Sanubari Teduh – Tujuh Faktor Pencerahan Bagian 2
Saudara se-Dharma sekalian, dalam berlatih ajaran Buddha, pernahkah kita mencapai ketenangan dan kedamaian batin ? Yang terpenting dalam berlatih ajaran Buddha adalah berlatih mencapai kedamaian batin. Dalam hidup, kita memiliki banyak noda batin yang membebani kita. Cinta, hubungan kasih, semua adalah noda batin. Keinginan material, ketenaran, keuntungan, kedudukan, semuanya adalah noda batin. Jika manusia tak mampu melepas, noda batin akan semakin bertambah. Bagaimana cara melepas ? Buddha menggunakan berbagai metode terampil untuk membimbing kita mulai dari yang sederhana sampai pada yang dalam agar ajaran ini terus kita gunakan. Metode manakah yang sesuai dengan sifat dan kemampuan kita serta sesuai dengan kondisi keseharian kita ? kita harus memilihnya dengan sungguh-sungguh.
Tujuh Faktor Pencerahan yang juga disebut Sapta-Bodyanga.
- Penilikan Ajaran
- Semangat
- Sukacita
- Kedamaian Batin
- Perhatian
- Konsentrasi
- Pelepasan
Dari Tujuh Faktor Pencerahan, yang pertama adalah “Penilikan Ajaran”, kita memilih ajaran yang dapat di aplikasikan dalam keseharian dan memutuskan jalan mana yang ingin ditempuh. Apabila arah jalan yang kita pilih benar, kita dapat menyadari cara bijaksana untuk menyayangi orang lain. Terdapat banyak contoh tentang ketidakkekalan dan perubahan. Ini merupakan hukum alam. Apabila kita menyadari bahwa hal ini sangatlah alami. Maka berapapun dalamnya perasaan kita, kita tahu bahwa suatu perpisahan pasti terjadi. Bahkan harta, ketenaran, kekayaan dan status juga tidak kekal. Jadi mengapa berselisih demi semua ini ? Apabila kita dapat mengerti hal ini, kita akan berada di jalan benar dan tidak menyimpang. Karena itu kita harus berusaha melatih batin agar tidak bersentuhan dengan kondisi luar, batin kita tidak terbelenggu oleh nafsu dan kemelekatan. Karena mustahil semua keinginan terpenuhi, lebih baik lenyapkan saja noda batin ini. Beginilah cara kita mengatasi berbagai noda batin dalam hidup ini. Kita hendaknya memilih pencerahan, bukan kegelapan batin. Jadi, ajaran yang kita pilih harus benar. Inilah yang disebut “penilikan ajaran”.
Berikutnya “semangat” Kita tidak boleh diam ditempat. Beruntung telah bertemu ajaran Buddha dan sudah memilih jalan yang benar, maka kita harus terus maju. Kita harus hidup sesuai Dharma. Inilah yang disebut “Semangat”. Praktisi Buddhis harus hidup sesuai Dharma. Jika Dharma tidak meresap ke dalam hati, maka kehidupan akan sia-sia akan membawa kemalasan, dan kemalasan akan membawa kemunduran. Jika praktisi melatih diri di dalam Dharma dengan penuh keberanian dan semangat tanpa pernah berhenti, maka inilah yang di sebut faktor pencerahan “Semangat”.
Selanjutnya adalah faktor “Sukacita”, yakni bersuka cita dalam segala aktivitas. Terkadang kita mungkin merasa tidak sabar dengan masalah yang menumpuk. Mungkin fisik sudah lelah, namun pekerjaan tak kunjung selesai. Lelah, kita merasa jengkel dengan semuanya. Hati menyatu dengan Dharma sehingga memperoleh sukacita, senantiasa menyerap Dharma ke dalam hati, tanpa mundur ataupun berpaling, inilah yang di sebut faktor pencerahan “Sukacita”.
Berikutnya adalah “Kedamaian batin”. Melenyapkan segala noda batin dan pandangan keliru hingga fisik dan batin memperoleh kedamaian; menumbuhkan akar kebajikan ysng sejati, inilah yang disebut faktor pencerahan “Kedamaian batin”.
Berikutnya adalah faktor “perhatian”. Pikiran amatlah penting. Saudara sekalian setiap pikiran kita harus selaras dengan Dharma. Jadi, kita harus memusatkan pikiran kita agar tidak menyimpang sedikitpun. Untuk itu, itu kita harus Untuk itu, itu kita harus senantiasa menjaga pikiran dengan baik dan mengarahkannya pada kebenaran. Kondisi apapun yang kita hadapi, ucapan apapun yang kita dengar, atau raut wajah bagaimana pun yang kita lihat, kita harus menjaga pikiran kita dan memusatkannya pada kebenaran. Pikiran kita harus sesuai dengan Dharma. Dengan demikian kita dapat mencapai konsentrasi benar, barulah pikiran kita dapat teguh dan kebijaksanaan dapat tumbuh. Jika kita dapat memilih pikiran yang benar, kebijaksanaan akan tumbuh, dan kita tidak akan kehilangan arah. Jika tekad kita melatih diri tetap teguh, maka kebijaksanaan akan terus tumbuh. Inilah yang di sebut faktor pencerahan”perhatian”.
Berikutnya adlah faktor “Konsentrasi”, yakni menstabilkan pikiran dan tak membiarkannya kacau. Inilah faktor “Konsentrasi”. Jika niat kita selaras dengan Dharma, maka pikiran kita akan stabil. Pikiran senantiasa terfokus, tidak kacau menghadapi kondisi apapun, tidak terjerumus dengan noda batin dan pemikiran salah, inilah yang di sebut faktor pencerahan “konsentrasi”.
Faktor selanjutnya adalah “pelepasan”. Melepaskan artinya meninggalkan pandangan salah. Saudara sekalian dunia tidaklah kekal. Karena dunia tidak kekal, maka apakah yang sejati dan nyata ? Apakah yang kekal abadi ? Lihatlah waktu terus berlal, siang dan malam terus berganti. Malam mengantikan siang, siang mengantikan malam. Ini adalah proses yang terus berlanjut. Proses ini menunjukkan ketidakkekalan. Hari kemaren berbeda dengan hari ini. Momen di pagi hari tadi berbeda dengan saat ini. Jadi tanpa kita sadari, proses ketidakkekalan terus berlangsung. Tiada yang kekal dari waktu ke waktu. Waktu juga tidak berhenti bergerak. Menggangap dunia ini sebagai ladang pelatihan diri, melepaskan segala ilusi dan noda batin, mempraktikkan Dharma hingga memperoleh kesucian, inilah yang di sebut faktor pencerahan “pelepasan”. Jadi “Pelepasan”berarti melepaskan segala noda batin yang timbul. Kita harus meninggalkan segala kerisauan dan noda batin pikiran kita. Untuk itu, bersungguh-sungguhlah selalu.
Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh – Tujuh Faktor Pencerahan Bagian 2 – 056 https://youtu.be/1dkCpDpEEFw
Sanubari Teduh : Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB
Channel Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv
GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisattva