Sanubari Teduh – Sumsum Dharma Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan (463)
Video Youtube : https://youtu.be/kZrZQDO1faY
Saudara se-Dharma sekalian, hari demi hari berlalu
bagaikan sebuah siklus. Dari pagi hingga malam hari, segala aktivitas dan kehidupan kita memiliki siklus yang hampir sama. Ini yang disebut kelahiran berulang. Kemarin dan hari ini siklusnya sama. Demikian pula hari esok dan masa depan. Anda, saya, dan semua makhluk memiliki siklus serupa. Demikianlah kondisi makhluk awam. Kita menjalani kehidupan mengikuti siklus hari demi hari. Jika kita bersungguh hati, setiap saat, setiap hari, setiap hal, atau setiap benda akan memberi kita kesan yang mendalam. Contohnya, setiap kali kita keluar dari kamar dan berjalan menujuh aula setiap pagi, saya akan selalu menengadah dan melihat ke atas pintu aula. Diatas sana pasti ada dua ekor burung. Suasananya sangat hening. Terkadang saat berjalan kesana, saya mendengar kicauan burung, bagaikan sedang menyapa kita. Dengan kondisi batin seperti ini, meski hanya mendengar suara burung dan tidak mengerti artinya, tetapi kita bagaikan berbicara dengan mereka, dan menyapa selamat pagi. Hati kita sangat gembira. Kita kembali bersemangat. Setiap hari burung-burung itu bertengger di sana.
Semua makhluk memiliki kesadaran. Setiap orang memiliki kesadaraan. Ini sangat mengagumkan. Hewan saja begitu mengagumkan, apalagi manusia. Benar, manusia memiliki cinta kasih dan dapat bersumbangsih. Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Sesama manusia dapat saling membantu. Sebagai pengajar, kita harus berterima kasih sama yang diajar. Tanpa adanya murid, mana ada yang memanggil kita guru ? Orang yang menolong hendaknya berterima kasih kepada yang di tolong. Tanpa adanya pasien, bagaimana ada dokter ? Orang yang penuh cinta kasih harus berterima kasih kepada orang yang menderita. Tanpa ada orang yang menderita, bagaimana kita mengulurkan cinta kasih ? Jadi dalam bersumbangsih, kita tidak seharusnya mencari balasan, nama atau
keuntungan. Tidak perlu. Kita harus bersyukur. Terlalu banyak hal yang harus kita di syukuri.
Kita harus mempraktikkan welas asih dan kebijaksanaan di tengah masyarakat. Melatih diri
bukanlah menutup diri. Melatih diri, berarti terjun ke tengah masyarakat. Meski kita bertindak sebagai pendidik, kita tetap harus bersyukur. Saat membantu orang yang kurang mampu, kita juga harus bersyukur. Kita harus mempraktikkan welas asih dan kebijaksanaan di tengah masyarakat. Terhadap semua makhluk didunia, kita harus senantiasa memiliki welas asih, kebijaksanaan, dan rasa syukur. Kita harus terjun ke tengah masyarakat. Dengan begitu kita setiap hari bersukacita. Kita berharap aliran jernih menyerap ke dalam hati.
Setiap hari kita memilki harapan, yaitu dapat menerapkan pemikiran kita dan ajaran Buddha di dalam kehidupan sehari-hari sehingga tetes-tetes aliran jernih dapat meresap ke dalam hati kita agar sumsum Dharma dapat menyucikan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita.
Bersumbangsih tanpa pamrih berlandaskan cinta kasih: mempraktekkan welas asih dan kebijaksanaan di tengah masyarakat; berharap aliran jernih meresap ke dalam batin dan Sumsum Dharma menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Kita harus memiliki tekad. Kita harus bertekad dan berikrar untuk senantiasa berlindung kepada Buddha. Mengapa Buddha membabarkan banyak Sutra ? Sifat dan daya tangkap semua makhluk berbeda-beda. Karena itu, Dharma harus dibabarkan berulang kali. Banyak makhluk berdaya tangkap rendah. Karena itu kita harus senantiasa sabar dan bersungguh hati serta senantiasa bermandi di tengah aliran Dharma. Jadi, kita semua harus lebih bersungguh hati.
Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Sumsum Dharma Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan (463) https://youtu.be/kZrZQDO1faY
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva