Sanubari Teduh – Terbuai dan Berpaling dari Kesadaran (440)

Video Youtube : https://youtu.be/xbJa5wOynLg

Saudara se-Dharma sekalian, dalam kehidupan kita, kita pasti bertindak dan berucap. Jadi, dalam berbicara, kita harus hati-hati. Konfusius berkata, “ Bermulut manis dan berpura-pura ramah menandakan kurangnya kebajikan. “ Saat berbicara dia hanya mengeluarkan kata-kata yang enak didengar untuk memuji orang setinggi-tingginya meski sesungguhnya tak sesuai kenyataan. Jelas-jelas orang itu tidak benar, tetapi tidak dikoreksi. Yang dia katakan hanyalah ucapan yang ingin didengar oleh orang itu. Jika demikian. Dia hanya mengikuti kesenangan orang itu. Jika kita seperti ini, berarti kita juga kurang kebajikan.

Dalam melakukan sesuatu, janganlah mencari pujian orang. Jika melakukan kebajikan hanya untuk dipuji, ini bukan benar-benar kebajikan. Saat orang melakukan sedikit kebajikan, lalu membanggakan diri dan kita turut menyanjung dirinya, ini disebut mengumbar arogansi. Kita menyanjung dirinya. Ini tidak benar. Kita seharusnya menasihati bahwa berbuat baik adalah kewajiban manusia. Melakukan kebajikan sudah benar, tidak perlu di besar-besarkan. Jika terus dibesar-besarkan, lama kelamaan orang yang mendengarnya juga merasa biasa saja. Mungkin saja jika kita berbuat baik tanpa memberitahu orang lain sehingga orang tahu dengan sendirinya, mala akan terasa lebih luar biasa dan mendapat pujian dari orang lain. Inilah teman yang bermanfaat, tidak mengikuti keinginan orang untuk mencari nama dan keuntungan, sebaliknya dapat memberi bimbingan. Inilah yang benar. Ini baru bermanfaat.

Jika teman berbuat salah, kita harus segera menasehati bahwa dia telah melakukan kesalahan. Sebagai manusia, kita harus menaati norma yang ada. Kita harus memberi penjelasan kepadanya, bukan hanya bermulut manis, dan mengiyakan segala perbuatannya. Orang seperti ini dikatakan oleh Konfusius sebagai orang kurang kebajikan. Melihat orang lain ingin mendapat sesuatu, kita mengikutinya dengan sangat antusias. Apakah orang ini sangat bajik dan bijaksana ? Tidak. Karena itu dikatakan “Kurang Kebajikan” orang ini kurang moralitas.

Dalam berbicara kita harus penuh perhatian. Kita harus memperhatikan kata-kata lawan bicara. Kita harus mengamati apakah yang dilakukannya benar atau salah. Terlebih lagi, di dalam Sutra Bunga Teratai Buddha juga berkata untuk tidak berlebihan memuji orang atau menyebarkan kesalahannya.

Terhadap para Sravaka, tidak menyebut nama saat mengatakan kesalahannya; juga tidak menyebut nama saat memuji kebaikannya. (Sutra Bunga Teratai)

Kita hendaknya bersifat netral. Jika tahu ada kesalahan, kita harus segera memperingatkan. Inilah orang yang bijak dan punya cinta kasih. Jadi, bermulut manis di dalam ajaran Buddha disebut berkata-kata kosong. Kita hanya merangkai kata tanpa ketulusan supaya enak didengar. Jelas-jelas orang itu salah, setelah kita mendengarnya, kita masih mendukungnya dan mengatakan dia benar. Inilah kata-kata kosong. Kita hanya berpikir yang penting orang itu senang. Ini adalah omong kosong yang tidak jujur. Jelas-jelas orang itu salah, kita masih memujinya dan mengatakan dirinya benar. Didalam batin kita, kita terus merasa orang itu tidak benar, tetapi mulut kita berkata “ Kamu tidak salah” Ini adalah kata-kata palsu. Orang seperti ini tidak tulus. Orang yang tidak tulus berarti kurang kebajikan. Ini yang Konfusius katakan. Ini juga sesuai dengan ajaran Buddha. Buddha berkata bahwa lewat ucapan bisa tercipta empat karma buruk.

Kita sudah membahasnya kata-kata kasar dan dusta. Sekarang kita membahas kata-kata kosong. Kata-kata kosong adalah kata-kata yang dibuat agar enak didengar. Sesungguhnya, didalamnya terdapat maksud yang bisa menyesatkan. Semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Hakikat kebuddhaan ini bajik, suci dan murni, tetapi dicemari ucapan kosong, baik melalui mulut, tulisan, maupun bentuk lainnya.

Bermulut manis dan berpurah-purah ramah menandakan kurangnya kebajikan. Kata-kata kosong dan palsu menghilangkan ketulusan; membuat manusia berpaling dari kesadaran dan terbuai oleh kondisi luar. Saat menyadari kesalahan, segeralah memperbaiki diri ke arah kebajikan.

Manusia bisa berpaling dari kesadaran dan terpengaruh dari kesenangan objek luar. Kita hendaknya selalu mengingatkan diri; segera memperbaiki diri jika salah dan berbuat kebajikan. Jadi, kita harus selalu mengingatkan diri untuk selalu bersungguh hati.

Demikianlah dikutip dari video Sanubari Teduh – Terbuai dan Berpaling dari Kesadaran (440) https://youtu.be/xbJa5wOynLg

Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA : Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/live/daaitv

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva