terus berlalunya waktu, Mereka berlatih dengan memanfaatkan kondisi luar. Inilah Praqtyekabuddha. Mereka menyadari ketidakkekalan.
Berikutnya adalah tubuh Bodhisattva. Bodhisattva berarti makhluk yang sadar. Pratyekabuddha yang kita bahas di awal, mengamati segala sesuatu di dunia, seperti perubahan iklim, lahir dan matinya makhluk hidup, sehingga memahami ketidakkekalan. Hidup yang tidak kekal penuh penderitaan. Berhubung segala sesuatu tidak kekal, yang dirasa adalah kosong. Derita muncul akibat keinginan yang tak terpenuhi, namun pada dasarnya semuanya adalah kosong. Jika tak dapat menyadari ini, pasti akan menderita. Sebaliknya orang yang sadar tahu bahwa semua itu adalah lumrah. Jika cuaca dan iklim saja bisa berubah, apalagi kehidupan manusia. Jadi, kita harus tahu bahwa semua ini tak lepas dari hukum alam. Jadi, kita harus memiliki kesadaran. Orang yang sadar akan dapat terbebas dari penderitaan. Ketidakkekalan memang sudah ada. Jika dapat menyadari bahwa ketidakkekalan ini, adalah hukum yang alamiah, maka akan terbebas dari derita. Jika sebaliknya, dia akan terus tenggelam dalam penderitaan.
Sepuluh Tubuh Buddha:
- Tubuh Makhluk Hidup
- Tubuh Tanah
- Tubuh Buah Karma
- Tubuh Sravaka
- Tubuh Pratyekabuddha
- Tubuh Bodhisattva
- Tubuh Tathagata
- Tubuh Kebijaksanaan
- Tubuh Dharma
- Tubuh Kekosongan
Berikutnya adalah tubuh Tathagata. Arti dari Tathagata adalah datang mencapai pencerahan lewat jalan kebenaran. Inilah Tathagata. Dengan ketulusan menerapkan kebenaran ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, inilah kedemikian. Semangat dan perbuatan kita sejalan dengan kebenaran, inilah yang disebut tubuh Tathagata.
Kedelapan adalah tubuh Kebijaksanaan, artinya memilik Kebijaksanaan yang sempurna dan mampu memahami segala Dharma. Inilah tubuh Kebijaksanaan. Saudara sekalian kita memiliki hakikat murni yang sama dengan Buddha. Kebijaksanaan pada dasarnya pasti sempurna. Jadi, jika jalan kebenaran Buddha kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kebijaksanaan akan menyertai keseharian kita. Dalam menghadapi orang dan masalah, kita dapat menggunakan kebijaksanaan sehingga dapat menyelesaikan segala hal dengan sempurna. Jadi, dengan kebijaksanaan sempurna, kita dapat memahami segala Dharma. Dharma mencakup Dharma duniawi dan Dharma non duniawi. Dharma duniawi tak lepas dari kehidupan sehari-hari, tak lepas dari manusia, hal dan segala sesuatu. Inilah Dharma duniawi. Dharma nonduniawi berisi tentang jalan pembebasan, apa yang terbebas ?
Di dunia ini, ada banyak hubungan antarmanusia. Contohnya hubungan keluarga. Orang yang kita kasihi pasti tak luput dari fase lahir, tua, sakit dan mati. Kita lihat dari masalah ini saja, bagaimana kita dapat terbebas ? Orang yang kita kasihi terus bertambah tua. Seiring bertambahnya usia, kondisi fisik mulai melemah, mungkin juga didera penyakit. Jika terserang penyakit, menderitakah orang yang kita kasihi ini ? Jika sakit, selain harus dirawat, masih ada satu kekhawatiran yakni ajal bisa saja menjemput sewaktu-waktu. Menderitakah ?. Tentu menderita. Bagaimana terbebas dari penderitaan ini?. Kita harus menggunakan ajaran kebenaran. Alangkah baiknya jika kita memahami hukum kehidupan, bagaimana kita bisa lahir di dunia, bagaimana kita bisa bertemu dengan orang di sekitar, berkumpul saat jalinan jodoh matang, berpisah saat jalinan jodoh berakhir. Alangkah baiknya jika kita memahami kebenaran ini, terutama tentang bekerjanya hukum alam. Lihatlah, waktu dan hari terus berjalan. Tahun dan bulan terus berganti. Usia manusia terus menua tahun demi tahun. Fungsi tubuhpun semakin melemah. Mungkinkah manusia tidak mengalami kematian ? Semua manusia pasti mati. Jika kita memahami kebenaran ini, kita akan mampu mengiklaskan.
Setiap orang memiliki tabiat yang berbeda-beda. Tabiat akan berkembang seiring waktu. Melatih diri berarti membuang segala tabiat buruk.
Dalam sutra Empat Puluh dua bagian, Budha mengatakan, “Kalian para Sramana hendaknya melepaskan kemelekatan dan nafsu. Jika kemelekatan dan nafsu berakhir Jalan Kebenaran akan terlihat. (Sutra 42 Bagian). Buddha sering mengingatkan kita bahwa kita harus melepaskan kemelekatan dan nafsu. Akibat adanya kemelekatan ini manusia terpengaruh oleh tabiat buruk. Untuk menyucikan batin kita pertama kita harus mengikis kemelekatan. Kemelekatan berkaitan dengan pandangan pribadi. Kita melekat pada pandangan pribadi. Jika mencintai sesuatu, manusia selalu ingin menguasainya. Sesuatu apakah di dunia ini yang patut kita lekati ? Tidak ada. Jadi kita harus melepaskan kemelekatan dan nafsu.
Dapat membimbing orang yang kita kasihi ke jalan yang benar sehingga dia dapat mengubah tabiat buruk, inilah yang disebut cinta sejati. Jadi saudara sekalian, dalam mencintai, kita harus sejalan dengan kebenaran. Jalan ini adalah jalan yang lapang dan lurus ini adalah kebenaran. Kita tak perlu berpikir rumit untuk mencari atau memohon kebenaran. Sesungguhnya kebenaran ada di hadapan kita. Kebenaran ada di telapak kaki kita. Kebenaran selalu di sisi kita. Kebenaran ada diucapan kita. Kebenaran ada di keseharian kita. Dalam menghadapi orang dan masalah, asalkan pikiran kita sejalan dengan kebenaran maka kita dapat melihat kebenaran ada dimana-mana. Jadi semua harus bersungguh hati untuk mengembangkan kemurnian Buddha dan menyelami kebenaran tertinggi. kita harus menggunakan kebijaksanaan cemerlang dalam melihat segala sesuatu di dunia. Jadi, semua harus senantiasa selalu bersungguh hati.
Demikianlah diintisarikan Sanubari Teduh – Sepuluh Tubuh Buddha – Bagian 4 (148 ) https://youtu.be/4iUkR2KIQYM
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva